“Leadership is INFLUENCE."
John Maxwell
Sebagai General Manager (GM) Operasi pada sebuah perusahaan tambang
batubara kelas menengah, Heru mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang cukup
besar. Setiap tahun, tambang yang dia pimpin ditargetkan untuk bisa memproduksi
batubara sebanyak jutaan ton.
Lebih dari 500 karyawan baik karyawan permanen maupun karyawan dari
pihak outsource dan kontraktor harus diawasi, diarahkan dan dikelola oleh Heru
agar target yang ditetapkan oleh direksi dapat tercapai. Ada 5 orang Manager
dan General Superintendent yang melapor langsung kepada Heru.
Sudah 2 tahun ini,
Heru memegang posisi GM Operasi. Dalam dua tahun masa kepemimpinannya, Heru menunjukkan kinerja yang lumayan. Lumayan
dalam arti mencapai target namun hanya pas
bandrol, tidak lebih dan tidak kurang. Heru merasa sudah mencoba merancang
dan mengeksekusi strategi penambangan secara masak-masak dan sebaik mungkin.
Setiap senin pagi dia selalu mengadakan meeting kemajuan penambangan. Bahkan kalau
diperlukan, meeting koordinasi bisa dilakukan lebih dari 3x dalam seminggu,
namun hasilnya ya itu tadi, pas bandrol.
Dalam Performance
Apprisal yang diberikan oleh BOD dari Jakarta, tambang yang dipimpin oleh Heru
mendapatkan nilai “Meet Expectation”. Sebuah nilai yang cukup baik bagi banyak
orang, namun tidak cukup bagus untuk seorang Heru yang ambisius dan high achiever. Heru mengharapkan
kinerjanya bisa mencapai “Above Expectation” dan kalau bisa “Excelent”. Bukan karena
faktor pengali bonus yang penting bagi Heru, namun harga diri dan keinginan
untuk mencatat sejarah pribadi yang membuat dia masgul dan berpikir keras untuk
keluar dari jebakan “Meet Expectation”
Apakah anda pernah dalam posisi
seperti Heru pada cerita diatas? Atau bahkan pada saat ini anda sedang berada
pada posisi tersebut? Perspektif kali ini akan membawa kita untuk membedah
salah satu kemungkinan yang menjadi penyebab prestasi Heru dan timnya hanyalah
“meet expectation”. Sudut pandang yang akan ditelaah dari bagaimana cara Heru
mempengaruhi organisasi yang dia pimpin (Influence Tactic/IT)
Di perusahaan tambang terbesar di
Indonesia yang terletak di ujung timur Nusantara, terkenal istilah yang
seringkali dilontarkan oleh karyawan yang sedang bekerja “Cukup Setorannya”.
Ungkapan ini mengacu kepada kondisi dimana mereka merasa sudah cukup dalam
mengerjakan sebuah tugas sesuai perintah dan berhenti untuk istirahat atau
pulang. Pekerjaan tersebut selesai namun tidak maksimal. Karyawan merasa sudah
bekerja sehingga tidak merugikan perusahaan yang sudah menggaji mereka.
Perilaku ini mengacu terhadap salah satu hasil dari cara pemimpin memberikan
pengaruh kepada anggota tim yang dipimpin yaitu Compliance.
Gary Yukl, seorang akademisi dan
peneliti dari Amerika Serikat menyatakan bahwa ada tiga kondisi yang dihasilkan
dari cara pemimpin mempengaruhi anggota tim (IT) yaitu: Resistance, Complience dan Commitment.
Resistance adalah kondisi dimana tim
yang kita pimpin bukannya mengerjakan apa yang kita perintahkan, mereka bahkan
menentangnya (langsung atau tidaklangsung). Complience
adalah kondisi dimana tim kita mengerjakan sesuai dengan apa yang
diperintahkan, pas bandrol, sesuai dengan target yang sudah ditetapkan.
Sedangkan Commitment adalah kondisi
dimana anggota tim bekerja melebihi apa yang diperintahkan. Anggota tim bekerja
dengan energi kemauan sendiri. Kondisi ini seringkali terdeteksi dengan
terlihatnya suasana gembira dan juga seringnya anggota tim melakukan “extra
mile”dalam melakukan pekerjaanya.
Secara general terdapat 9 cara
dalam memberikan pengaruh:
1. Hard Tactic: Exchange, Coalition,
Pressure, Legitimiting
2. Soft Tactic: Rational Persuation,
Inspirational, Consultation, Ingratiation & Personal Appeal.
Exchange terjadi pada saat kita mempengaruhi tim dengan metode stick & carrot, “anda kerja bagus
dan saya akan kasih nilai baik” dan sebaliknya. Coalition adalah cara kita mempengaruhi orang lain dengan membawa
nama besar termasuk bosnya orang tersebut, contohnya “kerjakan pekerjaan ini,
sudah diapprove sama direktur”. Menekan anggota tim karena posisi kita sebagai
atasan masuk dalam katagori Pressure.
“Ini sesuai dengan norma dan etika kerja!” kalau kalimat ini yang keluar dari
pemimpin maka IT Legitimating yang
sedang dipakai.
Berbicara tentang nilai2, visi
dan misi anggota tim masuk dalam jenis Inspirational.
Memberikan penjelasan yang logis adalah IT Rational
Persuation. Consultation
dilakukan dengan cara berdiskusi dan melibatkan anggota tim sebelum sebuah
keputusan diambil. Ingratiation dilakukan dengan cara menciptakan hubungan baik,
sehingga komunikasi menjadi informal dan menyenangkan. Personal Appeal adalah teknik IT dengan menggunakan daya tarik
pribadi.
Penelitian Gary Yukl dkk.,
dibanyak negara memperlihatkan bahwa hasil Hard Tactic
mentok pada kondisi Resistance dan Complience.
Sedangkan untuk mendapatkan kondisi Commitment,
maka Influence Tactic(IT) yang harus dipergunakan haruslah kombinasi IT yang
ada dalam Soft Tactic. Kombinasi IT yang
terbukti efektif adalah gabungan antara Inspiration, Consultation dan Rational
Persuation.
Menjawab pertanyaan Heru diawal
artikel ini “Faktor apa yang membuat prestasi mentok di kondisi pas bandrol?”
kemungkinannya terletak pada Influence Tactic (gabungan) apa yang sering
dipakai oleh Heru dalam menjalankan organisasi yang dia pimpin? Hard Tactic
atau Soft Tactic?
Bagaimana dengan anda sendiri?
Eko Jatmiko Utomo
Konsultan & Praktisi HR dan Leadership
Development
Saat ini sedang mengambil Doctoral Degree di S3 UI
jurusan Strategic Management
Pengurus Perhapi, lulusan jurusan Teknik
Pertambangan ITB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar