14 Februari 2010

Episode Mak Erni!


"Waduuuuh sakiiiit" pemilik badan kelas penjelajah yang cukup keras dan liat itu bagaikan tahu gembus yang empuk di jari kurus dan kecil itu. Latihan Badminton, Tennis, Volley, Taekwondo dan bahkan Karate tidak mampu melawan jurus Driji Maut. Lincah bak Jet Lee di film Wong Fei Hung, jurus Driji Maut mampu menyelesup diantara pertahanan yang kokoh dari urat dan otot yang dikencangkan untuk menahan serangan. Menghadirkan sensasi kesakitan tak terkira yang menggetarkan seluruh syaraf sakit di sel2 otot yang kena sentuh. "Aduh mak..........." sekali lagi papa Thesa sang pemilik badan minta ampun dan keringanan agar intensitas jurus Driji Maut bisa sedikit diturunkan.

Perkenalkan sang pemililik jurus maut.......Mak Erni. Demikian jawabannya saat kami tanya siapa namanya. Sekitar 6 bulan yang lalu kami sekeluarga pindah ke BSD dari Cibubur. Dan berhubung terbiasa dengan yang namanya urut mengurut maka action plan di minggu pertama adalah minta security untuk memanggilkan tukang urut yang populer didaerah BSD bagian Nusa Loka. Dan malam itu muncullah seorang nenek tua yang berbadan kecil dan pendek, ya.....patut untuk dipanggil nenek karena memang sudah punya cucu dan menurut pengakuannya umurnya sudah 64 tahun! Secara bentuk fisik akan membuat kita mudah underestimate kemampuan dia dalam urut mengurut. Namun bersiaplah untuk ditegur tetangga saat jari jemarinya sudah bermain di badan kita bak jari pianis diatas tuts......bukan suara merdu yang keluar dari mulut tapi teriakan nyaring kesakitan yang menggedor tetangga. Urut mengurut memang mirip judul buku jaman pujangga baru "sengsara membawa nikmat"

Menurut pengakuannya, mak Erni asli orang Serpong, tepatnya adalah betawi Serpong yang rumah dan ladangnya dijual ke pengembang dan kemudian menjadi cluster Neo Catalonia yang kami huni sekarang. Sedangkan mak Erni sendiri tinggal di perkampungan di depan Cluster yang dihuni oleh bekas pemilik tanah di Serpong. Seperti juga orang betawi lainnya, logat dan cara berbicara mak Erni sangat khas, keunikan itu ditambah dengan kebiasaan berbicara latah terlebih2 saat sedang mengurut disambil nonton film action. "Eeeeee Kambing, Eeeee Pistol, Eeeeeee luka, Eeeeee Ciat dlsb" tumpah ruah keluar dari mulut Mak Erni yang sudah sedikit peyot dimakan usia.

Sore itu sopir pribadi keluarga berprofesi ganda memanggil Mak Erni untuk membantu meluruskan urat2 yang sudah pada pabaliut tertekuk sana sini karena mengantar Thesa dan Jason setiap hari BSD - Cibubur pp. Pijatan mak Erni begitu dibutuhkan karena selama sebulan ini sang sopir Mama Jason merasa dirinya gering dan sakit2an. Pikiran mama Jason sedang gundah gulana ditambah dengan rasa capai dan tegang karena setiap hari harus menempuh perjalanan 60 km di lalu lintas Jakarta yang tahu sendiri bagaimana kejamnya.

Jam 4 pas mak Erni datang ke rumah. "Badannya panas" ucap Mak Erni saat pertama kali menyentuh tubuh Mama Jason. "Iya mak, ini sudah sebulan badan sakit2an" jawab mama Jason membenarkan. "Neng......menurut yang emak tahu, yang namanya penyakit itu kebanyakan datang dari pikiran" sambung mak Erni. Sunyi sejenak..........kesunyian yang tercipta karena mama Jason membenarkan ucapan mak Erni dalam hatinya plus menahan sakit akibat jurus Driji Maut mulai beraksi di kakinya. "Jangan biarkan pikiran negatif masuk dalam pikiran eneng" mak Erni melanjutkan petuahnya. "Kalau lagi nyetir dijalan jangan banyak berantem dengan sopir2 yang lain khususnya sopir angkot, buang energi sia-sia!" deg............muka mama Jason memerah dan sedikit mengernyit, apa mak Erni ini tukang urut merangkap dukun ya....kok tahu apa yang sering terjadi dijalan saat mengantarkan Thesa dan Jason sekolah.

"Kalau eneng lagi disekolah, jangan mau diajak bergosip sama ibu2, ngomongin jeleknya orang lain, menuduh suami yang ngak-enggak apalagi menjelek-jelekkan guru yang mengajar Thesa, sama sekali ngak berguna buat pikiran eneng." kali ini kernyit didahi mama Jason makin dalam karena ucapan mak Erni begitu akurat. "Kalau eneng diajak bergosip sama mereka, eneng tinggal berdiri dan bilang -permisi...saya berak dulu ya-" kernyit didahi mama Jason segera berubah menjadi senyum lebar mendengarkan nasehat ini. "Sayangi suami dan anak2 apa adanya, jangan menuntut yang berlebihan terhadap mereka". "Wah......kok makin dalam begini ya" pikir mama Jason. "Jangan-jangan mak Erni ini saudara seperguruan papa Thesa dalam ilmu motivasi yang menyamar menjadi tukang urut!".

"Tetaplah bersyujur neng dengan semua hal yang sudah eneng punya............jangan banyak pikiran dan jangan nyari musuh dimanapun", sambung mak Erni sambil mengurut dan mengelus pelipis mama Jason lembut dan pelan. Ucapan mak Erni mengharubiru perasaan Mama Jason, tak terasa diujung pelupuk matanya menggelayut bulatan kecil airmata, teringat akan apa yang sering dilakukan oleh opung Thesa padanya saat masih kecil dulu. Yang tinggal kemudian hanya sunyi dan gerakan tangan mak Erni yang ritmis mengurut urat2 dileher dan kepala mama Jason.

"Waaaaaaah" jerit mak Erni kecil dengan logat Betawinya yang khas. "Ada apa mak?" tanya mama Jason tertarik dari dunia harubirunya. "Ada tahi lalat di kuping eneng!" kata mak Erni dengan nada senang. "Emang artinya apa mak?" tanya mama Jason penasaran. "Itu artinya bahwa eneng ini orang yang suka mendengarkan nasehat dan memasukkannya kedalam hati...." jawab mak Erni dengan penuh keyakinan. Seketika itu juga mama Jason mendapatkan afirmasi yang luarbiasa terhadap wejangan istimewa mak Erni disore itu.

"Pa, emang kalau tahi lalat di telinga artinya pendengar yang baik ya?" tanya mama Jason ke papa Thesa malam harinya saat sudah kembali dari kerja. "Siapa yang bilang begitu ma?" celutuk papa Thesa. "Mak Erni" jawab mama Jason sambil menceritakan episode satu setengah jam sore hari tadi. "Mungkin kali ya........." jawab papa Thesa sambil tersenyum simpul, menahan mulutnya yang hampir bilang "kata orang kalau tahi lalat di telinga artinya suka nguping!".

Bandung, dini hari 16 Januari 2010
Eko Utomo

Tidak ada komentar: