“Jadi pahlawan masa kini, cukup tidak korupsi.”
Ahok – Wagub DKI
Korupsi dan Kehidupan Berbangsa
Ahok (panggilan akrab Wagub DKI
Jakarta Basuki Purnama) memberikan definisi yang menarik tentang arti
kepahlawanan masa kini. Pejabat yang suka ceplas-ceplos itu memberikan definisi
baru yang menohok, simpel dan membuat tersenyum. Untuk jadi pahlawan pada masa
kini ternyata cukup dengan tidak korupsi.
Definisi Ahok ini menjadi menarik
karena sangat relevan dengan kehidupan bangsa Indonesia pada saat ini. Seluruh
sendi kehidupan bangsa sudah terserang dengan virus ganas yang namanya korupsi.
Korupsi terjadi pada semua lapisan masyarakat, dari tukang parkir yang (sengaja)
tidak memberikan karcis, pegawai kelurahan yang minta “uang administrasi”
sampai ke Bupati, Gubernur, Jendral Polisi, Ketua Partai, anggota DPR, Menteri
yang terhormat bahkan yang mulia hakim ketua Mahkamah Konstitusi juga sudah
kena virus ini. Bangsa ini jelas sudah masuk stadium 4 terkena virus kanker
yang namanya korupsi.
Acemoglu dari MIT dan Robinson dari
Harvard (2012) mengarang buku dengan judul “Why Nation Fail”. Buku menjadi
menarik karena memunculkan hipotesis yang mendalam tentang bagaimana sebuah
negara bisa menjadi maju dan kenapa negara yang lain hanya jalan ditempat
bahkan jadi negara papa dan miskin.
Acemoglu dan Robinson
menyimpulkan bahwa sebuah negara menjadi maju kalau mampu membangun dua syarat
ini: Inclusive Polical System dan Inclusive Economic System. Sebuah
sistem dimana semua orang berhak dan bisa masuk kedalam sistem politik dan
ekonomi secara sederajat dan diberikan kesempatan yang sama untuk bersaing dan
berkembang.
Apa hubungannya dengan korupsi?
Korupsi menjadi variabel utama yang menghalangi sistem inklusif terbangun.
Korupsi menghalangi terjadinya proses Inklusif
dan mengubahnya menjadi proses eksklusif. Proses menjadi polisi, masuk
sekolah favorite, daftar jadi caleg dan bahkan menjadi manusia matipun berubah
ekslusif karena harus bayar sogokan termasuk untuk kapling 2x1 meter di kuburan
umum. Yang tidak mau dan tidak bisa bayar sogokan silahkan minggir.
Almarhum mahaguru ekonomi
Indonesia, Prof. Sumitro menyatakan bahwa sekitar 30% APBN Indonesia hilang
dikorupsi oleh tikus-tikus penggarong duit bangsa. Kalau APBN 2013 sekitar 1500
T, bayangkan ada 500 T yang hilang digondol koruptor!. Uang 500 T bisa dibuat
untuk apa? Cukup untuk membangun 2 jembatan selat Sunda. Cukup untuk membayar
50 Mass Rapid Transportation (MRT) yang bisa disebar di 50 kota di Indonesia.
Cukup untuk membangun Rumah Sakit (RS) kelas 1 diseluruh kabupaten dan kota di
Indonesia.
Jokowi dan Ahok, cukup dengan sikap
mau dan bertindak transparan & bersih membuktikan bahwa APBD DKI yang
jumlahnya 50 T sebenarnya bisa dan cukup untuk dipakai membangun ibukota
negara. Terbukti dengan banyaknya program yang sudah mereka jalankan dalam
waktu setahun ini. Bahkan perilaku bersih itu menarik banyak perusahaan swasta
untuk menyumbang lebih banyak lagi dengan program Corporate Social Responsibility
(SCR) mereka. Hukum alam bekerja, kebaikan menarik kebaikan.
Sel Apa Yang Rusak dan Menjadi Ganas
Maslow dalam teori yang dia kembangkan
menyatakan bahwa manusia itu memiliki berbagai macam tingkatkan kebutuhan.
Abraham Maslow mendeskrisikan kebutuhan manusia terdiri dari kebutuhan Fisik, Keamanan, Sosial, Harga Diri
sampai kelevel tertinggi Aktualisasi
Diri. Proses pencapaian ini adalah proses kodrati, yang memang akan dilalui
oleh manusia dimanapun berada.
Yang kemudian menjadi pembeda
adalah bagaimana (how to) atau cara untuk masuk kelevel yang lebih tinggi. Level yang lebih tinggi biasanya didorong
oleh paham materialisme, paham mengoleksi kekayaan sebanyak-banyaknya. Yang
berbahaya kalau kemudian proses tersebut dilakukan dengan menghalalkan semua
cara (Machiaveli Way), salah satunya dengan korupsi.
Pencapaian level lebih tinggi via
Machiaveli Way menjadi lebih rusak sesudah terjadi pergeseran makna tentang
arti pencapaian. Uang yang seharusnya menjadi (hanya sekedar) alat untuk
menghantarkan manusia dalam kedamaian atau kebahagian berubah menjadi tujuan,
persis seperti yang diajarkan bahwa “akar segala kejahatan adalah karena cinta
uang”. Gabungan antara penghalalan cara dan cinta uang jadi tempat persemaian
yang subur buat korupsi.
Jadi sel apa yang rusak dan menjadi ganas? Sel otak yang
mengembangkan cara berfikir Machivellian dan Cinta uang.
Kemoterapi atau Operasi?
Pada saat ini ramai dimedia masa
berita tentang pengemis. Ada yang mendukung dan banyak juga yang
menentang. Bagi saya pengemis bukanlah
pekerjaan (banyak yang berbeda pendapat). Yang menjadi kekawatiran saya adalah
sikap mental yang ditumbuhkan untuk mencari uang dengan cara mudah (ingat
Machiavellian Way). Sikap mental pribadi ini pasti akan mempengaruhi mental
sosial/kolektif dimana pengemis itu berada.
Ajaran ini sederhana namun kena
untuk menanggapi mental peminta-minta: “Jika seorang tidak mau bekerja,
janganlah ia makan.” (2 Tesalonika 3:2). Kalau mau makan ya bekerjalah, ada banyak
pekerjaan halal yang tersedia disana. Mental “mencari mudahnya” bisa jadi bibit
potensial untuk mental menghalalkan cara apabila mendapatkan kesempatan.
Bagi kita yang sudah mengidap
kanker stadium lanjut maka obat biasa sudah tidak mempan. Yang bisa dilakukan
adalah dengan melakukan kemoterapi dan atau operasi. Kemoterapi sakit dan bikin
rontok rambut. Operasi membuat kita kehilangan bagian tubuh kita.
Dua hal yang tidak mudah dan jelas
sangat sakit. Namun akan menyelamatkan
tubuh kita dari kegagalan total yang berujung pada kematian. Berhentilah untuk
mencintai uang dan menghalalkan cara. Now or Never.
Dan pada akhirnya sabda manusia
agung tentang bekerja kiranya dapat menjadi renungan dan
insiprasi bagi kita
semua, “Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk
makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak
Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan
Meterai-Nya.” (Yohanes 6 ayat 27).
Apakah Anda sudah siap menghadapi
virus Kanker Korupsi?
Selamat Hari Anti Korupsi
Sedunia.
Jakarta, Desember 2013
Eko Jatmiko Utomo
Konsultan & Praktisi HR dan Leadership
Development
Candidate Doctor (S3) UI jurusan Strategic
Management
Mantan Aktivis GKI MY
Tidak ada komentar:
Posting Komentar