19 Desember 2010

Kalah Pintar Always!

Blora 1985.

Pemandangan langka! bagaimana tidak dibilang langka kalau fenomena yang muncul di salah satu sudut kota Blora itu merupakan gabungan antara nafsu, semangat dan ketidaksabaran. Sebuah sepeda jengki tua ditungganggi sesosok tubuh tanggung kurus dan kecil remaja muda kelas 1 SMP. Badan yang baru mulai bertumbuh itu belum memungkinkan kaki untuk menggenjot sepeda dengan kaki melekat di pedal. Jadi setiap kayuhan akan diiringi oleh menggantungnya kaki diudara dan kemudian diikuti kayuhan kaki sebelah demikian seterusnya.

Bukan itu yang membuat pemandangan menjadi ganjil dan langka, si remaja tanggung naik sepeda tanpa melihat ke jalan didepannya. Hanya sekali-kali aja matanya melirik jalan didepan, 90% waktunya fokus ke buku kecil yang dia letakkan diatas stang sepeda. Sekilas terbaca sebuah komik berjudul "Pendekar Mata Keranjang" karangan sang Maestro Kho Ping Hoo.

Sebuah kantong plastik kecil tergelantung distang kanan. Setumpuk komik berjudul sama berhimpitan disana dan terayun kesana kemari oleh goncangan sepeda. "Hmmmm, moga-moga ibu ngak sadar kalau uang receh koperasi berkurang 100 rupiah dari dompetnya", remaja tanggung itu tersenyum simpul atas keberhasilannya nguntit uang yang kesekian kali dari dompet ibunya untuk sewa komik.

"Gubraaaaak!" kisah Hay Hay si Pendekar Mata Keranjang terbang berhamburan bersama debu. Sepeda yang ditunggangi menabrak lobang dan membuat kerangka sepeda jengki patah 2. Kepala benjut dan badan kiyut miyut terhantam aspal menjadi konsekuensi terjun bebas yang tidak direncanakan itu. "Alamak........penjelasan dari mana dan sedang apa sehingga sepeda bisa patah jadi dua harus segera dikarang untuk menjawab pertanyaan ibu nih", batin sang remaja sambil celingak celinguk mencari pertolongan abang becak untuk membawa sepedanya yang patah dua.

Karawaci 2010

"Iko, sebenarnya jawaban dari pertanyaanmu sederhana, yang perlu kamu lakukan adalah tinggal berfikir keluar dari penjara pikiranmu saat ini dan cari benang merah yang akan menuntun kamu pada terang pikiran yang menyoroti kegelapan persoalan ini", sambil tersenyum simpul Tomi melemparkan stimulus terakhir pada sesi coaching dengan Iko salah satu anggota timnya.

Iko memandang Tomi dengan sedikit terperangah! dari raut muka terpancar kekaguman dan sedikit penasaran akan jalan keluar yang ternyata sederhana. "Pak Tomi kok bisa bisanya terfikir ke sana ya?"

"Itu alasan kenapa gajiku lebih besar dari gaji kamu Iko", sambil bergurau Tomi menjawab lontaran penasaran Iko.

"Wah, kapan saya bisa mengejar kompetensi dan cara berfikir bapak ya?", kalau ini pertanyaan yang terlontar dihiasi oleh semangat untuk maju mengejar ketertinggalan baik ilmu, pangkat dan gaji.

"KAMU TIDAK AKAN PERNAH LEBIH PINTAR DARI SAYA IKO!".

Iko terdiam dan terkejut, pak Tomi tidak pernah sesombong ini selama lebih dari 2 tahun menjadi atasannya. Penuh percaya diri dan sedikit narsis memang iya, tapi kalau sombong kuadrat seperti ini bukan merupakan kebiasannya.

"Saat ini, kamu dibandingkan dengan aku lebih kompeten siapa Iko?", belum sempat mendapatkan penjelasan tentang gejala kesombongan boss, sudah keluar pertanyaan baru.

"Saat ini jelas lebih pintar dan kompeten pak Tomi", jawab Iko sambil sedikit mangkel karena disudutkan untuk mengakui dia kalah pintar.

"Bagaimana caranya supaya kita bisa tambah kompeten dan pintar?"

"Tentu saja belajar pak!"

"Praktisnya?"

"Mengerjakan proyek"

"Trus?"

"Minta pembimbangan dan coaching dari orang yang lebih jago".

"Trus?"

"Membaca buku".

"Good! berapa buku yang sudah kamu baca bulan lalu Iko?".

"Hmmmmm dua pak", sambil tersenyum malui Iko mulai dapat menebak arah pembicaraan sang boss.

"Kamu setuju kalau membaca buku merupakan langkah penting dan praktis untuk membuat kita makin pintar?".

"Setuju pak!" senyum Iko makin lebar.

"Bagaimana caranya kamu mau mengejar kompetensi dan kepintaran saya kalau kamu baca buku 2 perbulan saja gara gara saya wajibkan, sementara setiap bulan saya baca lebih dari 6 buku!".

Dan kali ini senyum Iko benar benar lebar karena habis kena skak dan sentil dari sang boss.


BSD City,

Best Part of Jakarta coret

09122010

Eko Utomo untuk para pecinta buku & ilmu

Tidak ada komentar: