10 April 2013

LEADER and INFLUENCE TACTICS



“Leadership is INFLUENCE."

John Maxwell

Sebagai General Manager (GM) Operasi pada sebuah perusahaan tambang batubara kelas menengah, Heru mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang cukup besar. Setiap tahun, tambang yang dia pimpin ditargetkan untuk bisa memproduksi batubara sebanyak jutaan ton.

Lebih dari 500 karyawan baik karyawan permanen maupun karyawan dari pihak outsource dan kontraktor harus diawasi, diarahkan dan dikelola oleh Heru agar target yang ditetapkan oleh direksi dapat tercapai. Ada 5 orang Manager dan General Superintendent yang melapor langsung kepada Heru.

Sudah 2 tahun ini, Heru memegang posisi GM Operasi. Dalam dua tahun masa kepemimpinannya,  Heru menunjukkan kinerja yang lumayan. Lumayan dalam arti mencapai target namun hanya pas bandrol, tidak lebih dan tidak kurang. Heru merasa sudah mencoba merancang dan mengeksekusi strategi penambangan secara masak-masak dan sebaik mungkin. Setiap senin pagi dia selalu mengadakan meeting kemajuan penambangan. Bahkan kalau diperlukan, meeting koordinasi bisa dilakukan lebih dari 3x dalam seminggu, namun hasilnya ya itu tadi, pas bandrol.

Dalam Performance Apprisal yang diberikan oleh BOD dari Jakarta, tambang yang dipimpin oleh Heru mendapatkan nilai “Meet Expectation”. Sebuah nilai yang cukup baik bagi banyak orang, namun tidak cukup bagus untuk seorang Heru yang ambisius dan high achiever. Heru mengharapkan kinerjanya bisa mencapai “Above Expectation” dan kalau bisa “Excelent”. Bukan karena faktor pengali bonus yang penting bagi Heru, namun harga diri dan keinginan untuk mencatat sejarah pribadi yang membuat dia masgul dan berpikir keras untuk keluar dari jebakan “Meet Expectation”

Apakah anda pernah dalam posisi seperti Heru pada cerita diatas? Atau bahkan pada saat ini anda sedang berada pada posisi tersebut? Perspektif kali ini akan membawa kita untuk membedah salah satu kemungkinan yang menjadi penyebab prestasi Heru dan timnya hanyalah “meet expectation”. Sudut pandang yang akan ditelaah dari bagaimana cara Heru mempengaruhi organisasi yang dia pimpin (Influence Tactic/IT)

Di perusahaan tambang terbesar di Indonesia yang terletak di ujung timur Nusantara, terkenal istilah yang seringkali dilontarkan oleh karyawan yang sedang bekerja “Cukup Setorannya”. Ungkapan ini mengacu kepada kondisi dimana mereka merasa sudah cukup dalam mengerjakan sebuah tugas sesuai perintah dan berhenti untuk istirahat atau pulang. Pekerjaan tersebut selesai namun tidak maksimal. Karyawan merasa sudah bekerja sehingga tidak merugikan perusahaan yang sudah menggaji mereka. Perilaku ini mengacu terhadap salah satu hasil dari cara pemimpin memberikan pengaruh kepada anggota tim yang dipimpin yaitu Compliance.

Gary Yukl, seorang akademisi dan peneliti dari Amerika Serikat menyatakan bahwa ada tiga kondisi yang dihasilkan dari cara pemimpin mempengaruhi anggota tim (IT) yaitu: Resistance, Complience dan Commitment. Resistance adalah kondisi dimana tim yang kita pimpin bukannya mengerjakan apa yang kita perintahkan, mereka bahkan menentangnya (langsung atau tidaklangsung). Complience adalah kondisi dimana tim kita mengerjakan sesuai dengan apa yang diperintahkan, pas bandrol, sesuai dengan target yang sudah ditetapkan. Sedangkan Commitment adalah kondisi dimana anggota tim bekerja melebihi apa yang diperintahkan. Anggota tim bekerja dengan energi kemauan sendiri. Kondisi ini seringkali terdeteksi dengan terlihatnya suasana gembira dan juga seringnya anggota tim melakukan “extra mile”dalam melakukan pekerjaanya.

Secara general terdapat 9 cara dalam memberikan pengaruh:
1.      Hard Tactic: Exchange, Coalition, Pressure, Legitimiting
2.      Soft Tactic: Rational Persuation, Inspirational, Consultation, Ingratiation & Personal Appeal.

Exchange terjadi pada saat kita mempengaruhi tim dengan metode stick & carrot, “anda kerja bagus dan saya akan kasih nilai baik” dan sebaliknya. Coalition adalah cara kita mempengaruhi orang lain dengan membawa nama besar termasuk bosnya orang tersebut, contohnya “kerjakan pekerjaan ini, sudah diapprove sama direktur”. Menekan anggota tim karena posisi kita sebagai atasan masuk dalam katagori Pressure. “Ini sesuai dengan norma dan etika kerja!” kalau kalimat ini yang keluar dari pemimpin maka IT Legitimating yang sedang dipakai.

Berbicara tentang nilai2, visi dan misi anggota tim masuk dalam jenis Inspirational. Memberikan penjelasan yang logis adalah IT Rational Persuation. Consultation dilakukan dengan cara berdiskusi dan melibatkan anggota tim sebelum sebuah keputusan diambil.  Ingratiation dilakukan dengan cara menciptakan hubungan baik, sehingga komunikasi menjadi informal dan menyenangkan. Personal Appeal adalah teknik IT dengan menggunakan daya tarik pribadi.

Penelitian Gary Yukl dkk., dibanyak negara memperlihatkan bahwa hasil Hard Tactic mentok pada kondisi Resistance dan Complience. Sedangkan untuk mendapatkan kondisi Commitment, maka Influence Tactic(IT) yang harus dipergunakan haruslah kombinasi IT yang ada dalam Soft Tactic. Kombinasi IT yang terbukti efektif adalah gabungan antara Inspiration, Consultation dan Rational Persuation.

Menjawab pertanyaan Heru diawal artikel ini “Faktor apa yang membuat prestasi mentok di kondisi pas bandrol?” kemungkinannya terletak pada Influence Tactic (gabungan) apa yang sering dipakai oleh Heru dalam menjalankan organisasi yang dia pimpin? Hard Tactic atau Soft Tactic?

Bagaimana dengan anda sendiri?



Eko Jatmiko Utomo
Konsultan & Praktisi HR dan Leadership Development
Saat ini sedang mengambil Doctoral Degree di S3 UI jurusan Strategic Management
Pengurus Perhapi, lulusan jurusan Teknik Pertambangan ITB
 

Tidak ada komentar: