08 Agustus 2010
Menang main Tenis (terus terusan)
Saat ini aku sedang memegang serve, dan score 40-40 (deuce) dengan score besar 5-5. Aturan main di club tennis kami adalah siapa yang dapat menyelesaikan 6 game duluan adalah yang menang. Dari awal main, set ini benar-benar memeras tenaga. Lawan seimbang memaksa kami musti lari pontang panting hanya untuk mendapatkan satu point. Bola beberapa kali aku pantulkan ke lapangan sambil mencoba mengumpulkan konsentrasi agar servis pertama bisa masuk dan menghasilkan point. Sekilas aku lirik disebrang lapangan pak Otis bersiap-siap menerima servis yang akan aku lontarkan, terlihat mukanya tegang karena score yang begitu ketat . Didekat net, pasanganku pak Nur sudah dalam kondisi siaga satu.
Pagi ini merupakan pagi yang luar biasa dan hari ketidakberuntungan. Pertandingan sebelumnya dengan pasangan pak Faisal berlangsung luarbiasa ketat! score berkejar kejaran 1-1, 2-2, 3-3, 4-4 dan 5-5. Bahkan pada saat mencari satu game kemenangan deuce terjadi bolak balik sampai 5 kali. Dan sesudah forehand pak Faisal menyangkut di net kami harus kalah dengan angka yang tipis 6-5.
Kembali aku konsentrasi dengan servis yang aku pegang, dari luar lapangan, 4 orang pemain yang lain merangkap sebagai supporter plus provakator.
"Ayo pak Eko, masak kalah lagi, mana tuh backhand titisan Roger Federer!" suara pak Dedi ngak jelas apakah mencoba memberikan semangat atau mematahkan semangat memenuhi udara lapangan tenis.
"Backhandnya ngak bakalan keluar tuh, tadi malam kebanyakan diajak lembur" kembali bom meledak tidak kalah ganas dibandingkan dengan ledakan melon 3 kg!
"Masak, jagoan Wimbledon kalahan mulu! pak Eko kalau kalah lagi harus mempertimbangkan untuk gantung raket nih!" kompor kompor bledug makin banyak meledak diluar lapangan tenis. Panas matahari jam 9 pagi tidak ada apa apanya dibandingkan dengan panas kompor yang keluar dari kawah (mulut) pada provokator lapangan.
Tanda mempedulikan suara suara penyesat diluar lapangan aku lambungkan bola keatas dan mencoba konsentrasi agar servis pertama masuk. Deeesss.......dan bola masuk di dibidang T lapangan lawan. Dari sebrang pak Otis ternyata mampu melakukan return service dengan sempurna, bola forehand inside out memaksaku untuk mengejar kepinggir lapangan dan mengembalikannya dengan slice backhand crosscourt agar tidak dipotong oleh pak Achyar yang ada didepan net. Bola meluncur tipis dan dalam, sekali lagi pak Otis asal Kudus itu mengeluarkan kembali pukulan forehand inside out dan reli panjang berlangsung lebih dari 15 strokes.
Kesempatan itu datang ketika aku mendapatkan kesempatan untuk maju kedepan dan menempatkan backhand volley tipis di sebelah kiri lapangan lawan yang kosong, "lariiiiiiii" gertakku pada lawan diseberang net, satu poin alamat jadi milik kami dan status "one in/match point" jelas ditangan! tiba tiba pak Otis yang sudah out of position berlari dengan kecepatan kira kira 150km/jam dan di detik terakhir mampu mengambil bola dan menempatkannya di kanan dalam lapangan dengan kami hanya bisa melongo melihatnya.
"Horeeeeeeeeeeeeee" teriakan 4 orang diluar lapangan kencangnya setara dengan teriakan 100.000 orang di Stadion Senayan saat final Liga Indonesia!
"Pak Eko, sudah menyerah kalah aja pak! hari ini jatah sampeyan jadi pecundang!". Kembali kompor bledug diluar lapangan.
Sesudah menghirup udara berkali kali dan curi curi nafas plus mengumpulkan tenaga aku kembali bersiap-siap untuk melakukan servis. Score Match Point untuk lawan, nampak pak Nur pasanganku sudah kembali bersiap didepan net, saat jeda sesaat tadi pak Nur terlihat tegang dan kecewa. Sebagai pemain senior, kekalahan sepertinya tidak ada didalam kamus beliau. Tentu saja dengan ketidakadaan kata kekalahan dikamus beliau beban beratnya nemplok dipundakku.
Kembali aku fokus pada bola untuk servis, konsentrasi sejenak sambil melirik pak Achyar diseberang net yang sedang bersiap siap menerima servis. Bola melambung ke atas dan aku arahkan ke bagian pojok lanpangan dan masuk! pak Achyar terpaksa melakukan pukulan defensif, aku segera menyerbu kedepan net untuk memberikan tekanan kepada lawan. Dua pukulan volley kami mendesak lawan semakin dalam dibelakang garis dan pukulan volley yang ketiga memaksa pak Otis melambungkan bola dengan lob yang tidak sempurna. Makanan empuk untuk di smash!
Aku segera mundur tiga langkah kebelakang untuk mendapatkan posisi yang terbaik untuk melakukan smash, bola yang melambung tinggi itu aku tunjuk dengan tangan kiri dan raket sudah siap dibelakang badan yang melengkung siap untuk melakukan smash yang keras. "Deeeeeeeeeeesss" bola segera meluncur ke sebrang lapangan dengan kecepatan 200 km/jam.........dan pak Otis yang terkaget kaget mendapatkan smash yang kencang tadi asal2an menggerakkan raket melindungi tubuhnya agar tidak kena bola dan ternyata secara ajaib raket memantulkan bola dan bergulir lemah menyebrang lapangan. Persis dipojok kiri lapangan kami!
"Menaaaaaaaaaaaang!" pak Otis dan pak Achyar bersorak gembira dipadu oleh teriakan suporter sebanyak 4000 orang (hitungannya diredominasi) yang gegap gempita di luar lapangan.
"Horeeeeeeeeeeeeee, aku menang!" aku bersorak lantang mengalahkan suara mereka semua. Teriakan yang segera membuat semua orang menjadi hening, heran dan campur kaget.
"Pak Eko, smashnya tadi dikembalikan dan masuk tipis pak!" seorang supporter mencoba memberikan klarifikasi.
"Saya tahu pak" balasku dengan senyum sambil menyalami pak Otis dan pak Achyar. "Menang yang saya maksudkan disini adalah saya hari ini "menang" karena mendapatkan permainan 2 set yang benar benar mantap dan seru, terimakasih untuk gamenya yang dahsyat ini".
Sunday Morning at BSD City
7 Agustus 2010
EU for U
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar