14 Februari 2010

Hmmmm rugi kalau saya tidak ambil dia.....(sukses dalam interview)


"Pak Eko, tanya dong...........bagaimana sih caranya agar kita sukses saat interview?". Pertanyaan sejenis dengan segala macam variasinya sering banget muncul dalam interaksi sehari-hari. Hari Jumat 2 hari lalu seorang ibu muda yang baru menikah melontarkan pertanyaan ini karena sedang bersiap2 interview di kota dimana suaminya berada. Pagi hari tadi, dengan penuh antusias anak mahasiswa ITB tingkat akhir juga melontarkan pertanyaan yang sama saat workshop leadership berlangsung.

Alasan mereka menanyakan hal itu ke saya juga tidak jelas benar......lha wong saya juga ngak pernah balik bertanya kepada mereka kenapa mereka tanya ke saya. Yang ada hanyalah asumsi bahwa mereka mungkin melihat saya termasuk golongan orang yang "sukses" wawancara karena sudah 7 kali lolos wawancara dan mendapatkan pekerjaan baru sepanjang 14 tahun karir sebagai kuli perusahaan. Asumsi saya yang kedua mungkin penanya melihat saya sebagai orang HR yang tahu rahasia keberhasilan melewati proses wawancara atau dengan istilah lain memiliki "insider information". Asumsi yang ketiga mungkin mereka melihat saya sebagai fasilitator yang sering sharing berbagai macam topik kepemimpinan dan managerial jadi dianggap "cukup layak" untuk didengarkan pendapatnya tentang hal ini.

Mendapatkan pertanyaan seperti ini biasanya saya akan ajak sang penanya untuk masuk dalam alam pikiran interviewer. "Coba kalau sampeyan yang menjadi pewawancara apa yang membuat Anda menyatakan seseorang lulus atau tidak" dan biasanya sesudah merenung sejenak maka jawaban yang muncul adalah "kalau saya mewancarai orang maka mereka yang lulus adalah yang sesuai dengan kebutuhan saya dan akan memberikan benefit/keuntungan buat departemen atau perusahaan saya". Bingo!.........titik inilah titik kesepakatan kami mengenai proses wawancara. Segala macam proses yang lain hanya sebagai alat penguat agar diri kita sebagai orang yang di interview cocok dengan kebutuhan dan bisa memberikan value kepada user dan perusahaan yang hendak merekrut kita.

"Pak Eko, kalau kita ditanya dengan kalimat semisal -coba ceritakan tentang diri Anda- bagaimana caranya kita harus menceritakan diri kita pak" tanya sebut saja Butet hari Jumat pagi. "Oke, bagaimana kalau kita kembali pada titik awal yang sudah kita sepakati diatas? apakah cerita tentang diri kamu memperkuat premis bahwa Anda cocok dan akan memberikan benefit?" tanya saya balik kepada Butet. "Hmmmm kelihatannya sih enggak pak, soalnya saya juga ngak tahu benar sebenarnya yang dibutuhkan oleh mereka itu apa!" jawab Butet sambil sedikit bingung. "Terus apa yang bisa kamu lakukan agar kamu bisa tahu tentang hal itu?" desak saya. "Sebenarnya saya bisa tanya ke mereka pak, tapi kalau merekanya tanya duluan kan saya harus menjawab?" lanjut Butet setengah bertanya. "Bisa ngak kita bilang sambil minta maaf ke mereka untuk bertanya terlebih dahulu?" pancing saya lebih lanjut. "Hmmmm emang bisa ya pak?" kali ini Butet menjadi tambah penasaran. "Bisa! dan bahkan seringkali pihak Interviewer bergembira menjelaskan hal itu" kata saya setengah tersenyum membayangkan proses interview pribadi saya dengan beberapa pihak. "Nah, sesudah mendapatkan informasi tentang kebutuhan mereka, cerita tentang pribadi kita sebagai orang yang diinterview kita pusatkan kepada hal2 yang akan memenuhi kebutuhan pihak yang akan merekrut kita" sambung saya memberikan penekanan.

"Waaaah, selama ini saya ngak terfikir tentang hal itu pak Eko" kata Butet gembira. "Satu lagi pak, biar ngak tanggung, perlu ngak kita ceritakan hal2 yang baik dari diri kita kepada pihak interviewer" kata Butet semangat. "Butet, kalau kamu sedang butuh daging sapi untuk buat rendang mau ngak kamu dikasih daging ayam?" tanya saya sambil tersenyum. "Ya tidak pak, mungkin bisa kali ya rendang ayam.....tapi tetap lebih enak rendang sapi he he he" gurau butet menangkap analogi saya.

"Pak, masih penasaran nih, kan sering tuh di artikel2 HR disarankan bahwa kita harus berpakaian rapi, berbahasa yang sopan dlsb pada saat interview........kalau yang seperti itu bagaimana pak?" tanya Butet yang sepertinya tidak ingin gagal di interview minggu depan. "Jawabannya sama boss, apakah tindakan dan persiapan kita tadi "memperkuat" image bahwa kita cocok dengan kebutuhan dan akan memberikan benefit apabila direkrut dari sudut pandang mereka. Kalau memperkuat "lakukan!" kalau memperlemah jelas "tinggalkan!" jawab saya sambil tersenyum simpul melihat semangat ito Butet satu ini.

Bandung 30 Jan 2010
Eko Utomo untuk Anda

Tidak ada komentar: