08 Agustus 2010

Menyikapi perbedaan (persepsi dan pemikiran)


"Pa, sebenarnya aku terlalu kurus ngak sih?"

Pertanyaan yang sensitive dan nyrempet subversif seperti ini jelas bukan sambutan yang diharapkan saat pulang kerja. Pertanyaan ini sebenarnya bukan pertanyaan yang baru pertama kali terlontar, tapi mungkin yang ke-tujuh puluh tujuh atau lebih! Tetep........kalau menjawabnya tidak hati hati bisa bisa ujungnya menjadi berabe.

"Bentar ma, apa yang terjadi dipagi hari tadi di Fitness First?". "Answering question with question" memang skill yang mutlak harus dikuasai oleh para trainer dan fasilitator. Selain bisa "buying time" mencari jawaban yang mungkin masih kabur juga penting untuk mendapatkan konteks pertanyaan supaya jangan jawab ke utara ternyata pertanyaanya ke selatan.

"Aku tadi dibilang sama temanku di Fitness bahwa ngapain aku ke tempat Fitness. Kata mereka badan sudah kerempeng gini kok masih rajin latihan", penjelasan sedikit emosional ditambah bumbu kesal terlontar.

"Terus jawabanmu?"

"Aku bilang aja kemereka bahwa suamiku suka aku seperti ini!".

"Jawaban yang seratus persen tepat" komentarku pendek sambil ganti baju.

"Masalahnya pa, mereka bilang ngapain sih sudah punyai suami dan punya anak kok musti jaga badan banget?".

"Jawabanmu?"

"Aku bilang aja, emang suamiku suka dan aku suka apa masalahnya"

"Jawaban yang bagus", komentar pendekku ini sama dengan pendeknya celana yang aku pakai sekarang.

"Masalahnya mereka bilang kalau sudah punya suami dan anak masih jaga body dibilangnya tanda tanda ganjen!". Kali ini pernyataan diikuti dengan mimik muka yang kesal.

"Emang kamu ganjen ma?"

"Dasar loe pa, kepikiranpun kagak"

"Ya sudah, selesai kan" jawabanku mengiringi sruputan teh manis panas sajian dari si mbak.


"Ma, coba lihat ini?" kataku sambil menunjukkan gelas teh manis. "Menurutmu, gelas ini setengah isi atau setengah kosong?" ini merupakan pertanyaan standar di ruangan workshop kalau terjadi perdebatan yang mengarah ke perdebatan berdasarkan sudut pandang.

"Hmmm, setengah isi pa!" jawab mama Tesa yakin.

"Great, disisi lain juga banyak orang yang bilang bahwa gelas ini adalah setengah kosong. Tidak ada yang salah dalam hal ini. Perbedaan jawaban yang muncul terjadi karena sudut pandang, nilai nilai yang dianut, pendidikan, pengalaman, kepercayaan dan banyak hal lain yang dipegang oleh masing-masing kita!".

"Ngerti pa, terus kalau dicecar dengan pertanyaan semacam itu lagi gimana dong?"

"Bilang aja kebeliau beliau bahwa pendapat suami menduduki peringkat teratas. Dan mohon maaf pendapat mereka didengarkan tapi tidak mesti harus dituruti. Kalau masih ngeyel, bilang secara tegas bahwa sampai kapanpun bapak bapak tetap suka lihat yang ramping2 kok".

"Tapi pa, ada salah satu orang yang bilang bahwa suaminya suka lihat istrinya gemuk semlohai".

"Bilang ke beliau, itulah perbedaan antara suami Anda dan suami saya. Tidak ada yang salah dalam hal ini. Suami Anda benar menurut sudut pandang dia dan suami saya juga benar menurut keyakinannya. Yang salah adalah saat sampeyan memaksa suami saya mengikuti cara berfikir suami Anda, dan Anda memaksa saya untuk mengubur perbedaan selera dan menyeragamkan perbedaan."

BSD City,
August 2010

Tidak ada komentar: