20 Januari 2010

The Meaning of your Communication is the RESPONSE you get


Malam itu pak dosen Kusnadi uring-uringan. Dahinya berkerut kerut sampai kedua alisnya manjadi tersambung. Bibirnya menjadi tipis dan pucat ditambah wajah kusam gelap. "Dasar mahasiswa jaman sekarang!" keluhnya sembari "ndlosor" di kursi malas. "Anak-anak sekarang ini terlalu banyak dimanja oleh orang tua dan keadaan", keluhnya lagi sembari menyeruput teh manis yang dihidangkan oleh Yati istrinya.

"Emang ada apa sih mas, kok sampeyan akhir-akhir ini aku lihat uring-uringan terus?" tanya Yati sembari meletakkan pisang goreng teman teh manis diatas meja. Alih-alih menjawab pertanyaan istrinya, pak dosen Kusnadi mencomot pisang goreng dan kemudian mengunyahnya pelan, terlihat diwajahnya bahwa pikiran Kusnadi seperti tidak ada diruangan itu. Bu Yati sebagai istri membiarkan pertanyaanya mengambang diudara, dia tahu bahwa suaminya butuh waktu untuk mengatasi kesesakan pikirannya. Dan dia juga tahu kalau sudah kembali normal suaminya akan menjelaskan apa yang terjadi.

"Dik, apa kita ini sudah tua ya?" ternyata yang keluar dari mulut pak dosen Kusnadi malah pertanyaan. "Maksud mas Kus apa?" tanya mbak Yati istrinya minta klarifikasi. "Maksudku, apakah memang kita ini sudah terlalu tua sehingga tidak bisa mengikuti jaman lagi" jelas pak dosen Kusnadi. "Mosok kita dibilang tua mas, lha umur 40 saja belum sampai. Emang mas Kus merasa aku sudah kelihatan tua dan tidak secantik dulu apa?" Yati berusaha bergurau agar emosi suaminya lumer. "Aku kesal dengan mahasiswa jaman sekarang dik, beda banget dengan jaman kita dulu. Mosok mata kuliah Kalkulus 101 yang aku ajarkan nilainya jeblok semua.............jan jeblok pol!" sungut pak dosen Kusnadi. "Pelajaran Kalkulus itu kan gampang asal mereka mau belajar. Aku sudah susah payah menerangkan sampai lambeku ndomble kok ya nilai UTS mereka kok dibawah standar semua!". Hening sejenak, Yati tahu bahwa suaminya butuh didengarkan agar emosi itu tidak menjadi magma yang makin membara dan meletus disembarang tempat.

"Mereka seharusnya dengan seksama mendengarkan kuliah yang aku berikan, trus kemudian banyak berlatih soal-soal yang ada di buku pendamping trus kalau ngak ngerti dikelas tanya ke dosennya. Lha ini kalau dikelas diam semua ngak ada yang tanya tapi giliran ujian kok nilainya rantai carbon semua CCCCCCCCCCCCC ngak ada putus-putusnya" kali ini pak dosen Kusnadi bicara dengan nada rendah campur putus asa. "Mas Kus, mungkin mahasiswa angkatan ini tabiatnya seperti itu. Bagaimana kalau mas Kus sebagai dosennya yang menyesuaikan cara mengajar yang kena dan cocok dengan kebutuhan para mahasiswa!" saran Yati istrinya. Mendengarkan usulan Yati itu kedua alis pak dosen Kusnadi terangkat "lha sudah tahunan gaya mengajarku seperti itu dan telah terbukti kok harus dirubah, mestinya para mahasiswa baru itu yang harus merubah cara belajar mereka!" sungut pak dosen keras. Yati tidak membantah ucapan suaminya, karena kalau dia tahu kalau dibantah maka malah akan terjadi perang argumen.

"Mas ini tadi ada surat dari pak RT" kata Yati menyodorkan selembar kertas. "Isinya apa dik" sahut pak dosen Kusnadi. "Aku ngak sempat baca mas, coba sampeyan saja yang baca!" kata Yati sembari mengambil pisang goreng terakhir di piring. Sesaat kemudian pak dosen Kusnadi mengeluh kesal "bagaimana sih pak RT, lha jaman modern gini kok cara berkomunikasinya kok kayak jaman orde baru saja!" keluhnya sambil melemparkan kertas ke atas meja. "Memangnya ada apa mas" tanya Yati heran. "RT kita katanya akan buat pos Ronda baru, dan setiap warga diminta sumbangan sebesar 500 rb, uang segitu kan cukup banyak, masak tanpa babibu tanpa ada rapat persetujuan dan sosialisasi kok tiba2 hanya dengan surat pemberitahuan seperti ini. Ini namanya kembali ke jaman Orba, jaman reformasi seperti sekarang ini cara berkomunikasinya semestinya dirubah harus lebih demokratis. RT itu harus tahu bagaimana kebutuhan dan keinginan warganya. Bukan malah asal perintah dengan menggunakan gaya lama" sesorah pak dosen Kusnadi seperti air bah yang jebol dimusim hujan.

Mbak Yati duduk diam mendengarkan kekesalan suaminya. "Bukankah dari jaman dulu, kalau ada apa2 memang seperti ini cara berkomunikasi RT kita mas?" Yati mencoba mengingatkan pak dosen Kusnadi. "Itu dulu dik.............sekarang jamannya berbeda. Pak RT musti bisa luwes menyesuaikan dirinya dengan jaman dan kebutuhan", pak dosen Kusnadi kelihatan masih kesal.

Pandangan Yati beralih dari kertas pemberitahuan ke tumpukan kertas lain diatas meja, tumpukan kertas ujian UTS mahasiswa pak dosen Kusnadi yang bertaburan dan penuh dengan nilai C disana-sini. Sambil merapikan kertas ujian, Yati bertanya ke pak dosen Kusnadi "mas Kus, mungkin betul ucapan sampeyan bahwa pak RT harus menyesuikan diri cara berkomunikasinya dengan warga. Trus masalah kuliah Kalkulus sampeyan ini apa ngak mirip dengan kasus pak RT ya mas. Mas Kus butuh gaya mengajar yang berbeda dari sebelumnya dan butuh tahu kebutuhan mahasiswa agar pemahaman mereka jadi baik dan hasil ujian bagus?" tanya Yati hati-hati. Dan pak Dosen Kusnadi terduduk diam dan merenung.

Pagi yang cerah di Bandung nan sejuk
21 Desember 2009
Eko Utomo for SmansaKla workshop

Note: The meaning of your communication is the response you get = efektif atau tidaknya komunikasi yang kita lakukan dapat dilihat dari response yang kita terima dari partner yang kita ajak berkomunikasi.

Disclosure:
Nama, lokasi dan cerita hanyalah fiksi. Kesamaan tokoh dlsb tidak disengaja dan tidak dapat diganggu gugat

Tidak ada komentar: