14 Februari 2010

On your mind! (Yogya sharing Part 1)


Apa yang paling tidak disukai oleh orang yang sedang tenggelam dalam kesibukan kerja? -sakit penyakit-. No......saya tidak bermaksud bilang bahwa orang yang tidak sibuk kerja menyukai penyakit. Maksud saya adalah bahwa orang yang sudah pusing dengan pekerjaan, dan merasa berton-ton tugas menumpuk diatas kepalanya pasti paling tidak mau ditambah dengan penyakit yang menganggu. Apalagi penyakit yang tidak elit dan tidak cukup menjadi alasan untuk ijin sakit seperti mencret. Yup........sejenis penyakit yang agak sedikit memalukan untuk disebutkan. Pada bulan Desember penyakit jelata (emang penyakit elit itu apa ya? kangker?stroke?... hiiiiiiii ngak mau juga) melanda tubuh yang sedang (atau merasa) sibuk dan susah sekali disuruh pergi dengan obat2 dari konter apotik.

Berhubung ngak enak dilihatin anakbuah karena harus sering antre dikamar mandi kantor maka dengan terpaksa saya membawa penyakit ini kedokter. Dokternya sendiri masih muda, sopan dan baik hati. Dan yang paling oke adalah mau mendengarkan kisah dan keluh kesah pasien (suatu kualitas langka pada diri dokter jaman sekarang). Setelah dengan seksama menanyakan apa yang terjadi sebelum penyakit mendera termasuk makanan yang masuk ke mulut maka dengan hati-hati pak dokter muda berkata "pak Eko, yang namanya sakit perut itu tidak hanya disebabkan oleh makanan dan bakteri. Namun stress karena suatu hal juga bisa menyebabkan gejala yang sama yang dinamakan penyakit "psikosomatis". "Tepat sekali dok, terus terang dalam beberapa minggu ini saya sedang diganggu oleh beban pekerjaan" dengan cepat saya membenarkan perkataan pak dokter. Senyum lebar mendominasi muka sang dokter, mungkin dalam hatinya dia berkata bahwa cara dia menyampaikan diagnosis yang hati2 ternyata malah langsung disamber dan di setujui oleh pasien.

Hmmm konfirmasi sang dokter yang telak mengenai ego dan keangkuhan master NLP seperti saya. Bagaimana ngak memalukan kalau bertahun2 belajar mengontrol pikiran dengan teknik2 mutakhir NLP kok bisa kecolongan sakit psikosomatis he he he .......jelas bukan metaphore yang layak untuk diceritakan didepan kelas saat workshop. Malam itu juga proses "menggarap pikiran" untuk menetralkan beban dengan intensive segera dilakukan......daripada melanjutkan penyakit mencret kan berabe. Wuuuuuh proses netralisasinya kasus ini ternyata bukan barang mudah. Butuh perjuangan dan ketetapan hati untuk bisa menetralitas emosi antara 2 pilihan: meninggalkan team yang masih butuh bimbingan atau menerima tawaran pekerjaan lain yang aduhai!

"Pa...........brrrrr" lagi asik memproses diri terdengar panggilan dari sebelah kasur. "Kenapa ma?" tanyaku melihat mama Jason yang meringkuk kedinginan dipojok ranjang?". "Ngak tahu nih pa, aku kok merasa makin lama makin kedinginan brrrr" katanya sambil makin meringkukkan badan dan memegang erat2 cover bad yang menyelimuti badannya. "Kamu sakit ma?" kataku sambil memegang dahinya. Dahi dan keseluruhan badannya dingin sekali, wajahnya pucat persis seperti wajah pendaki yang sedang kedinginan di puncak gunung. "Ngak tahu pa, aku ngak sakit apa2 kok tahu2 aku kedinginan sendiri seperti ini". "Coba kamu ingat2 apa yang terjadi ma?" telisikku mencoba mencari asal muasal kedinginan ekstrim yang melandanya. "Ngak ada apa-apa, cuma hari2 ini aku stress lihat papa stress mikirin tawaran kerja itu!" Walaaaah.....lha kok penyakit psikosomatis menular, jan njelehi ini.

"Pa, dingin sekali" keluh mama Jason perlahan. "Ma, ini bukan penyakit, kedinginanmu itu berasal dari pikiran. Masih ingat ngak dengan konsep -Mind & Body are integrated- yang pernah kita diskusikan dulu?" tanyaku sambil berguling mendekati dirinya. "Iya, ini dingin sekali pa, aku ngak bisa tidur" keluhnya lagi. Saking dinginnya terlihat tubuhnya bergetar. "Oke, aku bantu proses ya, ikutin apa yang aku ucapkan" sambil berkata aku peluk tubuhnya dan aku dekatkan mulutku di telinganya. Dingin tubuhnya menyebar dan merambat ketubuhku yang mendekapnya. "Tarik nafas............keluarkan, santai....dan rileks.Tarik nafas lagi mmmhhh dan keluarkan perlahan wuuuuuuuh. Bayangkan tahun 96 saat kita ikut camp pemuda di Puncak. Bayangkan peristiwa dimalam terakhir sebelum pulang ke Bandung, kita duduk2 didepan api unggun...........lihat api unggun yang menyala besar menjilat langit, lihat warnanya yang merah membara. Dengarkan suara gertak kayu yang terbakar dan suara kita sedang bernyanyi bersama-sama. Dan rasakan panasnya api unggun yang membakar, wuuuuh rasakan panas api unggun yang makin lama makin panas seiring dengan makin tinggi api membara. Rasakan percikan anak api yang meloncat2. Panas yang hampir2 melepuhkan kulit, dan hawa panas yang menampar muka.........duuuuuh panas nian api unggun ini.......sungguh terasa membakar.......".

Tubuh dalam pelukan berhenti mengigil dan diganti dengan tarikan nafas yang teratur. Suhu tubuhnya sudah kembali normal. Hmmm konsep mind and body are integrated untuk kesekian kali terbukti. Kedua dimensi ini saling mempengaruhi dengan cara yang luarbiasa. Sambil sedikit menggesar tubuh aku lirik jam yang sudah menunjukkan pukul 12 malam. Hmmm.........back to my own psikosomatis, tarik nafas panjang dan mencoba melihat dari titik pandang netral: stay with current team? great, akan banyak hal yang akan kita lalui bersama, banyak project dan pekerjaan yang bisa kita ambil. Banyak moment sharing ilmu dan kompetensi yang bisa kita kerjakan. Get the new job? great, ketemu dengan banyak teman baru. Mendapatkan challange baru yang sangat menantang, membangun sistem people development untuk 10.000 karyawan, dapat gaji baru yang bagus..................so, apa yang harus dikawatirkan? 2 pilihan yang sangat baik ada didepan mata. Apapun yang akan diambil akan mendatangkan sukacita................wuuuuuus bunyi nafas panjang keluar dan kemudian yang ada adalah sunyi dan mimpi..

Feb
BSD pagi hari
Eko Utomo untuk Anda

NLP: Neuro Linguistic Programming (konsep pemberdayaan diri)

Tidak ada komentar: