Catatan Harian Eko Utomo
Menolak untuk Mengakui
Menutup proses Memperbaiki #Hal87
Satu semester ini saya berkeliling dari satu perusahaan pertambangan ke perusahaan pertambangan yang lainnya, semuanya perusahaan yang sudah go public dan termasuk big 10 perusahaan tambang yang ada di Indonesia.
Dalam sesi workshop "Strategic Management in Crisis Situation" saya selalu memulai dengan sebuah pertanyaan utama: "menurut anda, apakah perusahaan anda saat ini sedang dalam.kondisi krisis atau tidak?".
Jawaban dari peserta workshop yang terdiri dari direktur, GM, VP dan Senior Manager bervariasi. Sebagian dengan tegas menyatakan bahwa perusahaan mereka sedang dalam kondisi krisis, sedangkan sebagian lain gamang, ragu dan merasa bahwa perusahaan mereka baik2 saja.
Yang menarik adalah PTBA yang membukukan laba 2T pada tahun 2015 hampir seluruh karyawan seniornya menyatakan bahwa perusahaan mereka sedang krisis (lihat #Hal86). Sedangkan mereka yang gamang dan ragu malah mereka yang bekerja pada perusahaan yang bisa dianggap benar2 dalam kondisi krisis (lost, revenue decline dll.).
Pertanyaan ini saya lontarkan karena menjadi "pintu masuk" yang sangat penting untuk proses selanjutnya (transformasi atau turning around initiative etc.).
Saat sebagian besar peserta workshop masih gamang apakah mereka sedang dalam kondisi krisis, saya tidak akan melanjutkan ke pembahasan tentang krisis dan cara mengatasinya.
Why? karena memberikan makan orang yang tidak butuh makan atau memberikan obat kepada orang yang "merasa" sehat adalah sebuah kesia2an.
Dalam konteks sebagai Coach saya sering menghadapi masalah yang mirip. Banyak pribadi dalam posisi "Blind Spot" atau "Denial" terhadap kekurangan atau ketidakmampuan mereka.
"Blind Spot" terjadi pada mereka yang "buta" atau "membutakan" diri terhadap kekurangan. Sedangkan "Denial" terjadi pada mereka yang tidak mau mengakui kekurangan atau ketidakmampuan walaupun sudah ditunjukkan bukti2 validnya.
Proses coaching saya hentikan sampai yang bersangkutan sadar dan mengakui ada yang harus diubah dalam dirinya. Kalau saya paksakan ke proses coaching selanjutnya maka yang terjadi adalah proses buang2 waktu baik bagi saya sebagai coach maupun ybs. sebagai coachee.
Dalam konsep "Behavior Change State", seorang coach harus membantu sang coachee untuk pindah dari kuadrant "Unconscious Incompetence ke Conscious Competence" apabila proses ini belum berhasil, maka proses selanjutnya tidak akan efektif untuk dilanjutkan.
Kembali ke para pemimpin perusahaan yang sedang krisis, apabila anda akan melakukan proses turning around perusahaan coba check karyawan2 inti anda, jangan2 mereka merasa perusahaan baik2 saja dan tidak perlu untuk berubah.
Yang terjadi anda teriak pada orang tuli! Mau?
EU4U
Hujan rintik diatap parkiran Aeon Mall BSD
Untuk para pemimpin perubahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar