21 Desember 2016

Konglomerat #1 Sudono Salim, Penguasa Orba Soeharto & Garis Nasib #Hal108


Catatan Harian Eko Utomo

Konglomerat #1 Sudono Salim, Penguasa Orba Soeharto & Garis Nasib #Hal108

Beberapa hari yang lalu saya mengajar tentang prinsip dan implentasi 5 S ala Jepang disebuah kelas dengan peserta karyawan2 sebuah BUMN.

Dalam diskusi yang berlangsung, saya membagikan pengalaman saya sebagai orang "ndeso" asal sebuah desa di Klaten coret yang tidak lebih pintar dari teman2nya sesama anak desa kecil yang suka mencari kodok dan belut di sawah, namun sampai pada sebuah titik bisa sekolah Doktor dan menjadi Direktur.

Apa yang membedakan saya dengan teman2 saya di desa?. Saya melontarkan pertanyaan untuk memprovokasi pikiran peserta yang merupakan frontline staff ini.

"Nasib baik pak", salah seorang peserta menjawab lantang dengan penuh keyakinan.

Sebuah jawaban yang lumrah dalam pemikiran banyak orang, namun bukan jawaban yang saya pegang dan yakini selama ini.

Saya tulis di flip chart sebuah formula: LUCK (Nasib baik) = PREPARATION (Persiapan) + OPPORTUNITY (Kesempatan). Keberuntungan adalah sebuah kondisi dimana seseorang mampu memanfaatkan kesempatan yang ada karena berlatih dan belajar sebagai persiapannya.

Kisah Liem Sioe Liong

Membaca buku setebal 500 halaman karangan Richard Borsuk dan Nancy Chang ini seperti membeli tiket time machine yang menyedot jiwa saya flash back ke sejarah modern Indonesia selama 70 tahun terakhir.

Borsuk & Chang, sangat piawai dalam meramu untaian kata meneropong kondisi Ekonomi & Politik Indonesia kontemporer.

Pengarang menulis dari kacamata pengamat namun sangat kaya dengan rujukan dan data primer (setiap bab memiliki rujukan puluhan sumber) membuat bobot tulisan menjadi mantab seperti batu kali hitam.

Buku ini adalah buku biografi Liem Sioe Liong, namun penulis mampu membuat dan menjaga jarak yang tepat terhadap subyek yang ditulisnya. Sebuah kondisi yang luarbiasa karena penulis banyak dibantu dan berdiskusi dengan Anthony Salim, sang putra mahkota.

Penulis secara tajam mengupas bagaimana kelihaian seorang Soeharto membangun imperium Orde Baru Indonesia dengan disokong salah satu pilar istimewanya yaitu para cukong duit selain pilar yang lain yaitu para serdadu (buku Jendral2 Soeharto karya David Jenkins referensi yang baik untuk mengetahui lika liku pilar ini).

Liem, sebagai kepala cukong Soeharto merupakan sosok yang setia mendukung dan membantu Soeharto menjadi sosok terhebat di Asia pada jamannya.

Kesetiaan dan kesuksesan Liem merupakan imbal balik sebuah hubungan simbiosis mutualisme.

Soeharto memberikan banyak kesempatan istimewa bagi Liem (Impor Cengkeh, Monopoli Tepung, kasus Indocement dll), namun Liem tanpa ragu membantu sang Patron apapun yang diinginkan, termasuk saham2 kosong untuk anak2nya.

Liem (dan juga Anthony anaknya) dalam banyak kesempatan menyatakan bahwa dia adalah manusia yang mujur (beruntung). Berada pada waktu yang tepat (hidup di Jawa), dekat dengan orang yang tepat (Soeharto) pada masa yang tepat (derap maju Orba).

Namun setelah seminggu menyelesaikan membaca buku ini, saya menyimpulkan hal yang berbeda. Bahwa semua keberuntungan Liem bukanlah kisah Aladin menemukan harta karun yang jatuh dari langit, namun sebuah kisah perjuangan dan pembelajaran sosok kontroversial yang luarbiasa.

Liem, dengan sungguh2 mempersiapkan diri untuk menjadi orang paling kaya di Asia. Dan pada saat kesempatan itu muncul dalam diri Soeharto maka semesta menggenapinya.

Liem Sioe Liong adalah "KRONI yang CAKAP". Kutipan di bagian akhir buku ini sangat tepat menggambarkan sosok Liem. Untuk menjadi kroni sang diktatorpun tetap harus CAKAP. Dan Cakap jelas sebuah usaha, bukan keberuntungan.

EU4U
BSDCity300916

Untuk mereka yang berproses menjadi cakap.

Tidak ada komentar: