22 Desember 2016

Debat di Ruang Medsos: Logical Fallacies #Hal115


Catatan Harian Eko Utomo

Debat di Ruang Medsos: Logical Fallacies #Hal115

"Kamu sekolah dimana? mosok mendefinisikan strategi seperti itu?" kata pihak sana dalam sebuah debat.

Bukan saudara2, debat diatas tidak terjadi pada sebuah simposium internasional. Debat tersebut terjadi pada medsos. Antara saya dan temannya teman saya.

Atas pertanyaan diatas saya menjawab: "kuliah S1 saya di ITB, S2 saya di Strategic Management Prasmul dan S3 saya di Strategic Management UI, emang apa hubungannya pak?". Dan yang terjadi berikutnya adalah kalau ngak sunyi ya ngeles sana sini.

Dengan riuhnya medsos saat ini, ditambah dengan hebohnya Pilpres dan Pilkada maka dunia perdebatan mencapai sebuah titik yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Sangat riuh rendah dan tanpa henti.

Debat itu sendiri merupakan sebuah proses penting untuk menghasilkan pemahaman atau keputusan yang berkualitas. Tanpa adanya debat maka akan banyak ruang2 kosong dari bangunan pemahaman dan keputusan yang kita hasilkan.

Tentu saja ada debat yang produktif maupun debat yang sia2. Debat yang produktif adalah debat yang RASIONAL. Sebaliknya debat yang buang energi adalah debat yang EMOSIONAL.

Debat yang rasional akan membantu kita untuk melihat masalah dengan lebih jelas. Lawan debat kita akan "membantu" kita melihat dari arah seberang hal2 yang mungkin tidak terlihat.

Sementara debat emosional hanyalah akan menambah bensin dalam api emosi kita dan malah akan mengaburkan masalah yang sedang didebatkan.

Hebohnya orang berdebat di medsos mirip dengan hebohnya orang memiliki HP Smartphone. Banyak orang membeli HP Smartphone namun fitur yang dipakai hanyalah buat Telphone dan SMS.

Dalam keriuhan debat medsos, banyak sekali para debaters yang sering melakukan kesalahan mendasar dalam berdebat. Salah satunya seperti pada pembuka catatan ini.

Kesalahan diatas dinamakan "Argumentum ad Hominem". Pada saat berdebat salah satu pihak "menyerang" kredibilitas atau pribadi pihak lainnya.

Bentuk penyerangan bisa macam2, seperti yang tertulis diatas menanyakan "sekolah dimana?", atau memberi label orang lain "miskin", "goblok", "liberal", "kapitalis", dlsb.

Argumentud ad hominem (menyerang pribadi) merupakan LOGICAL FALLACY karena TIDAK ADA hubungan "pokok debat" dengan orang yang sedang berdebat. Debat bisa dimenangkan kalau kita bisa menunjukkan kesalahan logika pada pokok materi debat bukan cacat cela pribadi yang berdebat.

Kesalahan mendasar lain yang sering saya temukan adalah ARGUMENTUM AD AUTHORITY (False Authority).

False Authority adalah kesalahan mendasar dalam berdebat dimana pihak pendebat mencoba memperkuat argumen mereka dengan menyatakan bahwa argumen mereka merujuk kepada "nama besar seseorang".

Kenapa menjadi logical fallacy? karena kebenaran ya kebenaran tanpa harus dihubung2kan dengan nama besar seseorang.

Misal: "Menurut Profesor ANU bumi itu datar". Dalam debat flat earth misalnya, yang dibutuhkan adalah logika2 dan bukti bahwa bumi itu datar/bulat bukan siapa yang ngomong. Kalau hal ini dilakukan maka pihak yang lain akan melakukan hal yang sama (mengajukan referensi berbeda) sehingga debat rasionalnya malah tersingkir.

Yang paling parah dalam fallacy ini saya sering sekali menemukan seseorang mengutip ucapan orang atau memberikan link tertentu namun saat diajak berdebat ternyata tidak menguasai apa yang direferensikan atau asal comot. Yang terjadi kemudian ngeloyor atau bilang "debat aja sama prof. Anu!".

Kesalahan dasar lain dinamakan ARGUMENTUM AD POPULUM (False Majority).

"Kan banyak orang menyatakan begitu!", demikian ucapan atau tulisan mereka yang melakukan fallacy ini.

Kebenaran TIDAK SELALU milik orang banyak atau mayoritas. Logikanya sederhana, kalau orang banyak menyatakan bahwa 2 + 2 = 5 apakah kemudian kita menyatakan bahwa argumentasi diatas benar?

RED HERRING. Fallacy ini juga sering sekali terjadi. Red Herring merupakan suatu kesalahan dimana yang bersangkutan mengalihkan pembicaraan pada hal2 lain yang berbeda dengan pokok pembahasan. Yang terjadi kemudian adalah kekaburan topik awal yang didebatkan.

Misal, saya sering berdebat dengan istri saya bahwa saya ganteng. Saya mengajukan fakta bahwa Jason (anak cowok kami) ganteng! Itu jelas bukti bahwa saya ganteng karena saya menyumbang 50% genetik Jason. Apalagi istri saya juga selalu bilang Jason ganteng.

Dalam kondisi terdesak akan fakta itu maka istri saya bilang "Artinya gue cakep banget dong pap? kan loe bilang Thesa lebih cakep dari Dian Satro?".

Nah, yang dilakukan istri saya diatas contoh dari Red Herring, mengalihkan pokok diskusi.

Masih banyak fallacy2 lain yang dilakukan para debaters. Silahkan tanya ke mbah Google supaya debat menjadi makin berkualitas.

EU4U
BSDCITY071116
Untuk para pegiats medsos termasuk mamanya Thesa Santi Utomo

Tidak ada komentar: