20 Januari 2010

Bicara TANPA kata


Pejabat publik, khususnya mereka yang menjadi pejabat incumbent (yang sedang menjabat) pada saat pilkada periode kedua melakukan komunikasi politik sangat gencar diakhir masa jabatan agar terpilih (maunya) diperiode kedua. Ratusan baliho, spanduk dipampangkan di jalan2 protokol untuk "membujuk" mereka yang membacanya percaya bahwa mereka layak menjabat di periode kedua. Pada saat kampanye, mulut mereka berbuih merayu, membujuk masyarakat bahwa mereka baik untuk dipilih lagi tanpa melihat apa yang sudah mereka lakukan di periode pertama. Sementara alam bawah sadar (Unconscious mind) tidak terlalu peduli dengan kata2, yang dilihat, didengar dan dirasakan oleh alam bawah sadar adalah gesture dan ekspresi lain.

Pagi ini, perbatasan Jabar-Jateng dengan jernih mengajari kami sekeluarga tentang hal ini. Jalur Selatan dikabupaten Ciamis-Banjar lebar dan mulus. Trotoar di bangun dan dirawat dengan rapi. Sementara kearah timur di kabupaten Cilacap, jalan sempit rusak dan bergelombang. Dari aspek ini kalau saya jadi warga Ciamis-Banjar, tanpa ragu-ragu saya akan pilih kembali bupati incumbent karena perbuatan mereka lebih dari kata-kata. Sementara untuk Cilacap, mohon maaf, jalan Anda yang buruk telah berkampenya jelek sepanjang puluhan kilometer.

Mudik akhir tahun bawa mobil sendiri jelas lebih mudah dan cepat dibandingkan dengan mudik saat lebaran. Kepadatan jalan bisa dibilang normal atau sedikit diatas normal. Tidak ada cerita satu motor menggotong 4 manusia plus barang2 dijok belakang. Kecepatan 80 km/jam bahkan sekali2 100 km/jam bisa dijangkau.

"Pa, awas!" mama Jason dengan keras berteriak saat melihat sebuah benda meluncur keluar dari jendela mobil kijang didepan kami. Sambil sedikit banting setir kami melihat bahwa yang keluar dari jendela tadi ternyata adalah botol minuman pulpy orange. "Dasar manusia katrok!" makian kecil keluar dari mulut mama Jason. Papa Tesa yang sedang menyetir mobil tertawa kecil sambil nambahin bumbu "manusia kayak begini ini nih yang kaya tapi tidak beretika". Luar biasa...........komunikasi tanpa kata berlangsung tanpa bicara antara sopir kijang dan kami dibelakangnya. Kesimpulan sementara.......pengemudi kijang adalah sebangsa manusia katrok!

"Ma, awas!" gantian papa Tesa yang berterik memberikan peringatan, mama Jason yang kebagian tugas dibelakang setir segera banting setir agak ketengah. Setumpuk tisu kotor berhamburan dari mobil Vios plat B didepan kami. "Dasar katroook!" berbarengan kami berseru. Dan kembali komunikasi tanpa kata telah berlangsung dengan penghakiman segera terhadap pengendara Vios.

"Pa" suara lembut singgah ditelinga, pipi lembut Jason menempel di pipiku. Sambil senyum Jason menunjuk ke tumpukan rambutan di bawah kakiku. Tanpa bertanya papa Tesa langsung mengambil satu rambutan dan kemudian mengupaskannya untuk Jason. Jason menerimanya dan tersenyum..........senyum yang memancarkan trimakasih dan sayang, dan semua berlangsung tanpa KATA.

Malam pertama di kota Klaten tercinta
23 Desember 2009
Eko Utomo for Smansa workshop

Tidak ada komentar: