Apakah Doa Didengar?
Kuasa doa bagi orang beriman*.
"There are many things that are essential to arriving at true peace of mind, and one of the most important is faith, which cannot be acquired without prayer”. John Wooden
Kapan Terakhir Anda Berdoa?
Dalam dunia materialisme seperti sekarang ini, hal-hal yang bersifat immaterial seringkali menjadi terpinggirkan. Keterpinggiran ini bisa bersifat paksaan maupun sukarela.
Salah satu hal immaterial yang terpinggirkan adalah Doa. Doa adalah alat komunikasi yang dipakai oleh manusia untuk berhubungan dengan sang Penciptanya.
Berapakali dalam sehari Anda berdoa? Benar-benar berdoa dalam arti berkomunikasi dengan sang Pencipta untuk mengkomunikasikan kondisi Anda kepada yang empunya hidup? Sebesar apa Iman Anda bahwa Dia mendengar Doa Anda? Atau mungkin Anda dan juga saya sudah terjebak menjadikan Doa sebagai ritual kosong yang tidak berarti?
Apakah Dia Mendengar?
Semua orang yang memanjatkan doa pasti berkeinginan doanya dikabulkan. Masalahnya apakah Tuhan akan mengabulkan semua doa? Orang beriman percaya bahwa ada 3 kemungkinan response yang dilakukan oleh Tuhan akan doa kita:
1. Mengabulkan Saat itu juga
2. Meminta kita untuk bersabar sampai saatnya doa dikabulkan
3. He say “NO”
Untuk kasus yang pertama saya yakin banyak sekali dari kita sudah pernah mengalaminya? Atau Anda malah belum pernah mengalaminya?
Poin kedua sering terjadi pada diri kita kalau kita peka. Berapa tahun Abraham harus bersabar sampai Tuhan memberikan Iskak, Anak perjanjian itu?
Poin ketiga bisa kita lihat di dalam Kitab Keluaran, bagaimana Tuhan berkata “No” kepada Musa atas keinginannya untuk masuk dan melihat tanah perjanjian.
Dan saya juga yakin Tuhan berkata “No” pada saya 25 tahun yang lalu saat saya berdoa “Tuhan, Aku mau melempar mangga dengan batu ini, buatlah pemilik mangga tidak mendengar bunyi batu jatuh”. Kalau pada akhirnya pemilik mangga tidak nonggol dan mengejar2 saya karena melempar mangga miliknya tanpa ijin, saya yakin bukan karena doa saya dikabulkan oleh Tuhan, tetapi karena memang pemilik mangga lagi tidak ada dirumah he he he he.
Doa yang Terkait
Baik bagi Anda yang tidak percaya akan kuasa doa dan bagi Anda yang percaya, saya yakin cerita dibawah ini akan memberikan sudut pandang menarik tentang kuasa Doa.
Pdt. Bambang Soebono pada akhir tahun 1990an mendapatkan tugas pelayanan di suatu gereja di wilayah Cirebon. Seperti biasa, seusai kebaktian, pak Pendeta dengan ditemani oleh salah seorang penatua berdiri di depan Gereja untuk memberikan selamat kepada Jemaat yang pulang.
Berhubung jemaat yang datang banyak, jumlahnya sekitar 600an orang, maka dibutuhkan waktu kurang lebih 30an menit hanya untuk bersalaman saja. Selesai bersalaman dengan semua jemaat, Pdt. Bambang memperhatikan bahwa masih ada 2 orang jemaat yang masih tinggal didalam gedung gereja. Satu orang muda dengan pakaian yang rapi duduk di bangku belakang dan satu orang nenek2 duduk di bangku paling depan.
“Pak Penatua, apakah Anda kenal dengan dua orang yang masih berdoa didalam”? “Wah sayangnya, saya tidak mengenal mereka berdua pak Pendeta”, jawab Penatua sambil memperhatikan mereka. “Bagaimana kalau kita tunggu sampai mereka selesai berdoa, siapa tahu kita bisa membantu pergumulan mereka” pinta Pdt. Bambang. “Baik pak”, jawab penatua.
Pdt. Bambang dan Penatua dengan bersabar menunggu dua orang jemaat yang masih tekun berdoa. Akhirnya laki2 muda dibangku belakang yang duluan mengucapkan “Amin” dan beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri mereka berdua.
Sang Juragan & Doanya
“Selamat hari minggu pak Pendeta, kata laki2 tersebut dengan tersenyum seraya mengulurkan tangan. “Selamat hari minggu pak, Tuhan memberkati Anda, kalau boleh saya tahu, apa yang membuat Anda begitu tekun dalam doa?” kata pak Pendeta.
“Begini pak, akhir tahun lalu, pada saat semua perusahaan di negara ini tiarap dan hancur karena krimon, saya malah mendapatkan berkat dari Tuhan”. Ucap lelaki tadi mengawali ceritanya. “Usaha saya malah mendapatkan keuntungan yang berlipat-lipat”.
“Bapak, usaha dibidang apa pak?” tanya pak Pendeta penasaran. “Saya memililiki usaha dibidang ekspor kerajinan rotan, beberapa bulan sebelum krismon saya melakukan ekspor beberapa kontainer ke Amerika. Sebelum krismon kurs rupiah adalah Rp.2500/1 US$ dan kami mendadak untung besar karena kurs berubah menjadi Rp. 16.000/1US$” lanjut sang eksportir rotan.
“Lalu apa yang menjadi pergumulan Anda sampai anda begitu tekun dalam doa?” tanya pak Pendeta. “Saya berusaha untuk membagi2kan rejeki tadi keorang-orang yang membutuhkan. Dari amplop-amplop yang saya siapkan, masih tersisa satu amplop yang belum saya berikan.
Amplop terakhir ini saya tujukan kepada saudara seiman, orang kristen yang benar2 memerlukannya. Masalahnya sampai sekarang saya bingung, orang Kristen mana yang akan menerima amplop terakhir ini. Saya tidak bisa mengetahui orang Kristen mana yang lagi butuh atau tidak punya uang. Tadi saya berdoa agar Tuhan menunjukkan orang yang saya cari ini“.
“Apakah Tuhan menjawab doa Anda?” tanya Penatua yang dari tadi setia mendengarkan. “Betul pak, Tuhan mengabulkan doa saya. Tadi saya berdoa bahwa saya akan memberikan amplop terakhir ini kepada orang yang pertama kali saya lihat saat saya membuka mata sesudah berdoa”. “Siapa orang yang Anda lihat pak” tanya Penatua penasaran. “Saya lihat Ibu tua yang berdoa didepan itu”, serempak mereka bertiga mengarahkan mata mereka ke nenek tua yang masih belum selesai berdoa di bangku depan. “Baik, kalau begitu kita tunggu beliau” ucap pak Pendeta.
Nenek Tua dan Persembahan
Sesaat lamanya mereka bertiga menunggu sang Nenek selesai berdoa. Dengan tertatih-tatih sang Nenek bangkit dan kemudian melangkah menghampiri mereka.
“Selamat hari minggu bu, Tuhan memberkati Ibu” sapa pak Pendeta sesudah sang Nenek datang dan mengulurkan tangan. “Selamat hari minggu pak Pendeta” balas sang Nenek.
“Ibu, kalau boleh saya tahu, apa yang membuat Ibu berdoa begitu tekun” tanya pak Pendeta.. “Wah, malu saya pak untuk menceritakannya” cetus sang Nenek sambil sedikit tersipu. “Kalau sama pendeta, ngak perlu malu bu” sahut pak Pendeta sambil sedikit bercanda.
“Begini pak, hari ini sebenarnya saya tidak berniat untuk pergi ke gereja, hari Jumat lalu uang saya tinggal 2 ribu rupiah. Sesudah krismon tahun lalu, anak2 saya yang di Jakarta dan di Bandung belum juga mengirim uang. Saya maklum karena saya tahu kondisi sekarang ini jadi serba berantakan karena krisis.
Hari Jumat lalu saya menimbang2 apakah saya akan pergi ke gereja atau tidak, sebab uang 2 ribu hanya cukup untuk 2 hari, yaitu hari Sabtu dan hari Minggu. Padahal kalau hari minggu saya pergi ke gereja, saya harus menyisihkan seribu untuk persembahan” jelas sang Nenek.
“Lho, bukankah persembahan bukan merupakan keharusan” kata Penatua memotong cerita. “Saya malu pak, kalau tidak memberikan persembahan, karena itulah saya bimbang untuk pergi ke gereja hari ini. Namun tadi pagi saya merasa saya harus pergi ke gereja, urusan makan biar Tuhan yang atur. Terus terang, saat saya masukkan uang seribu terakhir saya ke kantong persembahan sempat terbesit kekhawatiran saya tentang apa yang akan terjadi pada diri saya karena saya sudah tidak mempunyai uang sama sekali untuk membeli makan.
Tadi saya berdoa kepada Tuhan tentang pergumulan saya ini. Saya bilang pada Tuhan bahwa saya siap dipanggil oleh beliau sewaktu-waktu, lha wong umur sudah 82 tahun ini. Namun sempat saya bilang pada Tuhan, mosok Orang Kristen matinya karena kelaparan Tuhan. Saya berniat pulang dari gereja untuk mandi dan baring2 di tempat tidur untuk siap2 dipanggil Tuhan karena tidak ada lagi yang bisa saya makan hari ini“.
Terharu sekali mereka bertiga mendengarkan cerita dan pergumulan dari sang Nenek. Sang Usahawan mengulurkan tangan dan berkata “Ibu, anggap saya hamba Tuhan untuk menjawab doa Anda. Terimalah ini titipan dari Tuhan untuk Anda“ kata sang Usahawan sambil mengulurkan amplop ditangannya.
“Lho, ini apa pak?” Kata sang Nenek terkejut. “Terimalah bu, ini berkat dari Tuhan dan saya sekalian minta pamit“. Kata usahawan tadi sambil pamit dan berlalu dari hadapan mereka.
“Wah, saya jadi penasaran”, kata sang Nenek sambil membuka amplop. Saat amplop terbuka, sang Nenek menjerit kecil. “Banyak sekali uang ini!” sambil memperlihatkan segepok uang dalam amplop. “Pak Pendeta, terimalah sebagian uang ini, uang ini terlalu banyak buat saya”, kata sang Nenek sambil mengambil separuh uang dari amplop tanpa dihitung. “Terimakasih bu, Tuhan telah memberikan saya cukup rejeki” tolak pak Pendeta dengan halus. “Kalau begitu, biarlah uang ini untuk persembahan buat gereja”, sang Nenek memasukkan uang tadi ke kantong persembahan yang ada di atas meja.
Kuasa Doa
Apa yang dapat Kita pelajari dari kisah nyata diatas? Jadilah orang yang terakhir pulang dari gereja.....he he he he tentu saja bukan itu maksudnya. Percaya atau tidak percaya, Tuhan telah bekerja dengan luar biasa pada doa 2 orang percaya yang tidak saling mengenal dengan cara yang luarbiasa pula.
Bagimana dengan Anda?
Eko Jatmiko Utomo
Cilengsi Hijau_ Pinggir Cibubur_ Pinggiran Jakarta
30 Maret 2008
* Cerita ini saya ambil dari khotbah Pdt. Bambang Soebono pada tanggal 30 Maret 2008 di Bajem GKI Kota Wisata Cibubur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar