20 Desember 2016

Mengapa Harus Berubah? #Hal83


Catatan Harian Eko Utomo

Mengapa Harus Berubah? #Hal83

Apakah Indonesia sedang krisis? Eiiiit jangan terburu nafsu untuk memberikan jawaban. Pertanyaan non eksak seperti diatas membutuhkan banyak perimeter dan konteks agar jawaban kita tidak "jump to conclusion" dan melantur kemana2.

Sebelum memberikan jawaban kita butuh kejelasan terhadap pertanyaan itu sendiri. Misal, apa alat ukur krisis? Secara keseluruhan atau parsial? Krisis dibandingkan negara mana?.

Kalau pertanyaan itu digeneralisasi pada konteks makro, maka jawaban "Tidak" mungkin jawaban yang tepat. Alat2 ukur ekonomi makro, seperti pertumbuhan ekonomi yang hampir 5% tahun lalu menunjukan krisis masih jauh. Inflasi terjaga satu digit bahkan dibawah 5%, serta defisit yang masih terkontrol dibawah 3%.

Namun kalau konteksnya adalah dunia pertambangan Indonesia, maka mungkin kita bisa bilang sedang krisis. Efek hancurnya harga minyak dan disusul oleh harga batubara membuat banyak perusahaan tambang yang membukukan angka merah di laporan keuangan mereka tahun 2015.

Kondisi ini masih diperparah oleh ketidaksiapan dunia pertambangan menyikapi diberlakukannya UU Minerba. Maka komplitlah "krisis" yang dihadapi oleh industri pertambangan di Indonesia.

Diantara kerunyaman2 yang muncul dan nada pesimis, saya bertemu dengan satu perusahaan yang "shining above the crowd". Perusahaan tambang batubara yang berlokasi di pedalaman Sumatera Selatan, PT. Bukit Asam.

Disaat kondisi perusahaan lain sedang tiarap dan merah, PTBA mampu membukukan keuntungan lebih dari 2T pada tahun 2015!!. Sebuah prestasi yang spektakuler bahkan di level dunia sekalipun.

Mendapatkan kesempatan untuk "sedikit" melongok kedalam dan kemudian membandingkannya dengan beberapa perusahaan tambang lain saya menarik sebuah benang merah. Insan PTBA "paranoid" terhadap krisis yang melanda industri pertambangan.

Lha kok paranoid? yup, dalam kondisi membukukan keuntungan skala raksasapun eksekutif dan insan PTBA kompak menyatakan industri pertambangan krisis dan mereka harus menyikapinya dengan melakukan efisiensi dan meningkatkan produktivitas secara terus menerus.

Mereka paranoid kalau prestasi mereka tidak dapat dipertahankan, they do what ever they can do to sustain their profitability.

Sikap parno ini yang cenderung tidak saya temukan pada perusahaan2 tambang lain dimana saya mendapatkan kesempatan berinteraksi.

Bahkan untuk memutuskan apakah perusahaan mereka sedang krisis atau tidak masih merupakan perdebatan atau diskusi dan entah kapan akan diambil sebuah keputusan bersama.

Lho, apa pentingnya kita menentukan perusahaan kita sedang krisis atau tidak?
Kalau anda merasa tidak sakit buat apa ke dokter dan beli obat.
Ketika anda berpikir perusahaan anda baik2 saja buat apa melakukan perubahan yg menggoyang zona nyaman.

Betul atau benul?

EU4U
Sambil nunggu mantan pacaran latihan nyanyi.
BSDCity030616

Untuk mereka yg tanggap.

Tidak ada komentar: