“The essential thing is not knowledge, but character”
Joseph Le Conte
LIVE WITH CHARACTER
Man of Steel
Anda sudah menonton “Man of
Steel”? Seminggu yang lalu saya dan istri menemani kedua kurcaci kami pergi ke
bioskop untuk menonton film daur ulang (yang kesekian kalinya) dari salah satu pahlawan fiksi yang paling terkenal. Siapa lagi kalau
bukan sosok alien (mahluk luar bumi) dari planet Krypton yang ganteng, fisiknya
sama dengan manusia tetapi berotot kawat dan bertulang besi serta memiliki
sinar mata multi fungsi. Matanya dapat berfungsi sebagai laser, alat las,
kamera tembus pandang yang jelas lebih canggih dari feature-feature yang sedang
dikembangkan oleh Google Glass saat ini.
Bagi saya dan istri, menonton
film Superman adalah proses validasi terhadap sebuah ciri pribadi seorang alien
yang bernama bumi Clark Kent. Bagi Thesa
dan Jason (dua kurcaci kami), menonton
Superman di bioskop adalah sebuah proses pengenalan sebuah karakter baru yang
“wah” pada dimensi pengalaman mereka. Thesa berkali-kali berdiri dan bertepuk
tangan (kelakuan yang mengingatkan saya kejadian 30 tahun yang lalu, saat
papanya nonton layar tancap di alun-alun pelosok desa di Klaten) pada saat
Superman berjuang mati-matian saat harus menyelamatkan Lois Lane, Ibunya dan
mahluk bumi yang lain dari serbuan jendral Zod dan pasukannya.
Bagi Thesa, Superman adalah
pengenalan sebuah karakter baru tentang pribadi yang hebat, suka menolong, mau
mengorbankan diri sendiri untuk keselamatan umat manusia di bumi (Superman
versi baru ini dalam beberapa adegan mengingatkan saya akan Superman yang lain. Superman yang lain juga menyembunyikan diri sampai umur 33 tahun
dan kemudian mengorbankan dirinya demi keselamatan manusia). Bagi saya dan
istri, film terbaru tentang Superman adalah validasi ulang karakter superman
yang ada dipikiran kami.
Apa itu Karakter?
Kamus Webster mendefinisikan
karakter sebagai “one of the attributes or features that make up and distinguish an individual”.
Kalau kita mengacu pada definisi ini maka secara sederhana apabila kita
ditanya siapakah si Polan itu? Dan kemudian kita jawab Polan adalah si “baik
hati” atau “penolong” atau si “Judes” atau si “Pelit” atau si “Pinter” dan lain
sebagainya sebenarnya kita sedang menggambarkan karakter dari Polan. Karakter
seseorang merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang dipegang teguh oleh
sebuah pribadi yang diperkuat oleh belief (kepercayaan) dan moral yang
dipercayainya.
Darimana asal-usulnya karakter?,
riset menyatakan bahwa karakter merupakan kombinasi dari dua hal “Nature” dan
“Nurture”. Nature adalah gen yang
diwariskan oleh kedua orang tua kita, sedangkan Nurture adalah proses pembentukan tingkat lanjut terhadap gen yang
diwariskan yang didapatkan dari didikan orang tua, pengaruh pergaulan dan teman
bermain, pelajaran dari teman sekolah dan guru, didikan si mbak dan suster,
sinetron yang ditonton dan games yang dipelototi setiap hari. Sampai dengan
usia remaja, proses pembentukan karakter secara masif terjadi. Sesudah dewasa, karakter
terbentuk dan sangat tidak mudah untuk berubah.
Banyak orang mencampuradukkan
antara karakter dan kepribadian. Kalau ditelisik lebih lanjut kepribadian
adalah “karakter yang dimunculkan untuk diperlihatkan kepada orang lain”. Jadi
kalau seseorang terlihat berbeda-beda karena yang bersangkutan sedang “playing
character” atau dengan kata lain menampilkan kepribadian. Bagi anda yang ingin
melihat karakter asli seseorang perhatikan “kepribadian” ybs. pada saat sedang
mendapatkan tekanan, niscaya karakter aslinya keluar. Seseorang yang dimanapun
berada memiliki tampilan kepribadian yang sama, bisa kita sebut sebagai “man of
character”.
So what with my character?
Karakter menjadi sangat penting
dalam kehidupan kita sebagai manusia karena karakter kita menentukan bagaimana
hidup akan kita jalani (Our Character determine how we live our live). Karakter
akan menjadi catatan sejarah yang hidup dalam memori orang lain terhadap anda.
Perjanjian Baru menggambarkan
sebuah tranformasi yang luarbiasa pada diri seorang Yahudi tulen yang bernama
Saulus. Saulus seorang yang disiplin, keras, pinter, pemberani dan pantang
mundur. Saulus lama adalah pemburu jemaat Kristen mula-mula yang paling
terkenal dan kejam. Saulus baru yang berganti nama menjadi Paulus menjadi Rasul
yang pelayannya menjangkau banyak
wilayah didunia dan berkontribusi besar dalam Alkitab Perjanjian Baru dengan
surat-surat yang dia tulis. Apa yang membedakan? Karakter yang dia miliki
ibarat sebuah mobil, Saulus adalah sopir lama dan Paulus sopir baru. Mobilnya
sama, tapi sopirnya memiliki jiwa yang berbeda. Sopir baru diperbaharui jiwanya
oleh Roh Kudus sehingga karakter yang ada menjadi berkat yang luarbiasa bagi
banyak orang.
Alkitab menujukkan karakter
seperti apa yang Tuhan ingin ada pada diri kita. Galatia 5:22-23 mengajarkan
karakter yang patut untuk dipupuk dan ditumbuhkan adalah karakter orang yang
penuh kasih, sukacita, orang
yang damai sejahtera, sabar, murah hatinya, baik, setia, lemahlembut
dan karakter yang penuh penguasaan diri. Seberapa besar karakter (buah roh) ini
nampak dalam hidup anda?
Saya, anda dan semua orang
memiliki pilihan dan kesempatan yang sama dalam membangun karakter. Nature jelas tidak bisa diganggu gugat. Nurture pilihannya ada ditangan anda,
dan yang terakhir tidak kalah penting adalah siapa yang menjadi pengendali
karakter anda, apakah diri pribadi yang penuh nafsu, atau Roh Kudus yang akan
menjadi nahkoda karakter dan kehidupan kita.
How do you live your live? Man of character or
following where ever the wind blow?
Eko Jatmiko Utomo
Konsultan & Praktisi HR dan Leadership
Development
Candidate Doctor (S3) UI jurusan Strategic
Management
Mantan Aktivis GKI MY