21 Desember 2016

Bulan Lebih Besar dari Bintang? #Hal104


Catatan Harian Eko Utomo

Bulan Lebih Besar dari Bintang? #Hal104

Bulan & Bintang

Seorang ayah bertanya kepada anaknya, "adik, Bulan dan Bintang besar mana?", tanyanya sambil menunjuk Bulan terang di kerling malam.

"Besar Bulan ayah, masak begitu aja ayah ngak tahu", sahut sang anak dengan cekatan dan penuh percaya diri.

"Besar Bintang sayang, Bintang besarnya puluhan bahkan ribuan kali lebih besar dibandingkan dengan Bulan", sang ayah mencoba menjelaskan kepada anaknya.

"Ayah bagaimana sih?, tuh lihat di langit! Ayah terbalik, Bulan jauh lebih besar dibandingkan dengan Bintang", sahut sang anak sambil menunjuk malam.

Pada Sebuah Ruang Diskusi
"Apa beda kompetensi Leadership vs Managerial?", tanya saya kepada para peserta.

Muka2 peserta yang terdiri dari para manager terlihat angkuh, percaya diri dan sok tahu.

"Bagaimana menurut bapak!", saya menunjuk wajah the most confidence and sok tahu peserta.

"Leadership itu kepemimpinan pak, nah managerial itu ilmu untuk memimpin", jawabnya penuh percaya diri sambil tersenyum simpul merasa hebat dan menang.

"Oh, okey....tindakan2 leadershipnya seperti apa dan tindakan2 managerialnya seperti apa?", saya mencelupkan kaki mengukur kedalaman kolam.

Terjadi jeda keheningan beberapa saat. "Bagaimana pak?", tanyaku sekali lagi sambil mengukur dan klarifikasi siapa tahu yang bersangkutan diam karena lagi meditasi.

"Hmmm kalau managerial yang memanage pak kalau leadership ya memimpin", akhirnya keluar jawaban dari mulutnya namun dengan derajad percaya diri bak gelas kaca jatuh diatas batu.

Peserta ini dan kawan2nya adalah mereka2 yang pada saat awal workshop ngotot sekali bilang bahwa sesungguhnya mereka tidak butuh lagi ikut workshop karena mereka sudah bertahun2 jadi manager dan tentu saja otomatis jadi pemimpin.

Pada saat menjadi pemimpin mereka merasa secara otomatis memiliki kompetensi kepemimpinan. Bayangan mereka kompetensi kepemimpinan melekat pada jabatan.

Logic Base On Knowledge.

Kembali ke cerita ayah dan anak diatas, apakah sang anak salah?
Sang anak TIDAK salah di dalam konteks apa yang dia KETAHUI. Sebagai anak kecil PENGETAHUANNYA masih dibatasi oleh dinding2 sempit dan sederhana yg mudah dicerna oleh panca indranya.

Bahwa Bulan terlihat oleh matanya jauh lebih besar dibandingkan oleh Bintang menjadi sebuah "KEBENARAN" menurut versinya. Sang anak kecil belum cukup punya pengetahuan bahwa jarak akan menimbulkan distorsi pengenalan terhadap sebuah benda.

Membuat kesalahan adalah manusiawi, sombong dan angkuh dalam keterbatasan adalah jalan kepada kebodohan.

Dalam banyak diskusi di kelas2 workshop dan sesi2 coaching yang saya lakukan, tembok penghalang utama yang sering saya temukan untuk menuju kepada perbaikan adalah sindrom "Katak Dalam Tempurung".

Sang katak sedemikian percaya dirinya karena dengan sekali lompat maka dia bisa menyentuh langit2 "dunianya".

Dan karena sudah menguasai dunia raya dan menyentuh langit maka mereka MERASA sudah paripurna dan tidak perlu belajar lagi.

Yang menjadi lebih parah adalah mereka membawa "keangkuhan akan kehebatan mereka" menjadi penyebab organisasi yang mereka pimpin jatuh meluncur bersama mereka.

Jadi untuk anda para pemimpin perubahan, sudahkan anda membuka tempurung yang membatasi pola pikir organisasi anda?

EU4U
BSDCity160916
Untuk para Pembaharu

Note: thanks pak Anwar Sanusi untuk analogi ayah dan anak nan ciamik

Tidak ada komentar: