20 Desember 2016

Sudut Pandang Pemimpin (Bisnis) #Hal89


Catatan Harian Eko Utomo

Sudut Pandang Pemimpin (Bisnis) #Hal89

Kedatangan CEO baru bagaikan keluar dari terowongan pengab tanpa ventilasi. Organisasi sudah sekian tahun dipimpin oleh expatriate yang ternyata tidak expert dan kehilangan visi.

Dalam kekacauan saat kehilangan arah dan salah langkah, CEO Expatriate meminta kepada IT untuk membuat aplikasi logbook yang harus diisi karyawan jam perjam aktivitas mereka. Dari level staff yunior sampai dengan VP Senior.

Bagi saya, order itu tanda yang jelas kebingungan CEO Expatriate terhadap langkah yang harus dia lakukan. Persis seperti kita bawa mobil dari Jakarta ke Bandung lewat puncak yang berkabut. Yang dilakukan adalah slowing down mobil dan melototin mata kucing atau marka jalan agar tidak masuk jurang atau nabrak tebing.

Dengan kecepatan 5 km/jam, 2 hari lagi baru akan sampai ke Bandung, itupun kalau tidak kehabisan bensin dijalan atau semaput kelelahan melotot. Bahasa managemennya sang CEO Expatriate melakukan tabu yang dinamakan "Micro Managing".

CEO baru yang menggantikan adalah orang Indonesia yang membawa harapan baru. Strategi yang dipaparkan jelas, terbuka dan melibatkan banyak komponen organisasi dalam menyusun dan mengeksekusi strategi yang sudah disepakati bersama.

Jalan 6 bulan, organisasi yang sebelumnya oleng dan jalan ditempat mulai dapat bergerak dan berlayar lagi menuju pelabuhan yang sekarang jelas terlihat di radar kapal.

Dan pagi itu saya dipanggil menghadap. Bukan pertemuan pribadi pertama, namun yang kesekian kalinya karena saya sering diajak berdiskusi secara pribadi tentang organisasi.

Permintaannya sungguh mengagetkan: CEO baru meminta E Performance Management System (EPMS) yang sudah dibangun susah payah dan mendapatkan respons yang luar biasa dari karyawan dan manajemen diminta untuk DIBUBARKAN.

Waktu saya tanya kenapa? jawabannya karena perhitungannya ada aspek kualitatifnya dan tidak terukur pasti.

Dan diskusi panas terjadi disitu. Saya mencoba menjelaskan bahwa dalam perusahaan ada banyak fungsi organisasi yang sifatnya support seperti HR, Operasi, Finance yang memang tidak dapat diukur sekuantitatif Sales yang jelas targetnya.

CEO baru tetap ngotot dan minta EPMS dibubarkan. Dan sesudah 2 jam berdebat saya mengucapkan kalimat terakhir "Bapak CEOnya, hak bapak membubarkan EPMS. Namun kalau kemudian terjadi kekecewaan dan kekacauan di karyawan, bapak harus siap menerima konsekuensinya". Saya pamit keluar ruangan CEO yang puluhan tahun berkarir dan besar pada banyak posisi dan jabatan fungsi sales tersebut.

Bertahun2 berikutnya, dalam pengalaman sebagai trainer dan konsultan yang berkesempatan bertemu banyak pemimpin bisnis, saya menemukan sebuah fenomena menarik.

Fenomena itu saya namakan sebagai fenomena "kacamata kuda". Banyak pemimpin bisnis (Senior Manager, VP, GM, Direktur) yang karena besar disatu fungsi dan kurang piknik, kemudian buta kondisi di fungsi yang lain.

Saya banyak bertemu dengan VP Finance yang fanatik terhadap Finance dan menganggap fungsinya merupakan bagian paling penting dalam perusahaan. Saya juga sering bertemu dengan boss HR yang sombong karena menganggap dirinya yang memberi gaji kepada karyawan. Sering juga ketemu dengan orang Sales yang menganggap hanya Sales yang penting karena mereka yang menghasilkan uang.

Fenomena kacamata kuda ini yang kemudian saya amati menjadi tembok penganggu sinergi antar fungsi. Masing2 bos bertindak sebagai raja kecil yang merasa tidak membutuhkan fungsi yang lain.

Direktur perusahaan alih2 menjadi jembatan raja2 kecil di masing2 fungsi malah jadi sponsor atau king maker bagi raja2 kecil tersebut.

Saya suka iseng menanyakan dan menilai pemahaman bisnis internal kepada direktur dan raja kecil. Saya minta mereka menjelaskan BUSINESS MODEL perusahaan mereka. Dan yang menakjubkan hanya 10% kurang yang dapat menjelaskan dengan benar secara konteks dan konten.

Kebiasaan memakai kacamata kuda, kesombongan fungsi dan kemalasan belajar fungsi yang lain menjadi penyebab utamanya.

Kembali ke masa lalu, kami beruntung akhirnya sang CEO baru tidak jadi membubarkan EPMS. Beliau kemudian bahkan menjadi pendukung utama. Yang saya lihat perubahan sederhana. CEO baru dengan membuang baju lamanya (Sales) dan memakai baju baru (starategic) dan memandang serta memimpin organisasi dari helicopter view.

Dan periode itu menjadi periode kebangkitan dan transformasi organisasi yang luarbiasa.

Kalau anda jadi pemimpin saat ini, baju apa yang sedang anda pakai?

EU4U
BSDCity160716
Untuk para pemimpin

Tidak ada komentar: