21 Desember 2016

Habit, Perspektif dan Nasib #Hal101


Catatan Harian Eko Utomo

Habit, Perspektif dan Nasib #Hal101

Dalam sebuah kelas workshop terjadi diskusi yang seru. Bagaimana caranya meningkatkan kompetensi peserta agar asessmen kompetensi "Strategic Orientation" dan "Customer Focus" dapat meningkat?.

Ceritanya para peserta yang merupakan first layer (Dir Anak Perusahaan, GM & VP) perusahaan ternama ini mendapatkan nilai yang kurang memuaskan untuk kedua dimensi kompetensi diatas. Padahal untuk bisa lolos masuk "talent pool" calon direksi holding maka nilai yang bagus menjadi syarat wajib.

Banyak orang berfikir bahwa sebuah dimensi kompetensi semata2 "hanyalah" ketrampilan yang mudah untuk dilatih dan diperoleh.

Alih2 membawa diskusi workshop pada "how to learn and practice the competencies", sebagai fasilitator saya membuka diskusi dengan membongkar "pondasi pemikiran dan sudut pandang".

Neuro Linguistic Programming (NLP) mengajarkan bahwa kehidupan manusia ditopang oleh konsep BE DO HAVE. BE atau being adalah values, belives, norma2, mindset dan sudut pandang manusia.

Sedangkan DO adalah perilaku dan tindakan manusia. Sementara HAVE adalah segala sesuatu yang dimiliki atau didapatkan.

BE mempengaruhi DO dan DO akan menentukan HAVE yang dihasilkan.

Jadi dalam diskusi kami membongkar terlebih dahulu BE yang menghambat DO (kompetensi) Strategic Orientation dan Customer Focus mereka.

Para peserta adalah para bos yang cenderung membangun karir secara vertikal. Bos operasi merangkak naik dari posisi staf produksi sampai menjadi VP. GM Finance karir pertamanya adalah Staf Akuntansi dan mendaki ke atas sampai ke posisi sekarang. Sebagian besar menjalani pola yang serupa.

Puluhan hidup dan bekerja dalam sebuah fungsi organisasi (Sales Marketing; Ops; HR; Fin) membentuk perspektif dan pola fikir yang homo function. Padahal "Strategic Orientation" membutuhkan sudut pandang Helicopter View dan melihat masalah dari seluruh perspektif dan fungsi.

Jadi masalah sangat mungkin terjadi karena kebiasaan dan kenyamanan. Untuk berubah maka perspektif lama harus DIBONGKAR!.

Peserta yang merupakan bos2 perusahaan selama bertahun2 terbiasa untuk "dilayani" oleh para anak buah mereka. Apapun yang mereka inginkan akan dikerjakan oleh anak buah. Pikiran dan perintah mereka menjadi prioritas untuk dieksekusi.

Sementara kompetensi "Customer Focus" mensyaratkan pelaku untuk melayani. Customer is the king. Prioritas utama adalah customer. Tidak hanya eksternal customer yang membeli produk dan jasa yang dihasilkan, namun juga internal customer seperti rekan kerja BAHKAN ANAK BUAH!.

Jadi, tindakan dramatis untuk meningkatkan kompetensi Customer Fokus adalah dengan merombak cara pandang dan perspektif dalam bekerja. Bukan "Aku" yang harus dilayani namun "cuatomer" yang terpenting.

Sebelum urusan ini selesai, sesungguhnya workshop pelatihan peningkatan kompetensi ibarat "menggarami laut".

Seperti yang dibilang Gandhi:
Your Action becomes Habit
Your Habit becomes Values
Your Values becomes Destiny

Pertanyaannya adalah apakah anda siap?

EU4U
Yogya80916
Untuk para pembaharu pikiran

Tidak ada komentar: