21 Desember 2016

Which Part Are You? #Hal98


Catatan Harian Eko Utomo

Which Part Are You? #Hal98

Pagi2 terjadi dialog heboh di rumah:
Thesa: Mom, hari ini hari Selasa kan? Besok Rabu?
Mom: Iya sayang
Thesa: "Teteh, seragamnya salah bukan itu", kata Thesa ke Teteh yang sibuk mencari seragam sekolah Thesa dan baju Jason
Teteh: "Benar ini kakak", Tetehnya ngotot
Thesa: "Itu untuk hari Rabu teteh Oneng!", seru Thesa sambil cengengesan.
Mom: "Thesa ngak boleh ngomong begitu!", si Mom memarahi anak remajanya.

Sejak sebulanan ini, Thesa suka mencandai Teteh asisten rumah tangga kami dengan sebutan "Oneng" saat melihat Teteh melakukan tindakan yang salah.

Saya dan istri biasanya langsung menegur Thesa untuk tidak mengucapkan hal tersebut. Namun Thesa masih tetap melakukannya.

Masalahnya sederhana namun fatal. Karena Thesa hanya sekedar meniru apa yang dikatakan mamanya kalau lagi kesal sama Teteh yang memang processornya agak ketinggalan jaman.

Bahkan walau didoktrin "Thesa, yang boleh bilang begitu ke Teteh hanya mama!". Thesa hanya meneladani apa yang dilakukan mamanya. Mamanya "part of the problem" yang sedang dihadapi.

***

Dalam sebuah diskusi dengan Manager Senior HR sebuah perusahaan besar, pola pikir yang mirip juga terjadi.

Perusahaan ini sedang dalam kondisi bermasalah. Kinerja keuangan memburuk. Organizational Effectiveness jelas tidak efektif bahkan mandul. Fungsi2 organisasi termasuk fungsi SDM memiliki sistem yang tidak terstruktur dan amburadul.

Yang menarik adalah sang Manager Senior merasa bahwa masalah terjadi karena ya memang harus terjadi. Dia meletakkan dirinya DILUAR masalah dan menjadi komentator. Padahal dia ada di dalam dan bahkan sosok yang bertanggung jawab terhadap pengembangan sistem SDM dan pelaksanaanya.

Kondisi seperti ini terjadi bisa karena dua hal. Yang pertama adalah Blind Spot, tidak tahu atau menyadari. Kedua Denial, tahu tapi menolak mengambil kendali tanggungjawab.

Solusi untuk penderita Blind Spot tinggal dikasih tahu dan diberi feedback. Sesudah mendapatkan feedback bisa masuk fase sadar dan berubah atau sadar tapi tetap menjalankan atau menjadi Denial.

Mengatasi mereka yang Denial (menyangkal) bukan hal yang mudah. Untuk menutupi rasa malu mereka, maka mereka cenderung ngeyel dan bahkan sok pintar.

Padalah pilihan saat ketemu dengan Denial yang punya wewenang ada dua, membelokkan pikirannya atau mempersilahkan yang bersangkutan pergi dari tanggung jawab (bahasa langsungnya menyingkirkan).

Dua pilihan yang tidak mudah namun harus diambil karena proses perbaikan hanya akan bisa dilakukan sesudahnya.

Nah, apa yang akan anda lakukan?

***

Thesa: "Daddy botak", anak kesayangan ini kalau memberikan feedback memang tanpa tedeng aling-aling.
Daddy: "Iya, daddy botak tapi ganteng Thesa", jawab daddy sambil senyum simpul.

Botak adalah fakta, tidak bisa ditolak dan disangkal. Tapi "ganteng" kan persepsi, jadi ini bukan denial ya?

EU4U
BSDCity 220816
Untuk member Part of the Solutions

Tidak ada komentar: