19 Desember 2010

Invasi (suara) dari (anak) Tetangga!


"Buka dulu topengmu.............buka dulu topengmu"....suara keras sember yang bergaya bak Ariel Peter Pan itu menerjang dan menginvasi rumah kami. Suara nyanyian dengan kekuatan 100 desibel didorong oleh angin jam 11 malam jelas mampu untuk mendobrak dimensi mimpi Jason Utomo. Jason si gilung gindut birong yang sudah dengan susah payah ditidurkan segera merengek rengek karena tidak menyangka mimpi main scooternya diterjang oleh suara sember dari luar. Saat itu kami baru datang ke Bandung untuk berlibur weekend dan melarikan diri dari pengabnya Jakarta. Jendela dan pintu rumah kami buka lebar untuk menghilangkan bau penguk rumah yang sudah 2 minggu tidak dihuni.

"Anjriiit........aing tek nyangka loe bisa nyanyi juga!" ucapan keras ini susah didefinisikan sebagai pujian, makian atau amarah. Tapi yang jelas ucapan ini kembali menjajah teritori rumah kami di jam 11 malam! Suara itu menyebrangi jalan didepan rumah, menerobos pagar, menyelinap di petak kebun depan rumah dan kemudian berak persis di ruang tamu kami.

"Pa, kita musti bertindak!" mama Jason si boru Tampubolon yang sedang membenahi kamar tidur mendadak berhenti bekerja dan mendekatiku yang sedang memasang decoder Indovision.

"Bertindak apaan sih ma?" walau sudah menduga arah pembicaraanya aku pura pura tidak tahu.

"Anak anak diluar itu! mereka pikir dunia ini milik mereka apa? masak jam 11 malam begini masih genjrang genjrang ngak jelas! mending kalau merdu. Udah suara jelek, berisik lagi!" kulihat alis mata mama Jason sudah hampir bertemu.

"Terus maumu apa?" kataku sambil mencoba menghidupkan TV dan mencari channel ESPN.

"Mereka itu kan bukan anak RT sini, aku tahu persis mereka anak RT sebelah. Kenapa mereka ngak bikin ulah di rumah mereka sendiri? pasti karena dimarahi orangtuanya kan? nah kita harus dengan tegas bilang ke mereka untuk tidak membawa kegaduhan di RT ini!" senapan serbu AK 47 buatan Rusia jelas kalah angin dibandingkan dengan serbuan kalimat dari mulut mama Jason.

"Terus mama mau ngapain" kataku tetap dengan gaya coach yang menggali informasi dari coachee.

"Aku akan datangi anak anak itu!"

"Bentar bentar ma, kamu mau datangin terus mau kamu apain ma?"

"Tenang pa, walau lagi jengkel aku masih ingat dan masih bisa membedakan antara komunikasi Asertif dan komunikasi Agresif!"

"Wuuuih keren nih bini gue" kataku cengengesan. "Coba jelaskan bedanya ma!"

"Dasar Coach! bukannya papa yang ngajari aku. Tenang pa, aku ngak bakalan ngajak anak anak kecil itu berantem. Aku hanya dengan tegas akan bicara ke mereka bahwa AKU TIDAK SUKA mereka main gitar dan teriak teriak malam hari menganggu tetangga" belum selesai kalimatnya, mama Tesa sudah turun tangga.

"Jreeeeeeeeeeeeeng gelooo", dan kemudian sunyi. Sesaat sesudahnya yang terdengar adalah bunyi motor yang dinyalakan dan kemudian sunyi. Dari bawah tangga terdengar langkah kaki mama Tesa.

"Kamu apain mereka ma?" kataku penasaran melihat akibat yang ampuh dan seketika itu.

"Gampang, aku dekatin mereka dengan senyum lebar, kemudian aku bilang ke mereka untuk segera pulang kerumah masing masing. Kalau mereka ngak pulang juga aku bilang akan laporkan ke orangtuanya dan ke pak RT karena menganggu ketentraman!".

"Gue pikir loe maki maki dan ngajak perang anak anak itu ma" sahutku.

"Ngak level pa, masak berantem sama anak anak SMA!, tapi kita memang musti tegas dan asertif ngomong ke mereka bahwa mereka telah menganggu kita".

"Keren bok! kayaknya loe lebih keren dibandingkan presiden nih".

"Kalau itu jangan ditanya pa, makanya aku ngak pernah nyoblos beliau!"

BSD City

City of Hope

5 September 2010

Tidak ada komentar: