19 Desember 2010

Kiri dan Kanan (Hereditas in Action part 2)

Pagi yang kemrungsung (tergesa gesa)................bagaimana tidak kemrungsung kalau semua penghuni rumah kalang kabut mau pergi beraktivitas dan mendapati bahwa banyak hal ternyata harus dikerjakan sendiri. Biasanya asisten berpengalaman kerja 4 tahun itu yang melakukan banyak hal, namun godaan dari headhunter dan calon user baru membuat kami rela tak rela harus melepaskannya.

"Pa, tolong pakaikan baju anak-anak", ini adalah jenis order yang tidak bisa dibantah atau istilah lainnya adalah sabdo pandito ibu kuoso. Dengan segera aku raih dua set baju yang tergeletak di atas meja. "Mbak Tesa pakai baju sendiri ya sayang? papa tahu kamu bisa!" sedikit merayu aku coba meringankan pekerjaan. Namun mata Tesa tidak lepas dari Cebebes di layar kaca, sinyal bahwa Tesa sedang M, malas untuk pakai baju sendiri. Sesudah adegan kejar mengejar dengan Jason akhirnya Tesa mendapat giliran untuk memakai baju seragamnya. "Pa, jangan lupa pakaikan kaos kakinya juga!" siap grak........kataku sigap. "Jangan lupa sekalian suapin Jason!" order yang lain meluncur dengan dengan kecepatan yang tidak kalah dari proses produksi ban berjalan di pabrik Astra di Cakung sana.

"Sudah jam 6.30, ayo berangkat!", bak Kapten Winters di miniseri Band of Brothers mama Tesa memberikan komando kepada dua orang anggota kompinya. Berhubung, kapten yang satu ini cerewet dan rada rada galak maka private (prajurit) Tesa dan private Jason segera melaksanaan perintah dan menghambur ke luar rumah. "Ayo, pakai sepatunya!", sebagai CO (Commanding Officer) mama Tesa jelas memiliki modal, paling tidak suara yang keras dan tinggi hasil latihan sebagai soprano saat masa masa aktif dipaduan suara dulu.

"Tesa......! bagaimana sih, masak kamu tidak bisa membedakan kiri dan kanan?", suara sang CO makin meninggi melihat prajuritnya salah pakai sepatu. Sang prajurit yang dibentak berhenti bekerja, tahu bahwa ada kesalahan yang sudah ia buat, dengan segera ia menggerakkan sepatu kiri kesebelah sepatu kanan. Kemudian prajurit Tesa mengambil sepatu yang satunya untuk dipakai ke kaki kanan. "Tesa............lha kok salah lagi to? ini namanya sepatu kiri untuk kaki kiri, dan ini sepatu kanan untuk kaki kanan!, kamu sudah 7 tahun kok masih salah pakai sepatu gimana sih!", kapten mama Tesa jelas kelihatan marah atas kelakuan prajurit kecilnya.

"Ma, sudahlah.....Tesa kan memang belum begitu bisa membedakan kiri dan kanan" kataku mencoba membela Tesa.

"Papa ini gimana sih, coba lihat tuh.....Jason yang lebih muda sudah bisa membedakan mana kiri dan kanan kok. Aku diam saja agar darah kapten mama Tesa tidak makin naik karena merasa dilanggar wewenang dan otoritasnya terhadap anggota kompinya.

***

Mobil Peugeot 307 SW warna biru meluncur keluar dari parkiran ITC BSD. Sore hari ini kami mau ngak mau harus beli mesin cuci yang ada pengeringnya, buntut dari resign asisten ternyata cukup panjang dan tidak selesai selesai. Keluar dari gerbang ruko dimana kami parkir aku mengarahkan mobil kearah kanan, "pa, kok kekanan sih? bukannya kita harus ke kiri?" mama Tesa yang duduk disebelah berkomentar. "Kan untuk keluar musti lewat kesini!" jawabku kalem. "Salah ini pa, kita harus kekiri, aku kan yang sering datang kesini" kali ini Kapten mama Tesa mulai keluar ngototnya. "Aku kan yang nyetir ma, biar kita lihat saja nanti", jawabku sambil sedikit senyum simpul.

"Tuh, lihat.....bener kan apa yang aku bilang", gerbang keluar tampak didepan kami. "Akukan sudah beberapa kali bilang ma, kamu ini memiliki kesulitan dalam spatial visual thinking, sehingga sering tersesat dan susah membayangkan posisi ditempat yang baru dan ditempat yang mirip mirip. Ingat ngak tadi saat nyari konter perbaikan modem diatas? kamu juga kesulitan menemukan konter itukan? hanya gara-gara masuknya lewat elevator yang berbeda?" aku lirik cewek langsing di sebelahku ini kelihatan berfikir dan bisa menerima pendapatku. "Kesempatan untuk masuk nih" bisikku kepada diriku sendiri. "Nah, kesulitan dalam spatial thinking salah satunya adalah kesulitan untuk membedakan antara kiri dan kanan ma, seperti yang dialami oleh Tesa," aku berhenti sejenak sambil sekali lagi melirik melihat reaksi disebelah kiriku. "Tesa butuh waktu dan mengembangkan cara yang lain untuk bisa membedakan kiri dan kanan, dan tugas kita untuk menerima kondisinya dan membantunya untuk berkembang!", tidak ada komentar dari bangku sebelah sampai kami sampai didepan rumah.

"Tesa, kalau main scooter copot sepatunya dan ganti pakai sendal", mama Tesa berkata kepada Tesa dan Jason yang begitu turun dari mobil buru buru menyambar mainan mereka. Tesa segera mencopot sepatu dan mengambil sandal di rak. "Thesa..........sendalnya terbalik ................sayang" nada suara yang semula mau naik berbalik arah. Mama Tesa mendatangi anak sulungnya itu dan membantunya untuk menukar kiri dengan kanan dan sebaliknya.

BSD City,

26 September 2010

Hujan tiada henti

Tidak ada komentar: