17 Maret 2008

Selalu Sukses!


There is No FAILURE Only FEEDBACK! Pentingnya Feedback dan cara menyikapi “kegagalan” dalam membangun kompetensi dan pengembangan pribadi.

“I have not failed. I’ve just found 10,000 ways that don’t work”. Thomas Alva Edison

Mr. Narto bin Narsis
Pak Narto bin Narsis mengetuk pintu ruangan Maintenance Manager. Dia lihat pak Hero sedang serius bekerja menggunakan laptop yang terletak di meja kerjanya. Beberapa waktu yang lalu pak Narto membaca email di Lotus Notes bahwa pak Hero sebagai atasannya memanggilnya ke kantor untuk membicarakan suatu masalah.

Pada ketukan kedua, pak Hero mengangkat kepala dan melihat keluar ruangan yang disekat oleh dinding kaca tersebut dan kemudian melambaikan tangan untuk mempersilakan pak Narto untuk masuk keruangan.

“Pak Narto, bagaimana kabarnya? Sudah 3 hari ini saya tidak bertemu dengan Anda”. Pak Hero beranjak dari tempat duduknya, menyalami pak Narto dan mempersilahkan duduk di kursi di dekat meja bundar.

“Baik pak Hero, kebetulan 3 hari ini saya berada dilapangan terus menerus untuk memantau progress pengerjaan Overhaul Kiln kita, ada keperluan apa pak Hero memanggil saya?”.

“Begini pak Narto, saya sebagai atasan dan Coach Anda terpanggil untuk meneruskan feedback yang saya dengar dari rekan2 dan anak buah Anda. Dari pengamatan saya pribadi sebagai atasan langsung saya nilai Feedback ini Valid dan perlu untuk disampaikan kepada Anda”. Pak Narto yang semula santai dan penuh percaya diri seketika tegak badannya, dahi berkerut dan bibir terlihat mengeras menunggu kalimat berikutnya dari pak Hero.

“Begini pak Narto, ada keluhan dari teman2 Anda bahwa dalam meeting2 koordinasi Overhaul Anda terlalu mendominasi pembicaraan dan tidak mau memberikan kesempatan pada pihak lain untuk memberikan pendapat. Disisi lain, pada tataran implementasi, Anda tidak mau membantu tim lain dan kalau ada kesalahan Bapak terkesan cuci tangan dan melemparnya ke teman Anda”.

Sebelum pak Hero menyelesaikan ucapannya pak Narto memotong pembicaraan “Pak Hero, mosok bapak percaya dengan apa yang diomongkan oleh Jarot?, kalau bapak mau tahu, sejak dulu Jarot iri dengan keberhasilan saya menjadi Superintendet, sementara dia masih jadi Team Leader. Saya ini adalah karyawan yang paling berpengalaman di Maintenance. Kalau bukan karena saya, Overhaul tahun lalu pasti lewat dari deadline yang sudah ditentukan pak!, kalau Jarot ngomong anggap saja sebagai angin lalu!”.

“Pak Narto, feedback tentang Anda ini tidak berasal dari pak Jarot!, feedback ini saya terima dari orang Produksi, Teknikal dan juga Supervisor kontraktor!”.*

Blind Spot (Daerah tak Terlihat)
Nah lo....., kalau Anda yang menjadi pak Narto diatas apa yang akan Anda rasakan? Pikiran apa yang akan muncul dalam benak Anda? Marah? Malu? Putus Asa? Menerima? Atau menantang feedback yang diberikan tadi seperti yang dilakukan oleh pak Narto?.

Saya yakin bahwa kejadian yang mirip dengan cerita diatas sering kita lihat sehari-hari di pekerjaan kita. Bahkan mungkin kita sendiri yang berperan menjadi pak Narto, pak Hero maupun pak Jarot.

Dalam cerita diatas pak Narto merasa bahwa dirinya adalah karyawan teladan dan berprestasi, namun feedback yang dia terima ternyata berlainan dari apa yang dibayangkan. Persepsi yang terbentuk di kepala orang lain (Personal Brand**) berbeda dengan persepsi yang ada di dalam benaknya.

Dalam Teori JoHari Window*** pak Narto masuk didalam kuadran yang dinamakan area Blind Spot. Blind Spot berarti bahwa yang bersangkutan tidak melihat/merasa apa yang orang lain lihat/rasa pada diri orang itu. Pak Narto merasa bahwa beliau adalah orang yang kompeten dan sangat ahli dalam bidang pekerjaanya.

Feedback yang diterima dilihat pak Narto sebagai kritik dan ungkapan ketidakpercayaan terhadap keahliannya! Pak Narto jengkel kenapa orang masih saja tidak percaya bahwa dia adalah yang terbaik dan Dia merasa mengerjakan pekerjaan jauh lebih baik dari orang lain!

Apa sih pentingnya Feedback?Pada jamannya penemuan2 dari Newton dianggap merupakan penemuan ilmiah yang paripurna(sempurna), yang tidak mungkin dikoreksi kembali. Contohnya adalah hukum Mekanika V1 + V2 = V3, kecepatan 1 ditambah kecepatan 2 hasilnya kecepatan 3 yang merupakan penjumlahan dari kecepatan 1 dan kecepatan 2. Einstein pada awal abad 20 mengkoreksi rumus tadi dengan menyatakan bahwa rumus tadi tidak berlaku pada kecepatan tinggi, terlebih pada kecepatan yang mendekati kecepatan Cahaya.

Jika pada saat itu seorang Einstein menerima dan mengamini bahwa rumus Newton merupakan rumus yang “Paripurna” maka tidak akan keluar rumus Einstein dan dunia pasti menjadi berbeda pada saat ini.

Diatas gunung ada gunung, diatas awan ada awan. Peribahasa yang dengan sangat tepat sekali menggambarkan analogi kondisi diatas.

Bertumbuhnya seseorang didalam perjalanan pengembangan diri hanya dapat berjalan pada saat orang yang bersangkutan mengakui bahwa ada level yang lebih tinggi lagi yang bisa dijangkau! Pada saat “rasa paripurna” muncul, berhenti pula proses pengembangan diri.

Feedback/umpan balik/masukan dari orang lain merupakan alat yang sangat ampuh untuk melihat persepsi orang terhadap kita (dalam kontek Personal Brand) dan juga peluang area pengembangan diri (go to the next level).

Feedback yang ditangkap sebagai suatu kritik, sesuatu yang harus dilawan (termasuk yang memberikan feedback) merupakan tanda yang bersangkutan masuk dalam “rasa paripurna”.

Disisi lain, mereka yang masuk di katagori orang yang melihat ada “ruang perbaikan”. Melihat feedback dalam segala macam bentuknya merupakan alat untuk naik ke level berikutnya dengan mengambil tindakan perbaikan dari feedback yang didapat. Bahkan untuk mendapatkan pertumbuhan diri yang lebih cepat, mereka mencari dan meminta feedback pada semua kesempatan yang mereka miliki.

There is no FAILURE only FEEDBACK
Thomas Alva Edison(TAE) menemukan bola lampu pijar pada percobaan yang ke lebih dari 10.000X. TAE menyikapi bahwa “10.000 percobaan gagal” yang terjadi sebelumnya bukan merupakan suatu “kegagalan” namun merupakan feedback bahwa masih ada hal2 yang harus diperbaiki agar sukses. Sikap ini membantu TAE untuk bisa melakukan percobaan yang untuk ukuran kita walaaaah banyaknya! Dan tetap punya semangat untuk mencoba dan akhirnya berhasil!

Tidak Pernah gagal!
Bagaimana kalau Anda tidak pernah “gagal” dalam kehidupan pekerjaan dan pribadi Anda? Apakah para Leaders dan pembaca ingin memiliki skill untuk tidak pernah gagal? Tertarik?dibawah ini beberap tips yang akan membantu Anda untuk tidak pernah “gagal” dalam pekerjaan.

TIPS UNTUK SUKSES
1. Miliki sikap “diatas awan ada awan” selalu ada ruang bagi kita untuk lebih baik.
2. Perlakukan Feedback sebagai “klangenan” atau sesuatu yang Anda senangi, bukan sesuatu yang harus dihindari.
3. Jangan hanya “menunggu bola” kejar bola. Mintalah feedback ke orang2 terdekat misal: atasan, bawahan, rekan sekerja dan atau customer internal.
4. Pakai feedback yang didapatkan untuk melakukan perbaikan diri.
5. Sikapi dan perlakukan “kegagalan” sebagai bentuk lain dari feedback.
6. Kembali ke nomer 1.


Keputusan ada ditangan Anda semua, jika Anda ingin sukses dan ingin “tidak pernah gagal”, tips diatas membantu Anda untuk mencapainya.

Selamat Mencoba & Sukses Selalu.

Eko Jatmiko Utomo
CCR Narogong
Tengah Maret 2008

* Cerita dan nama merupakan fiksi, namun kisah ini adalah kisah yang dibuat mirip dengan kejadian2 di lingkungan pekerjaan kita sehari-hari.

** Baca kembali artikel tentang Personal Brand.

*** Teori JoHari Window menyatakan bahwa persepsi orang terhadap dirinya sendiri dan orang lain bisa di kelompokkan menjadi 4 Kuadran
Kuadran 1: Open >> Diri sendiri tahu dan terlihat orang lain
Kuadran 2: Blind Spot >> Diri sendiri tidak tahu namun orang lain melihat
Kuadran 3: Hidden >> Diri sendiri tahu namun orang lain tidak tahu
Kuadran 4: Unknown >> Diri sendiri tidak tahu orang lain juga tidak tahu.

Tidak ada komentar: