19 Desember 2010

Doa si kecil Tomi


Sebagai orang tua yang menjunjung tinggi Pancasila maka bapak dan ibu Tomi tidak hanya memberikan pendidikan tentang hal hal yang bersangkutan dengan kehidupan duniawi tapi juga hal hal yang bersifat sorgawi. Sesuai dengan Pancasila sila ke-1 Ketuhanan Yang Maha Esa, maka petatah petitih dan nasehat tentang Tuhan, ketuhanan dan perilaku rohani menjadi menu sehari-hari yang disantap oleh Tomi disamping nasi dengan lauk telor asin seperempat bagian kesukaanya.

"Tomi, Tuhan itu maha pengasih dan penyayang. Dia mengasihi umatNya yang taat menjalankan perintahNya!"

"Kalau begitu Tuhan itu baik ya buk?" si kecil Tomi yang duduk dikelas 3 SD balik bertanya.

"Iya, Tuhan itu baik. Karena itu Tuhan akan mengabulkan umatNya yang memanjatkan doa."

"Oooo, jadi kalau kita menginginkan sesuatu maka kita bisa minta kepada Tuhan dengan berdoa ya buk?" tanya Tomi mencari kepastian kepada ibunya.

"Betul Tomi, maka rajin rajinlah berdoa agar keinginan dan cita2mu tercapai", jawab ibu Tomi sambil mengelus kepala anak sulungnya.

"Asyiiiik, Tuhan bakal mengabulkan semua doa doaku", pikir sikecil Tomi mengambil kesimpulan dari sudut pandang yang menyenangkan bagi dirinya.

***

Pagar kayu disamping lapangan bulutangkis itu sungguh tinggi. Mungkin tingginya hampir 3 meter! Dari sela sela jalinan kayu yang tidak rapat itu, Tomi bisa mengintip kedalam halaman belakang pemilik pagar. Halaman yang cukup luas, penuh dengan tanaman dan pohon buah-buahan. Ada juga rumpun tebu yang sudah cukup tua bertebaran di halaman itu. Namun bukan tebu yang menjadi perhatian Tomi, tapi pohon mangga cengkir! Ya, mangga cengkir. Dari lapangan bulutangkis Tomi bisa melihat gerombolan mangga yang sudah semburat kuning, menandakan bahwa mangga diatas pohon sudah matang dan siap dinikmati oleh siapa saja. Banyaknya mangga yang matang di pohon menandakan bahwa pemilik mangga mungkin sudah bosan makan sehingga membiarkannya matang dipohon dan jatuh ke tanah, demikian pikir Tomi penuh keyakinan.


Kembali Tomi mengintip dari sela-sela pagar kayu.......sepi. Jam 2 siang yang panas membuat orang malas untuk keluar rumah. Aman.............bisik Tomi. Segera diambilnya sebutir batu sekepalan tangan. 'Tuhan, tolonglah aku agar batu ini bisa kena mangga diatas sana", demikian Tomi memanjatkan doa dengan khusuk. "Suuuuit tuuuk kreseeeek bluuug" dalam sekian detik batu yang dilempar Tomi menjatuhkan 3 mangga dari tangkainya.Tomi menunggu dengan tegang, sambil mempersiapkan diri untuk kabur sewaktu-waktu. Hening...........aman. Kembali diintipnya posisi mangga yang sudah jatuh didalam kebun. Sekarang saatnya pekerjaan yang lebih berat menanti, memanjat pagar kayu setinggi 3 meter.

Sebagai insan yang taat dan religius kembali Tomi berdoa, "Tuhan, terimakasih telah membantuku melempar mangga diatas pohon, terimakasih juga untuk membuat pemilik rumah tidak mendengarkan batu dan mangga yang jatuh. Kali ini Tuhan, aku ingin memanjat pagar ini, tolonglah hambamu ini agar tidak ketahuan dan dapat mengambil mangga dengan selamat". Dengan hati hati Tomi memanjat pagar kayu, dengan susah payah akhirnya badan kecil itu sampai keatas pagar. Aman dan sepi.............kelihatannya Tuhan membuat semua orang tidur siang saat ini. Perlahan lahan Tomi turun ke halaman dan mengambil mangga hasil lemparan. Sebelum memanjat pagar kembali Tomi melirik ke pintu belakang pemilik rumah, aman........tidak ada satu orangpun yang keluar dari sana. Dengan bergegas Tomi kembali memanjat pagar kayu.

Sesaat kemudian Tomi sudah sampai diatas pagar, didalam kaosnya terasa 3 buah mangga mengganjal perutnya. "Terimakasih Tuhan, engkau telah mengabulkan doaku" bisik Tomi sambil tersenyum."Heiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii, siapa itu! Turuuuuuuuuuuuuuun kamu!" suara yang menggelegar mengagetkan Tomi yang baru saja mengucapkan amin atas doanya. Ketakutan setengah mati Tomi bergegas turun ketanah. "Bruuuuug" karena tergesa-gesa Tomi jatuh dan dahinya benjol terbentur pagar kayu. Tanpa menghiraukan benjol didahi dan kiyut miyut rasa yang ditimbulkan Tomi lari dengan kecepatan 100 km/jam, terbirit-birit meninggalkan rumah berpagar kayu. Sesudah aman Tomi berhenti.

Sebagai anak yang religius kembali Tomi memanjatkan doa. "Tuhan, terimakasih telah menyelamatkan aku dari marabahaya tertangkap pemilik rumah. Tapi, Tuhan kenapa doaku agar aku dapat mengambil mangga itu cuma separo yang Kau kabulkan" keluh Tomi didalam doanya. Tiga mangga yang dia ambil, jatuh kembali kehalaman rumah saat dia tergesa-gesa turun dari pagar.

BSD City,

10 Agustus 2010

EU for U

Tidak ada komentar: