Didepan kelas, gadis kecil cantik itu matanya bercahaya. Sebentar bentar dia memegang gaun putihnya yang berkilau ditimpa sinar matahari siang yang mengintip dari pojok jendela. Dipunggungnya menempel sayap malaikat yang khusus dibelikan oleh mama sesuai dengan pesanan Tesa. Senyumnya yang lebar dan memancar keseluruh ruangan mengiringi tangan kanannya yang terayun tiada henti pada sebuah magic wound (tongkat sihir) pasangan dari sayap malaikat. Mungkin ia ingin menyulap agar waktu berhenti dihari ulang tahunnya.
Dibagian kiri ruangan kelas, mama Tesa sibuk membagikan kue ulang tahun untuk anak anak yang sudah mengular antri didepannya. Sesekali tatapan matanya beradu dengan tatapan mata buah hatinya yang sedang berulang tahun. Mama tahu, mama bisa membaca dan mendengarkan mata Tesa berkata "aku senang dan bahagia mama....., terimakasih untuk acara ulang tahun ini". Gadis cantik itu sudah tambah dewasa, speach delay tidak menghalangi Tesa untuk menemukan masa kecil yang indah bersama dengan teman teman SD Penuainya. Ketidakmampuan untuk membaca dan menulis seperti teman teman yang lain tidak menjadi penghalang mereka untuk berbagi ceria di ulang tahun Tesa, setiap hari dan khususnya hari ini. Tesa tahu bahwa teman temannya mencintai dia seperti apa adanya dia.
"Anak anak, ayo.......sebelum pulang kita berdoa untuk Tesa", Ibu guru Sinta memberikan komando kepada pasukan kurcaci yang segera berdiri dengan posisi siap berdoa. "Tesa yang pimpin doa ya sayang!".
Mama Tesa sedikit kaget mendengar perintah bu guru tadi, hatinya berdebar saat anak sulungnya dalam pakaian malaikat bersayap berdiri maju sedikit ke depan dan dengan lantang berkata "mari kita berdoa!". Diliriknya 30 kurcaci kecil teman sekelas Tesa, semua berdiri dengan tangan berlipat. Semua diam menunggu "aba aba" dari pemimpin doa.
"Tuhan Yesus......." bibir Tesa mulai berbicara.
"Tuhan Yesus......." 30 bibir kecil dan 9 bibir besar menirukan serempak.
"Ulang tahun mbak Esa" bibir Tesa kembali bergerak.
Hening................tidak ada mulut yang menirukan, ketidaklengkapan kalimat membingungkan mereka. Mata mama Tesa melirik kedepan dan kemudian dia mengulang sendiri dengan keras.
"Ulang tahun mbak Esa"
"Ulang tahun mbak Esa" 30 bibir kecil dan 8 bibir besar mengulang
"Sudah selesai" kembali bibir Tesa bergetar
"Sudah selesai" yang lain menirukan
"Pulang berkati dijalan" Tesa memimpin
"Pulang berkati dijalan" 39 bibir menirukan
"Amin" Tesa menutup
"Amiiiiiiiiin" yang lain menirukan dengan kencang.
Senyum cinta, kasih dan sayang menggantung di 30 bibir kecil para sahabat. Mereka yang menerima Tesa dengan tangan terbuka, bibit bibit pemimpin masa depan yang sedang menumbuhkan EQ tentang penerimaan dan empati, pelajaran yang kata papa Tesa dipelajari para pemimpin masa kini dengan harga mahal.
Disudut mata mama Tesa menggantung setetes air mata, sambil menyeka air mata cinta dia berkata ke pada para kurcaci 'Terimakasih anak-anak untuk doanya kepada Tesa, Tuhan memberkati kalian semua".
BSD City,
Happy Birthday my Love
You are always my shining star.
27 September 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar