ABSTRAK:
Ada perusahaan yang hebat, ada
perusahaan yang biasa-biasa saja dan ada perusahaan yang buruk kinerjanya. Dari
sekian banyak perusahaan yang hebat itu, mereka memiliki karakter yang mirip.
Salah satu karakter yang menonjol adalah kemampuan perusahaan tersebut dalam
melakukan inovasi, baik dalam inovasi produk atau jasa yang dihasilkan maupun
dalam menjalankan proses bisnisnya. Artikel ini berusaha menjawab benang merah
penting dalam hubungan perusahaan yang inovatif dengan karakter dan apa yang
dilakukan oleh pemimpin perusahaan.
Pada
Sebuah Perusahaan
Seorang
Chief Executive Officer (CEO) sedang marah, kesal dan gundah gulana, dalam
istilah anak muda jaman sekarang dinamakan “galau”. Kondisi galau sang CEO
tersebut disebabkan kondisi perusahaan yang dipimpinnya stagnan dan bahkan
cenderung merosot. Kinerja keuangan beberapa bisnis unit memperlihatkan bahwa
produk dan jasa yang mereka tawarkan mengalami tekanan yang berat di pasar.
Produk dan jasa dari kompetitor merebut hati pelanggan. Pelanggan mulai berpindah
ke produk kompetitor sehingga perlahan-lahan pangsa pasar tergerus.
Dalam
banyak rapat dan diskusi yang diadakan oleh dewan direksi, diidentifikasi salah
satu penyebab utama kenapa perusahaan mengalami kemunduran dalam bisnis karena perusahaan
miskin dalam inovasi baik produk dan jasa yang dihasilkan maupun proses bisnis
secara internal.
Produk
dan jasa yang dihasilkan selalu terlambat diperkenalkan kepada pelanggan dan
hanya menjadi pengikut dari kompetitor. Inovasi produk dan jasa dilakukan hanya
pada saat produk dan jasa dari kompetitor meledak dipasar dan membajak banyak
pelanggan lama. Pada kondisi itu, barulah perusahaan mengeluarkan produk baru
dengan tujuan menjaga pelanggan lama agar tidak berpaling kepada produk
pesaing. Dalam banyak kejadian strategi ini kurang berhasil.
CEO
menyalahkan para pemimpin unit bisnis. Menurut CEO, mereka tidak cukup baik
dalam melakukan inovasi produk dan jasa serta perbaikan proses bisnis. Dalam
rapat diperlihatkan data-data bahwa biaya produk dan jasa yang mereka miliki
lebih tinggi dibandingkan dengan kompetitor sedangkan penjualan tidak tumbuh
seperti yang diharapkan karena kalah bersaing dengan produk dan jasa pesaing
yang lebih inovatif.
Rapat-rapat
yang dilakukan oleh CEO dan pemimpin unit bisnis adalah rapat yang formal dan
satu arah. CEO memberikan arahan dan perintah, sedangkan pemimpin unit bisnis
mencatat dan mengerjakan. Jarang terjadi diskusi terhadap keputusan stratejik
yang diputuskan oleh CEO. CEO tidak menyukai pertanyaan dan umpan balik dari
anggota tim terhadap keputusan yang dia berikan. Pertanyaan bagi CEO merupakan
sebuah bentuk ketidaksetujuan dan perlawanan. Perlawanan terhadap CEO adalah
tindakan yang terlarang di perusahaan. Bagi anggota tim yang melontarkan harus
siap menerima sangsi baik material maupun non material.
Saat
ini yang penting bagi CEO adalah bagaimana membalikkan kondisi bisnis
perusahaan yang menurun menjadi positif kembali. Dari hasil evaluasi dan
pengamatan maka inovasi menjadi kunci agar perusahaan kembali kepada jalur yang
benar. Maka CEO memberikan perintah kepada semua pemimpin unit bisnis agar
mereka dan anggota tim melakukan inovasi-inovasi yang diperlukan agar bisnis
perusahaan membaik.
Pemimpin dan Inovasi, Sebuah Kotak
Hitam
Sebagai
praktisi dan konsultan bisnis, saya menemui banyak kasus yang sangat mirip
dengan cerita diatas. Tidak hanya terjadi pada sebuah perusahaan namun pada
banyak perusahaan pada banyak industri. Perusahaan kalah bersaing karena kurang
inovatif. Pemimpin perusahaan memberikan perintah kepada anggota tim dan bisnis
unit agar mereka melakukan inovasi. Menjadi inovatif bagi sang CEO dianggap
sebagai sebuah tindakan yang mudah asal perintah. Bahkan seringkali perintah
itu dilakukan dengan cara yang tidak inovatif.
Perusahaan
yang sukses adalah perusahaan yang mampu memberikan keuntungan bagi pemegang
sahamnya. Perusahaan yang menguntungkan adalah perusahaan yang mampu bersaing
di pasar untuk mendapatkan hati pelanggan agar mau membeli produk atau jasa
yang dihasilkan. Hanya perusahaan yang inovatif yang mampu bersaing dan
memenangkan persaingan (Ireland, Hitt & Sermon, 2003).
Dari
cerita diatas kita menemukan sebuah paradox, disatu sisi CEO menyadari bahwa
kemampuan perusahaan dalam melakukan inovasi menjadi syarat yang penting dalam
memenangkan persaingan. Namun dari sudut pandang yang lain terlihat bahwa cara
CEO dalam mengelola perusahaan dengan gaya “one man show” merupakan penyebab
utama yang membuat budaya inovasi menjadi tidak dapat berkembang dengan
maksimal.
Apa
yang membuat sebuah perusahaan menjadi perusahaan yang inovatif?. Bagaimana
hubungan antara gaya kepemimpinan dengan perilaku inovasi yang dilakukan oleh
sebuah perusahaan?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan yang
bernilai jutaan dollar karena akan menentukan bagaimana perusahaan akan mampu
berkinerja tinggi atau tenggelam dalam persaingan.
Pertanyaan
diatas dapat diibaratkan sebagai sebuah black box (kotak hitam) yang dimiliki
oleh pesawat. Kotak hitam merekam kejadian-kejadian penting dan
indikator-indikator sebuah pesawat terbang. Apabila diperlukan (misal dalam
sebuah kecelakaan) maka pihak yang berwajib dapat melakukan analisa dan
mengambil kesimpulan apa yang menyebabkan terjadinya kecelakaan dan menentukan
langkah-langkah perbaikan.
Kotak
hitam membantu kita mempelajari rekaman penting dan mengambil pembelajaran dari
data yang tersedia. Dibawah ini ada dua kotak hitam dari dua perusahaan yang
dapat kita pelajari bagaimana hubungan antara kepemimpinan dan inovasi dalam
sebuah perusahaan.
Kotak Hitam PT. Kereta Api
Indonesia
Orang
tua saya adalah guru SMP. Pada jaman tahun 80an, menjadi Pegawai Negeri Sipil
(PNS) memberikan sebuah jaminan, yaitu akan mendapatkan slip gaji bulanan. Yang
saya maksudkan adalah slip gajinya, bukan uangnya. Dengan tanggungan tiga orang
anak, bapak dan ibu saya yang merupakan guru SMP negeri disebuah kota kecil di
Propinsi Jawa Tengah seringkali hanya menerima slip dan bukan gaji, karena nominal
gaji sudah habis dipotong untuk membayar hutang. Bapak dan ibu saya baru mampu
membeli rumah tipe 21 disebuah perumahan yang dibangun oleh PT. Perumahan
Nasional (Perumnas) pada di usia senja mereka menjelang pensiun, itupun dengan
subsidi yang diberikan oleh pemerintah terhadap guru yang tergabung dalam
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Dengan
gaji yang sangat terbatas tersebut, maka uang saku dan transportasi anaknya
juga menjadi sangat terbatas. Dalam melakukan perjalanan, naik kereta api
menjadi sebuah pilihan utama. Pilihan ini dilakukan bukan karena saya hobi dan
suka naik kereta api, namun uang di kantong yang merupakan pemberian orang tua hanya
cukup dipakai untuk membeli tiket kereta api, kelas ekonomi.
Masih
terbayang jelas dalam pikiran, jaman saya kuliah diawal tahuan 90an bagaimana
suasana kereta api jurusan Bandung-Solo. Setiap kali pulang, khususnya pada
saat lebaran, saya harus antri pada dini hari di stasiun kereta api demi
mendapatkan selembar tiket kereta api. Kadang-kadang saya bahkan harus menginap
di stasiun agar mendapatkan nomer antrian yang lebih baik demi menjamin tidak
kehabisan tiket ditengah berdiri kelelahan berjam-jam dalam antrian.
Perjuangan
tidak berhenti disana, pergulatan yang heroik untuk mendapatkan tiket masih
harus dilanjutkan dengan perjuangan berikutnya pada saat naik kereta api.
Seringkali saya tidak mendapatkan tiket, sehingga harus berdiri atau duduk di
lorong-lorong antar kursi atau disela-sela kursi orang yang berbaik hati.
Beberapa kali kesempatan baik tidak datang, sehingga saya harus nongkrong di
toilet kereta api yang sempit dan bau pesing selama 15 jam perjalanan Bandung –
Solo. Sebuah pengalaman yang luarbiasa yang tidak terlupakan.
Menjelang
milenium baru pada tahun 1999, Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka), berubah
menjadi Perseroan Terbatas Kereta Api (PT. KA) dan kemudian berubah kembali
menjadi PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI) pada tahun 2010. Dengan perubahan
ini maka PT. KAI dituntut menjadi perusahaan yang terbuka dan profesional yang
selain bertugas melayani masyarakat juga harus mampu menghasilkan keuntungan
kepada pemegang sahamnya dalam hal ini pemerintah Indonesia. Namun perubahan
ini tidak menjadikan pelayanan perusahaan yang memonopoli pengelolaan kereta
api Indonesia ini menjadi lebih baik, yang berubah hanyalah namanya,
pelayanannya tetap bobrok dan jauh dari yang diharapkan. Sudah buruk dalam
pelayanan, PT. KAI merugi dan membutuhkan subsidi yang besar dari pemerintah.
Kalau
sebelumnya saya merupakan pelanggan PT. KAI untuk kereta jarak jauh, maka pada
milinium baru saya menjadi pelanggan PT. KAI khususnya kereta komuter di area Jakarta
Bogor Tangerang Bekasi (Jabodetabek). Jarak waktu lebih satu dekade tidak mampu
merubah pelayanan yang diberikan oleh PT. KAI. Kereta komuter jenis Kereta Rel
Listrik (KRL) yang saya tumpangi dari pinggiran Jakarta menuju tengah kota
Jakarta pulang pergi (pp) merupakan mimpi buruk transportasi Indonesia.
Penumpang
penuh dan membludak. Banyak penumpang yang berani mati dengan sigap naik ke
atap gerbong menghindari kepadatan yang luarbiasa didalam gerbong. Banyaknya penumpang
yang mati karena jatuh dari atap gerbong maupun tersengat listrik bukan
merupakan penghalang bagi mereka. Sementara mereka yang bertempur dalam lautan
manusia didalam gerbong harus erat-erat memegang dompat dan tas mereka dari
incaran copet yang merajalela dari stasiun ke stasiun yang lain, belum lagi
pelecehan seksual yang sering terjadi pada saat berdesak-desakan di dalam
gerbong yang penuh sesak.
Kondisi
ini masih ditambah dengan suasana stasiun yang semrawut dan kumuh. Pedagang asongan
dengan setengah memaksa menyodorkan barang dagangan. Tindakan ini tidak hanya
dilakukan di emperan stasiun namun pengasong juga menjajah ruang-ruang sempit di
dalam gerbong. Belum lagi gerbong-gerbong kereta yang tua dan rusak dan
bangku-bangku yang reyot kurang perawatan. Sampah dan grafiti menjadi
pemandangan yang biasa di seluruh stasiun milik PT. KAI, mungkin yang masih
agak mending hanyalah stasiun Gambir yang letaknya ada di ring 1, diseberang
istana kepresidenan.
Itu
adalah bayangan masa lalu. Pada saat ini, jika anda naik kereta api baik kereta
api jurusan jarak jauh seperti Jakarta – Solo maupun kereta api jarak dekat
seperti KRL Jabodetabek, maka anda mungkin akan mencemooh ilustrasi yang saya
tulis diatas. Anda tidak akan menemukan hal-hal itu pada kereta api yang anda
naiki.
Jika
anda pergi ke stasiun KRL Palmerah dan banyak stasiun-stasiun yang lain saat
ini, maka anda akan menemukan sebuah bangunan yang megah terdiri dari dua
lantai. Tersedia Lift dan Eskalator selain tangga beton yang lebar dan nyaman.
Pintu keluar masuk peron menggunakan kartu khusus seperti yang anda temukan di
stasiun-stasiun di Singapura maupun Hongkong. Bahkan stasiun Palmerah juga
sudah dilengkapi oleh mesin penjual tiket otomatis!.
Anda
tidak akan menemukan lagi pedagang kali lima dan pengasong di lingkungan
stasiun lagi. Bangku penunggu yang nyaman tersedia di dalam stasiun. Bahkan
colokan listrik juga disediakan bagi manusia Indonesia modern yang tidak bisa
lepas dari benda elektronik miliknya. Stasiun bersih dan lapang.
Anda
tidak akan menemukan lagi pemandangan yang heroik (atau konyol?) dimana ada
puluhan atau ratusan penumpang yang naik ke atap kereta. Anda juga tidak akan
menemukan penumpang kereta jarak jauh yang sedang memaksa memasukkan anaknya
dari jendela karena harus berebut tempat duduk. Tidak akan anda temukan lagi
orang-orang yang tidur di lorong kereta jarak jauh. Bahkan kipas angin pada
kereta kelas ekonomi telah berubah menjadi Air Conditioner (AC).
Jadi,
pergi kemana jaman kekacauan pengelolaan kereta api?. Ini adalah pertanyaan
utama dalam kotak hitam PT. KAI. Apa yang mendorong PT. KAI mengalami
transformasi yang luar biasa dari sebuah perusahaan yang sangat miskin inovasi,
selalu rugi, pelayanan yang buruk berubah menjadi perusahaan yang kaya inovasi,
mengalami tingkat pertumbuhan keuntungan yang luar biasa dan makin menarik bagi
banyak manusia Indonesia untuk beralih menjadi pengguna PT. KAI seperti saya?.
Jawaban
dari pertanyaan ini sangat sederhana, yaitu sesosok manusia bernama JONAN!.
Jonan adalah CEO yang memimpin PT. KAI periode 2009-2014. Jonan dan
kepemimpinannya mampu merubah kinerja PT. KAI “from zero to hero”. PT. KAI
dibawah kepemimpinan Jonan mampu menelurkan banyak inovasi yang luar biasa baik
dari proses pelayanan yang diberikan maupun jasa yang ditawarkan. Transformasi
organisasi yang dilakukan oleh Jonan selama 5 tahun terbukti mampu membuat PT.
KAI yang merugi Rp 83.5 M pada tahun 2008 (awal kepemimpinan Jonan) menjadi untung
Rp 560.4 M pada tahun 2013. Aset PT. KAI juga mengalami peningkatan dari Rp 5.7
T (2008) menjadi Rp. 15.2 T (2013).
Bagaimana
Jonan dan kepemimpinannya mampu merubah PT. KAI menjadi perusahaan yang
inovatif dan menguntungkan? Apa hubungan kepemimpinan Jonan dengan Inovasi PT.
KAI. Jawabannya dapat anda temukan pada bagian selanjutnya dari bab ini.
Kotak Hitam Apple Inc.
Perusahaan
apa yang paling inovatif di dunia? Kalau anda jawaban anda adalah perusahaan
yang memiliki logo Apel yang bekas digigit maka jawaban anda benar. Boston Consultating
Group (BCG) menobatkan Apple menjadi perusahaan paling inovatif selama 9 tahun
berturut-turut dari tahun 2005-2014! Sebuah prestasi yang luarbiasa. Apple
mampu mengalahkan nama-nama besar seperti Google, Samsung, Microsoft, IBM,
Amazon, Tesla, Facebook dan lain-lain.
Kehebatan
Apple dalam hal inovasi terefleksikan pada nilai saham mereka. Pada awalnya,
nilai saham Apple diperdagangkan dengan harga $28.75 persaham pada tahun 1980,
meningkat menjadi hampir $700 persaham pada tahun 2012. Nilai saham Apple
tumbuh 20 kali lipat dalam jangka waktu
30 tahun. Nilai pasar Apple mencapai $750 Milyar pada tahun 2015. Menjadi
perusahaan Amerika dengan kapitalisasi pasar yang terbesar di dunia.
Segala
kehebatan pencapaian Apple diatas tidak terbayangkan pada dua setengah dekade
yang lalu. Apple yang sedang berkembang pesat membutuhkan CEO yang mapan dan
Steve Jobs belum siap memegang peran itu. Jobs mendekati John Sculley dari
perusahaan Pepsi Co., salah satu perusahaan mapan Fortune 500 untuk menjadi
nahkoda kapal Apple yang masih muda. Proses membawa John Sculley masuk ke Apple
memunculkan kalimat ajakan Steve Jobs ke Sculley yang legendaris “Apakah kamu
mau menghabiskan sisa hidupmu dengan menjual air bergula atau apakah kau ingin
memiliki peluang untuk mengubah dunia?”. Ditambah dengan tawaran paket $1
juta/tahun gaji, bonus penandatanganan kontrak kerja $1 juta dan pesangon $1
juta maka John Sculley akhirnya resmi bergabung dengan Apple Mei 1983
(Isaacson, 2011).
Steve
Jobs membawa masuk John Sculley sebagai CEO Apple. Dan hanya butuh waktu 2
tahun bagi Sculley bersama-sama pemegang saham yang lain untuk menyingkirkan
Steve Jobs dari kursi direksi. Apple, sebuah perusahaan teknologi yang butuh
inovasi tinggi dikelola oleh Sculley dengan gaya pengelolaan Pepsi yang
mengandalkan inisiatif marketing, namun miskin inovasi. Saat Sculley masuk
Apple pada tahun 1983, harga saham Apple sekitar $50 dan harga saham Apple
jatuh ke titik nadir $16 pada tahun 1997. Tahun ini juga menandai kedatangan
kembali Steve Jobs ke perusahaan yang dia bidani kelahirannya bersama Steve Wozniak
ini.
Ditengah
menurunnya kinerja produk andalan Apple, komputer Macintosh, Apple mengakuisi
perusahaan NeXT milik Steve Jobs yang kemudian membawa Jobs kembali kepada
perusahaan yang didirikannya dan menjadi CEO tidak beberapa lama kemudian.
Sejak saat itu yang terjadi kemudian adalah sejarah. Apple menjadi perusahaan
yang sangat inovatif. Apple tidak hanya handal dalam menciptakan produk baru
namun juga mampu menciptakan pasar baru. Produk Apple yang pioner seperti IMac,
IPod, ICloud dan Iphone merajai pasar dunia dan membuatnya menjadi perusahaan
yang paling hebat serta menguntungkan sedunia. Ipod mampu menyingkirkan walkman yang membuat Sonny menjadi
perusahaan kelas dunia. Sedangkan Iphone mampu membawa Apple menjadi salah
perusahaan produsen perangkat telephone genggam terbesar didunia bersama-sama
dengan Nokia (pada saat itu) dan Samsung. Perbedaannya ada pada margin keuntungan
Iphone yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kompetitor.
Kehebatan
kinerja Apple terletak pada kekuatan inovasi mereka. Komputer IMac, selalu
menjadi pilihan utama para pengguna komputer kelas atas yang tidak sensitif
terhadap harga. IPod mampu menciptakan pasar baru. Konsumen beramai-ramai
membeli perangkat elektonik ini karena mampu menyimpan ribuan lagu dalam
perangkat yang kecil, luwes dan memberikan pengalaman yang luarbiasa pada cara
memilih dan mendengarkan lagu kesayangan pada kesempatan apapun. Apple membawa
pengalaman yang baru dengan sistem layar sentuh dan tombol yang minimalis pada
IPhone. Pelanggan beramai-ramai membeli perangkat telepon genggam produk Apple
ini karena nilai seni yang bercita rasa tinggi, fitur-fitur yang dimiliki, serta
fleksibilitas dan kemudahan dalam mengoperasikannya. Walau untuk mendapatkan
semua pengalaman tersebut mereka harus merogeh kocek mereka lebih dalam
dibandingkan dengan membeli produk pesaing Apple. Semua kehebatan produk Apple
dihadirkan atas nama inovasi dibawah sang dirigen yang flamboyan bernama Steve
Jobs.
Apa
hubungan kekuatan inovasi, kinerja perusahaan dengan keberadaan pendiri dan CEO
Apple yang bernama Steve Jobs? Pertanyaan penting ini yang akan dicari
jawabannya dalam kotak hitam Apple Inc., yang akan kita bahas bersama dibawah
ini.
Faktor Pendorong Inovasi
Beberapa
bulan yang lalu, saya bertamu ke PT. Pamapersada Nusantara (Pama), anak
perusahaan United Tractor dan cucu perusahaan PT. Astra Internasional yang
bergerak dalam usaha kontraktor pertambangan. Disana saya bertemu dengan
Direktur perusahaan dan Kepala Divisi stratejik. Sebagai mantan karyawan, saya
selalu mengikuti perkembangan bisnis Pama dari tahun ke tahun. Kesempatan
bertemu dengan para penggede perusahaan ini saya manfaatkan untuk bertanya apa
yang membuat Pama tetap mampu menghasilkan keuntungan yang signifikan walaupun
bisnis di industri pertambangan sedang dalam tekanan yang berat.
Dari
banyak poin-poin yang didiskusikan, sistem pengelolaan kinerja dan remunerasi
bagi operator merupakan salah satu topik bahasan yang sangat menarik bagi saya.
Pama memiliki lokasi kerja yang tersebar diseluruh Indonesia, masing-masing
lokasi kerja memiliki ribuan karyawan dan operator yang mengelola ribuan alat
berat seperti alat gali (Shovel/Backhoe) maupun alat angkut bertonase tinggi
(Dump Truck) serta alat-alat berat pendukung lainnya seperti Dozer dan Grader. Bagi perusahaan kontraktor pertambangan (juga perusahaan
pertambangan swa kelola), efisiensi dan efektivitas penggunaan alat-alat berat
merupakan kunci keberhasilan dalam bisnis ini.
Kontraktor
pertambangan yang sukses adalah perusahaan yang mampu menggunakan alat berat
yang mereka miliki seoptimal mungkin. Dalam hal ini untuk melakukan pekerjaan
pemindahan tanah dan batuan serta menambang batubara atau mineral. Semakin
optimal dan efektif penggunaan alat berat maka semakin tinggi pula potensi
perusahaan untuk sukses.
Bagi
banyak perusahaan tambang, tantangan yang mereka hadapi adalah bagaimana mengatur
dan memotivasi operator alat berat agar secara maksimal menggunakan alat berat
yang tersedia bagi mereka untuk mengerjakan tugas yang sudah ditetapkan. Memelihara
alat berat supaya selalu siap pakai merupakan sebuah tantangan pada divisi
pemeliharaan. Para mekanik ditantang sedemikian rupa agar alat berat yang
menjadi tanggung jawab mereka selalu siap pakai dengan kondisi prima. Proses
tidak berhenti disitu, bagaimana caranya agar alat berat yang sudah disiapkan
oleh para mekanik dapat digunakan oleh para operator dengan optimal untuk
mengerjakan proses-proses penambangan seperti penggalian, pengangkutan dan
tugas-tugas lainnya.
Salah
satu sumber motivasi manusia adalah uang. Pama secara cerdik mengembangkan
sebuah sistem pengawasan kinerja operator yang sedang bekerja pada sebuah alat
berat dengan jumlah bonus yang akan mereka terima setiap bulannya. Perusahaan
dan juga karyawan, secara langsung (real time) dapat mengontrol penggunaan alat
berat dan produktivitasnya. Kontrol tidak hanya dilokasi pertambangan, namun
juga dilakukan dari kantor pusat di Jakarta. Produktivitas meningkat tinggi dan
karyawan bersemangat dalam bekerja. Inovasi pengembangan sistem ini dilakukan
oleh Pama secara mandiri, tidak menggunakan konsultan untuk melakukannya.
Sebuah inovasi yang luar biasa yang berdampak langsung terhadap kinerja
perusahaan. Satu bukti lagi dampak besar dari inovasi dalam organisasi.
Apa
yang dilakukan Pama bagi saya hebat, namun tidak mengejutkan. Sebagai mantan
karyawan dan pengamat, saya tahu persis bahwa sebagai entitas perusahaan Pama
mendorong dan bahkan melombakan inovasi-inovasi perbaikan proses bisnis dan juga
produk mereka. Hal ini mereka lakukan selama bertahun-tahun. Suasa kerja juga
sangat cair antara karyawan dan para pemimpinnya. Para karyawan dapat dengan
mudah bertemu dan berbicara langsung dengan pemimpin, demikian juga sebaliknya.
Melakukan inovasi sudah menjadi urat nadi mereka, sudah menjadi budaya
perusahaan.
Budaya
perusahaan terbukti merupakan salah satu dari dua faktor utama pendorong
inovasi didalam perusahaan (Capozzi, M.M., 2010 & Barsh, dkk., 2006). Pama
dan banyak perusahaan lain menjadi buktinya. Faktor kedua yang tidak kalah
penting dari budaya perusahaan adalah orang-orang yang ada didalamnya, para
karyawan. Budaya perusahaan dan karyawan yang inovatif menjadi kunci perusahaan
berkinerja tinggi.
Sesudah
kita mengetahui bahwa budaya perusahaan dan karyawan yang inovatif menjadi
faktor utama perusahaan yang memiliki inovasi tinggi, maka pertanyaan
berikutnya adalah bagaimana kita dapat menumbuhkan budaya dan karyawan yang
inovatif?
Siapakah
yang memiliki pengaruh besar terhadap pembangunan budaya sebuah perusahaan? Dalam
banyak studi literatur dan juga studi empiris seperti yang saya tuliskan
diatas, maka pimpinan puncaklah yang memiliki tanggung jawab dan pengaruh
paling besar dalam membangun budaya organisasi. Kinerja dan hitam putihnya
perusahaan merupakan refleksi dari karaktistik dari pemimpin perusahaan
(Hambrick & Mason, 1984).
Dalam
kasus yang sangat ekstrim, saya pernah mendapatkan pengalaman dimana pergantian
CEO diperusahaan dimana saya bekerja langsung terasa dampaknya terhadap inovasi
perusahaan dan kemudian pada kinerja organisasi secara keseluruhan hanya dalam
waktu satu tahun.
CEO
yang terdahulu adalah pemimpin perusahaan yang memberikan banyak inspirasi bagi
anak buahnya. CEO seorang pekerja keras (jarang pulang dibawah jam 10 malam),
sangat terbuka dan mendorong diskusi-diskusi untuk memecahkan masalah atau
menyusun strategi perusahaan. Yang dilibatkan dalam diskusi tersebut bukan
hanya mereka yang menduduki posisi level atas, namun menyeluruh bahkan
menyentuh sampai ke karyawan tingkat supervisor. Keputusan stratejik yang
diputuskan dikomunikasikan dengan masif keseluruh lapisan karyawan.
Pertemuan-pertemuan diadakan disetiap kondisi yang memungkinkan, formal dan
informal. Perayaan keagamaan dan pencapaian prestasi tertentu dipakai untuk
menumbuhkan kebersamaan dan menciptakan momentum positif untuk terus maju
mencapai target yang telah ditetapkan.
CEO
ini sangat mendorong kami untuk berani membuat keputusan dan cepat dalam
melakukan eksekusi keputusan yang sudah ditetapkan bersama. Pelatihan dan
pengembangan kompetensi karyawan menjadi sebuah topik perbincangan hangat dan
diwujudkan dalam tindakan nyata. Yang menentramkan adalah sang CEO mengijinkan
kami untuk melakukan kesalahan! Yang penting kami belajar dari kesalahan
tersebut dan kemudian memperbaikinya. CEO kami merupakan pemimpin tipe
transformational (Eissenbeis dkk., 2008).
Tidak
butuh waktu yang lama, perusahaan yang sebelumnya stagnan selama bertahun-tahun
(pertumbuhan lambat dan keuntungan kecil) mendapatkan momentum baru dan memecahkan
rekor margin keuntungan bersih yang dihasilkan. Semua pemangku kepentingan
bahagia dan momentum positif berlanjut.
Tiga
tahun kemudian terjadi pergantian pucuk pimpinan, CEO baru datang menggantikan
CEO yang lama. CEO yang baru memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda. Yang
bersangkutan cenderung kurang terbuka dalam berkomunikasi dengan karyawan.
Keputusan-keputusan stratejik dibuat di ruang-ruang tertutup direksi. Karyawan
yang lain hanyalah eksekutor dan tidak memiliki peluang untuk memberikan masukan
dan perbaikan dari keputusan yang diambil. Budaya perusahaan yang sebelumnya
cepat dalam melakukan perbaikan dan inovatif mengeluarkan produk-produk baru
perlahan-lahan menghilang dan diganti dengan apatisme dan bekerja seperlunya.
Hanya
dalam waktu satu tahun terlihat kinerja perusahaan mengalami kemunduruan. Pasar
tetap tumbuh tetapi dibawah pertumbuhan tahun sebelumnya. Pangsa pasar mulai
mengecil dan kinerja keuangan juga tidak secemerlang tahun-tahun lalu. Margin
keuntungan kotor dan bersih menurun.
Dari
uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa pemimpin di dalam organisasi dalam hal
ini CEO sangat berpengaruh dalam menumbuhkan budaya organisasi yang inovatif,
mendorong perusahaan untuk menyediakan wadah bagi karyawan agar dapat
berprestasi tinggi (Eissenbeis dkk., 2008).
Yang
paling penting dalam keseluruhan upaya untuk membangun perusahaan yang inovatif
adalah keberadaan pemimpin yang transformatif. Pemimpin yang mampu memberikan
inspirasi, memiliki visi yang jelas dan komunikatif serta menyediakan wadah
bagi seluruh karyawan untuk mengeluarkan ide-ide kreatif mereka dan membuatnya
menjadi inisiatif-inisiatif yang bermanfaat buat perusahaan.
Dalam
kasus PT. KAI, kepemimpinan transformational Jonan ditunjukkan dengan
mengadakan perubahan-perubahan yang mendasar termasuk membongkar budaya-budaya
lama di tubuh perusahaan yang menghambat perusahaan untuk maju. Meritokrasi diperkenalkan
kepada PT. KAI. Mereka-mereka yang bertanggung jawab besar dan menjadi tulang
punggung perusahaan diberikan penghargaan yang layak. Para Masinis mendapatkan
kenaikan gaji yang sepadan dengan tugas berat yang mereka emban.
Pelayanan
dirombak total. Untuk kereta api jarak jauh diperkenalkan sistem satu tiket
satu kursi, dengan demikian tidak ada lagi penumpang yang berdiri. Yang
menakjubkan bahwa penurunan jumlah penumpang ternyata tidak berbanding lurus
dengan penurunan pendapatan. Dengan sistem pengawasan yang ketat maka tidak ada
pendapatan dari jualan tiket yang bocor. Penumpang berkurang namun pendapatan
malah naik.
Salah
tindakan penting yang dilakukan oleh Jonan dalam merombak budaya lama yang
miskin inovasi adalah dengan memberikan penghargaan kepada karyawan yang
berprestasi untuk dikirim ke luar negeri dalam rangka studi banding dan
berwisata. Ratusan orang karyawan yang diberangkatkan ke luar negeri, banyak
yang merupakan pengalaman pertama, termasuk pengalaman pertama naik pesawat. Karyawan
yang berprestasi paling tinggi dikirim ke Eropa dan dibayari untuk naik dan
merasakan pelayanan kereta api cepat kelas eksekutif. Karyawan berprestasi dibawahnya
dikirimkan ke Jepang dan ke China untuk mendapatkan pengalaman yang sama. Sebuah
perspektif baru bahwa “diatas langit ada langit”. Bahwa ada sebuah standar
pelayanan perjalanan kereta api yang sangat tinggi di luar negeri.
Mata para karyawan PT. KAI menjadi terbuka.
Pelayanan yang selama ini mereka lakukan ternyata sangat jauh dibandingkan
dengan pelayanan yang diberikan oleh perusahaan kereta api di luar negeri
kepada para pelangganya. Efek dari “ayo piknik” gaya Jonan ini mengikis dan
membuang pola pikir lama yang mudah puas dan seadanya dalam memberikan
pelayanan, berganti dengan pola pikir baru untuk memberikan pelayanan yang
lebih baik dan mengejar ketertinggalan dengan negara lain.
Dalam
kasus Steve Jobs dan Apple, Jobs memiliki sebuah gaya mempengaruhi karyawan
yang dinamakan sebagai “distorsi realitas lapangan”. Distorsi realitas lapangan
adalah kemampuan retorika Steve Jobs dalam meyakinkan karyawan dengan mengubah
fakta agar dapat sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Salah sebuah cerita
tentang distorsi realitas lapangan adalah saat Jobs meyakinkan Larry Kenyon
seorang insinyur perangkat lunak bahwa
waktu yang dibutuhkan untuk menyalakan komputer Mac terlalu lama. Jobs
meyakinkan bahwa kemampuan Mac untuk menyala lebih cepat selama 10 detik akan
menyelamatkan banyak nyawa di dunia. Apabila ada 5 juta pengguna Mac dan setiap
hari proses penyalaan komputer bisa dipercepat 10 detik, maka akan ada 10 x 5
juta detik penghematan akan ada banyak hal yang baik yang bisa dilakukan,
termasuk menyelamatkan nyawa manusia. Distorsi realitas lapangan Steve Jobs
mampu menginspirasi Larry Kenyon untuk datang seminggu kemudian kepada Steve
Jobs dengan menunjukkan sebuah prestasi mempercepat waktu penyalaan komputer Mac
sebesar 28 detik! Jauh diatas 10 detik yang diminta Steve Jobs sebelumnya (Issacson, 2011).
Saat
Steve Jobs kembali ke Apple pada tahun
1997, Jobs bersama dengan tim kreatif mereka meluncurkan ulang kampanye
merek Apple dengan sebuah iklan yang menjadi legendaris “Think Different”.
Kampanye iklan baru ini mampu menaikkan moral karyawan Apple dan kemudian
mendorong mereka untuk menciptakan inovasi-inovasi produk yang luarbiasa
seperti Ipod dan Iphone. Steve Job role model inovator dan pendorong perusahaan
dan karyawan untuk menjadi inovatif seperti dirinya.
Pemimpin dan Inovasi, Sebuah
Deduksi Bagi PLN
Perusahaan
Listrik Negara (PT. PLN) merupakan sebuah perusahaan raksasa di Indonesia apabila
ditinjau dari aset dan penghasilan setiap tahunnya. Besarnya PLN hanya dapat
ditandingi oleh PT. Pertamina yang bergerak dalam industri perminyakan.
Seperti
perusahaan lainnya, maka PLN juga diberikan misi oleh pemerintah untuk dapat
memberikan keuntungan bagi pemegang saham selain menjalankan misi sosial bagi
kemakmuran rakyat Indonesia.
Pada
saat ini PLN mendapatkan tugas yang maha penting dari pemerintah dengan bekerja
sama dengan perusahaan swasta untuk meningkatkan kapasitas listrik Indonesia
sebesar 35.000 MW untuk 3 tahun kedepan. Pemberian tugas sudah dimulai sejak 2
tahun lalu saat pemerintahan yang baru dibawah Presiden Jokowi mengambil
keputusan bahwa penyediaan infrastruktur (termasuk listrik) merupakan kunci
bagi Indonesia untuk mengejar ketertinggalan dari bangsa lain yang sudah lebih
dahulu maju.
Tugas
yang tidak mudah ini niscaya tidak akan dapat dicapai apabila PLN tidak
menanamkan, memupuk dan mengembangkan budaya inovatif didalam organisasinya.
Membangun pembangkit 35.000 MW, membangun transmisi dan menyalurkannya kepada
seluruh rakyat Indonesia yang saat ini mengalami defisit listrik jelas akan
menemui banyak hambatan dan tantangan. Hanya dengan inovasi tiada henti yang
akan mampu menciptakan solusi-solusi terhadap masalah dan pilihan-pilihan
kreatif pengambilan keputusan.
Untuk
menciptakan budaya inovatif tersebut maka dibutuhkan para pemimpin PLN yang
transformasional, yang mampu memberikan insipirasi, memberikan contoh, dan
mendorong setiap insan PLN untuk selalu bertumbuh dan mengembangkan
kompetensinya.
Apakah
tugas maha berat ini dapat diwujudkan, keputusan ada ditangan para pemimpin
PLN.
Selamat
Ulang Tahun PLN
Selalu
semangat membangun negeri.
Note: tulisan ini dimaksudkan untuk menjadi salah satu bab dalam buku terbitan PLN untuk peringatan Ultah PLN
Note: tulisan ini dimaksudkan untuk menjadi salah satu bab dalam buku terbitan PLN untuk peringatan Ultah PLN
Daftar Referensi:
Barsh, dkk.
(2006). “Leadership and Innovation”, The
McKinsey Quarterly, 2008, 1.
Bossink,
B.A.G. (2004). “Effectiveness of Innovation Leadership Styles: a Manager’s
Influence on Ecological Innovation in Construction Projects”, Construction Innovation, 4, 211-228.
Capozzi,
M.M. (2010). “Leadership and Innovation”, Development
Outreach, World Bank Institute.
Eisenbeiss,
S.A.; Knippenberg, D.; & Boerner, S. (2008). “Transformational Leadership
and Team Innovation: Integrating Team Climate Principles”. Journal of Applied Psychology, 93, 6, 1438-1446.
Issacson,
W. (2011). “Steve Job”, Simon & Shuster, New York
Tidak ada komentar:
Posting Komentar