20 Desember 2016

Paradox Gatutkaca vs Antareja dalam Bisnis #Hal90


Catatan Harian Eko Utomo

Paradox Gatutkaca vs Antareja dalam Bisnis #Hal90

Sebagai penggemar cerita wayang, saya memiliki 2 sosok hero yaitu Gatutkaca dan Antareja. Dua tokoh ini kebetulan adalah saudara tiri sama bapak dan lain ibu.

Bapak mereka adalah Bima si Pandawa #2 yang terkenal gagah perkasa. Ibu Gatutkaca adalah Arimbi raksasi (bentuk feminim raksasa) penguasa hutan Pringgadani. Sedangkan ibu dari Antareja adalah Dewi Nagagini, anak Dewa Antaboga sang penguasa underworld.

Kisah kelahiran, pertemuan dan kematian Gatutkaca dan Antareja merupakan kisah yang sangat seru dan menarik. Penuh dengan intrik dan lika-liku serta nilai2. Anda jangan coba2 mencari kisah Antareja di versi Ori Mahabarata dari Hindustan. Karena kisah Antareja adalah kisah carangan (tambahan) hasil kreativitas para pujangga Jawa pada masa lalu.

Kedua superhero ini memiliki kesaktian yang tidak kalah dibandingkan dengan superhero Marvel dan DC Comic. Gatutkaca mampu terbang tanpa sayap sedangkan Antareja mampu berjalan2 menembus bumi (Makanya nama Tunnel Boring Machine di proyek MRT dinamakan Antareja). Kedua2nya kebal senjata dan sangat perkasa.

Dalam banyak kesempatan bertemu dengan para direktur dan pejabat perusahaan (VP, GM, Manager), banyak pejabat perusahaan ini tidak memiliki perspektif "Helicopter View". Mereka terjebak dalam kehidupan "Silo" dan hanya tahu urusan departemen dan divisinya sendiri (lihat hal2 sebelumnya).

Mereka terlihat seperti Antareja yang hebat "menggali kedalam" tanpa tahu ujung galian akan muncul dimana dan gunanya buat apa. Saya namakan perilaku mereka ini perilaku manusia yang terkena Sindrom Antareja.

Disisi lain, dalam beberapa kesempatan saya menyaksikan sebaliknya. Beberapa pejabat perusahaan terkena sindrom Gatutkaca. Saking eforianya dengan hal2 yang berbau "Strategic Management" maka semuanya dilihat dari angkasa seperti Gatutkaca yang sedang terbang patroli di langit Pringgodani.

Pengidap sindrom Gatutkaca sangat senang menggunakan bahasa2 "langitan" ala strategic management yang fancy dan penuh jargon2. Namun mereka kebingungan saat harus menerjemahkannya dalam action plan detail saat hendak melakukan eksekusi. Padahal kata orang pintar "the evil is in the detail".

Beberapa waktu yang lalu saya memberikan seminar kepada sebuah perusahaan besar. Top management menyatakan bahwa mereka hendak mengembangkan tim Human Resource (HR) menjadi Human Capital (HC) yang menurut mereka lebih keren dan kekinian.

Dari hasil diskusi dan pengamatan sebelumnya saya lihat tim HR cukup baik pengetahuaannya tentang praktek2 HR namun inisiatif mereka tidak nyambung dengan strategi dan inisiatif organisasi. Berangkat dari penemuan ini maka seminar saya isi dengan "brainwash" tentang alignment antara inisiatif fungsi (HR) dengan strategi organisasi.

Dan BERHASIL. Semua peserta termotivasi untuk menyelaraskan inisiatif HR/HC yang hendak dibangun dengan strategi organisasi.

Dua minggu berikutnya saya mendapatkan kesempatan untuk kembali berdiskusi dengan tim yang sama. Yang saya temukan adalah penderita baru sindrom Gatutkaca.

Rencana stratejik yang mereka hasilkan penuh dengan bahasa tingkat tinggi dan jargon yang tidak membumi. Dan kemudian mereka kebingungan sendiri bagaimana mengeksekusi bahasa kualitatif menjadi sebuah tindakan nyata yang harus dapat diukur dan dirasakan manfaatnya.

Bagaimana kalau kita mencoba berpikir Paradox? Bukan Gatutkaca OR Antareja namun AND.

Dalam sebuah pertempuran Pendawa vs Kurawa, Gatutkaca terbang tinggi untuk dapat melihat sebaran pasukan Kurawa. Gatutkaca juga bisa memperkirakan jumlah total armada Kurawa. Dari ketinggian Gatutkaca mampu menganalisa strategi perang yang hendak diterapkan lawan.

Antareja masuk kedalam bumi. Dia mengintip secara detail jenis2 senjata yang dibawa pasukan kurawa. Antareja tahu persis dimana gudang ransum dan gudang amunisi lawan. Bahkan Antareja tahu persis dimana prajurit anu akan boker.

Kehebatan Gatutkaca dan Antareja jika bergabung bakalan seng ada lawan, tidak tertandingi. Makanya dalam cerita wayang versi pujangga Jawa, Antareja disuruh bunuh diri oleh Kresna karena bakal membuat perang Barathayuda jadi garing dan tidak seru kalau Antareja ikut maju.

Nah, anda para pemimpin bisnis, apakah hendak hebat tanpa tanding layaknya Gatutkaca AND Antareja jadi satu? Atau pemimpin hebat sebelah?

Keputusan ditangan anda.

Happy Sunday
EU4U
BSDCity230716

Untuk para pemimpin pembelajar

Tidak ada komentar: