20 Desember 2009
"Papa ngak Cinta aku lagi!"
Udara malam yang dingin tidak mampu menghalangi keringat yang mengucur disekujur tubuh Agus, 3 hari belakangan ini setiap kali pulang kantor, Ani istrinya membuka pintu dengan wajah cemberut, malam ini dia bawakan 2 ikat rambutan rapiah kesukaan Ani, berharap akan disambut dengan sukacita.
"Ma, ini aku bawakan rambutan kesukaanmu" bergegas Agus menyodorkan rambutan kepada Ani yang baru membukakan pintu. "Makasih" jawab Ani singkat sambil menutup pintu. Agus bingung, perkawinan mereka yang sudah berjalan hampir 10 tahun berjalan dengan baik bahkan cenderung hebat, luarbiasa dan bahagia, tapi apa yang terjadi dengan 3 hari ini? Ani selalu cemberut setiap kali Agus pulang kerja!
"Ma, mengapa kamu cemberut terus akhir2 ini" Agus tidak tahan untuk tidak bertanya. "Ngak ada apa apa" jawab Ani singkat sambil pergi ke dapur membuatkan teh manis kesukaan Agus. "Kalau ngak ada apa-apa, kenapa mukamu cemberut terus!" kejar Agus penasaran. Hening.............hanya bunyi jengkerik diluar dan denting sendok dan gelas yang mendominasi.
"Mas Agus, masih sayang sama aku ngak? mas Agus masih Cinta sama aku ngak sih sebenarnya?" bukannya menjawab, Ani malah melontarkan pertanyaan bertubi2 kepada Agus. Agus bengong campur heran dan gemas. "Ma, emang selama ini apa yang kamu lihat, apakah semua hal ini tidak bisa meyakinkan kamu bahwa aku masih mencintaimu kamu seperti 10 tahun yang lalu!" jawab Agus penasaran. "Mas Agus beda, dulu saat kita pacaran dan pengantin baru, mas Agus sering bilang I love you, sedangkan sekarang tidak pernah lagi" jawab Ani sambil duduk tertunduk di kursi. "Lho ma, apakah semua tindakanku, usahaku dan barang2 yang aku belikan tidak kamu lihat sebagai wujud rasa sayangku ke kamu dan anak2?" pertanyaan Agus hanya terjawab oleh isak tangis kecil dari Ani.
Keesokan hari, saat tiba dikantor Agus segera bergegas menemui Budi sahabatnya. Bagi Agus, Budi seperti kamus berjalan, banyak pertanyaanya yang terjawab oleh Budi. "Budi, aku mau konsultasi nih" segera Agus meletakkan pantatnya di kursi didepan meja Budi. Tanpa menunggu jawaban Budi, Agus bercerita kejadian tadi malam dan juga sikap istrinya akhir2 ini.
"Agus, menurut konsep VAK, kamu adalah manusia Visual yang suka akan gambar2, sedangkan dari ceritamu tadi istrimu adalah orang Auditory yang suka akan suara. Kamu berkomunikasi dengan menggunakan cara komunikasi yang kamu sukai yang belum tentu disukai oleh istrimu. Kamu lebih mengedepankan "yang terlihat" sedangkan istrimu butuh "suara". Agus duduk diam menyimak pendapat Budi. "Gus, kamu bisa mencoba menyesuaikan gayamu berkomunikasi dengan istrimu sesuai dengan gaya komunikasi yang dia sukai!".
Malam itu, Agus dengan harap2 cemas berdiri didepan pintu menunggu dibuka oleh istrinya. "Mama, makin lama kok aku makin cinta sama kamu" kata Agus sambil mencium pipi istrinya. 'Terimakasih ya ma, atas kesetiaan mama dan dukungan mama ke papa selama ini". Dan Agus melihat cahaya cerah dimuka istrinya yang hilang 4 hari ini, muncul dan kembali bersemi.
Bandung akhir Desember 2009
Eko Utomo
What you THINK is what you GET
"Ma, jam tangan Raymond Weill (RW) yang warna silver ada dimana ya?" tanya Anggoro kepada istrinya sambil sibuk memeriksa laci lemari. "Bukankah papa biasa pakai jam itu ke kantor?" Dinda istri Anggoro balik bertanya. "Jam RW yang papa pakai ini yang warna gold, aku nyari yang warni sliver ma" Anggoro menjawab sambil masih sibuk membolak2 lemari pakaian dengan harapan menemukan jam itu di antara tumpukan baju di lemari.
Dinda segera sibuk membantu Anggoro mencari jam RW itu dilaci2, bahkan dilemari diantara tumpukan2 baju. Setelah 30 menit mencari akhirnya mereka berdua menyerah. "Mungkin tertinggal di Bandung kali pa" kata Dinda, "tar weekend kita cari disana". Anggoro menyetujui usulan Dinda dan segera berangkat kerja.
Sabtu pagi dua hari kemudian di Bandung. Pagi2 Anggoro dan Dinda sudah sibuk membongkar laci dan lemari untuk mencari jam RW yang hilang. "Wah....kok ngak ada juga ya ma?" kata Anggoro lesu kepada Dinda istrinya yang ikutan lesu dan capek membongkar barang2 namun tetap tidak menemukan jam yang dicari. "Pa, jangan2 si Mbak yang mengambil! gerak-geriknya mencurigakan!" kata Dinda tiba-tiba. "Ah....kamu jangan asal tuduh ma, ngak baik itu" bantah Anggoro, "mungkin jam itu ketinggalan di Klaten saat kita pulang kampung kemarin" lanjutnya. "Tapi pa, bulan lalu si Mbak pinjam uang 1 juta, siapa tahu uang itu kurang" desis Dinda. "Aku telpon ibu dulu deh", bergegas Anggoro menelpon ibunya di Klaten dan meminta bantuan untuk mencari jam itu disana. Namun sang Ibu tidak mendapati jam yang dicari.
Pulang ke Jakarta, semakin diperhatikan gerak gerik si Mbak makin mencurigakan bagi Dinda. Dua hari yang lalu, si Mbak tidak mengembalikan sisa uang belanja yang dia berikan, padahal biasanya tidak pernah lupa dia mengembalikan kelebihan uang belanja. Siang tadi saat selesai menyetrika pakaian, Dinda memperhatikan bahwa si Mbak saat memasukkan baju kedalam lemari, tangannya merogoh dikanan kiri tumpukan baju, seakan-akan sedang mencari2 barang atau uang disana. Dia juga perhatikan bahwa setiap kali hendak menyapu kamar tidur, si Mbak menunggu Dinda keluar ruangan dan baru membersihkannya. Kecurigaan Dinda makin memuncak, pada saat membersihkan kamar sendiri itu sangat mungkin dipakai si Mbak untuk mengambil barang2.
"Pa, pasti dia!" sergah Dinda sesaat sesudah Anggoro masuk ke kamar pulang dari kerja. Anggoro segera mengerti arah pembicaraan istrinya. "Tapi kita tidak memiliki bukti ma, kalau tuduhan tanpa bukti itu jelas tindakan yang tergesa-gesa" lanjut Anggoro. "Kurang bukti apa lagi pa?, tindak-tanduk si Mbak akhir2 ini makin mencurigakan!", segera Dinda menceritakan kepada Anggoro hal2 yang dia perhatikan beberapa hari ini. "Ma, itu bukan merupakan bukti. Uang yang tidak dikembalikan siapa tahu memang habis buat belanja, sedangkan tangan merogoh kiri kanan tumpukan saat memasukkan baju kedalam lemari bukankah memang musti demikian agar rapi? sedangkan membersihkan kamar menunggu kamu keluar ya wajar lah, emangnya kamu mau makan debu dikamar saat di sapu?". Anggoro mencoba melunakkan tuduhan istrinya. "Ah, papa ini gimana sih, lha wong sudah jelas gitu kok, emangnya siapa lagi yang akan mengambil jam itu kecuali dia?" kata Dinda dengan jengkel dan kesal.
"Kriiiiing, bunyi HP Anggoro memisahkan perdebatan mereka. "Hallo, iya ada apa bu" kata Anggoro sesaat sesudah melihat bahwa yang menelpon adalah ibunya dari Klaten. "Le, ini ibu menemukan kotak warna putih dibawah lemari, didalamnya ada jam" kata ibu Anggoro. "Bu, coba dibaca jam itu mereknya apa?" kata Anggoro tidak sabar, Dinda juga ikut beringsut mendengarkan dengan berdebar-debar. "Bentar ya, ibu coba baca......mereknya adalah Raymond Weill!".
Bandung at Midnight 19 Dec 2009
Eko Utomo for Smansa Workshop
Langganan:
Postingan (Atom)