“Generosity is giving more than you can, and pride is taking less than you need”
Kahlil Gibran
Pengusaha Indonesia berniat membangun gedung pencakar langit setinggi 638 meter. Sebuah Icon baru yang akan mensejajarkan Jakarta dengan kota2 lain seperti Gedung 101 di Taipei, Petronas di Kuala Lumpur, Burj Al Arab Dubai, Sears Tower Chicago, gedung IFC di Hongkong, ”putus semua”, dan mereka mesti ”menengadah” untuk melihat gedung di Jakarta ini. Turis asing otomatis akan lebih kerap ke Jakarta, di antaranya untuk melihat gedung ini (Kompas, 28 Mei 2012)
Babel Masa Lalu
Membicarakan tentang Babel adalah
membicarakan sebuah kata yang akrab bagi kita yang suka membaca Alkitab baik
Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Kitab Kejadian 10 dan 11 menceritakan bagaimana keluarga Nuh yang
selamat dari banjir global berkembang melalui Sem, Ham dan Yafet. Kota-kota
didirikan dan salah satunya adalah Babel. Bagi anda yang berkernyit bagaimana
banyak kota bisa dibangun dengan sedemikian cepat sesudah (hampir) seluruh
manusia binasa dalam banjir Nuh, saya akan membantu anda dengan beberapa perspektif.
Tentunya kita harus menyesuaikan
definisi dan konteks cara berfikir dengan konteks pada masa itu. Jangan
membayangkan yang namanya kota adalah sebuah daerah dengan kondisi seperti
Bandung atau Jakarta pada saat ini. Definisi kota pada jaman sesudah banjir Nuh
tentu saja jauh lebih sederhana, mungkin seperti desa pada saat ini bisa
disebut kota pada saat itu.
Bagaimana dengan penduduknya?
Apakah Tuhan menciptakan banyak manusia lain?. Kitab Kejadian jelas menyatakan
bahwa populasi penduduk bumi pada saat itu adalah hasil dari keturunan Nuh
lewat Sem dan Yafet. Sem sebagai contohnya, memiliki anak Arpakhasad saat
berusia 100 tahun dan memiliki lebih banyak lagi anak2 yang lain karena dia
masih hidup 500 tahun sesudahnya.
Secara genetik manusia pada saat
itu relatif masih sempurna karena proses mutasi belum banyak terjadi sehingga
perempuan mampu untuk melahirkan banyak anak. Sejarawan Josephus yang hidup
pada awal abad Masehi mencatat dalam tradisi Yahudi, Adam dan Hawa memiliki
anak 33 laki-laki dan 23 perempuan (www.christiananswers.net).
Dengan logika yang mirip maka keturunan Nuh dalam kurun waktu yang singkat
mampu mendirikan banyak kota. Setiap orang mulai memiliki anak pada usia 30
tahun dan berlanjut sampai ratusan tahun kemudian demikian juga anak dan cucu
mereka secara simultan.
Dosa yang masuk kedunia lewat
Adam tidak hilang karena banjir Nuh. Kesombongan diri dan kehendak untuk tetap
berkumpul (melawan perintah Tuhan untuk berpencar dan memenuhi bumi) membuat
mereka mendirikan menara yang puncaknya
menggapai langit (Kejadian 11:4). Dan Tuhan mencegah hal tersebut terjadi
dengan mengacaubalaukan bahasa mereka sehingga kemudian mereka berpencar
keseluruh bumi.
Babel dalam Perjanjian Lama juga
sering disebut karena kerajaan Babel pada masa raja Nebukadnezar menaklukkan
Yerusalem dan melakukan pembuangan para penghuninya (2 Raja-raja, 1 Tawarikh,
Ezra, Nehemia, Ester, Mazmur, Yesaya, Yeremia, Daniel, Mikha, Hagai, Zakharia).
Perjanjian Baru juga menyebutkan kejadian pembuangan ke Babel ini (Matius,
Kisah Para Rasul dan Wahyu).
Dalam sejarah sekuler, Raja
Nebukadnezar mencatatkan namanya sebagai raja yang membangun taman yang sangat
terkenal, taman gantung Babylonia. Sebuah kerajaan besar yang wilayahnya
membentang di Mesopotamia kuno (Timur Tengah).
Babel Masa Depan
Kejayaan Babel (Babylon) masa
lalu tinggal sebagai sejarah, lokasinya saat ini (disekitar Irak) bahkan masih
porak-poranda akibat perang. Namun kisah tentang Babel jelas belum akan
berhenti dicatat dalam buku sejarah.
Kitab Wahyu memberikan kita
gambaran tentang masa depan termasuk peran Babel didalamnya. Dituliskan bahwa
akan datang pada waktunya dibangun kota Babel yang lain, yang besar dan megah.
Sebuah kota yang mampu membius banyak
bangsa dan memabukkan mereka (Wahyu 14).
Kitab Wahyu menuliskan bahwa
sejarah kembali akan berulang. Tuhan penguasa alam semesta akan kembali
merobohkan dan menghancurkan Babel, tidak hanya mengacaukan bahasa. Dalam satu
jam murka Allah akan melenyapkan Babel dengan segala kemegahannya (Wahyu 14,
16, 17 dan 18).
Babel Masa Kini
Babel ada dimasa lalu dan dimasa
depan, “so what gitu lho?, kita hidup dimasa kini, dan belum tahu kapan Babel
masa depan itu akan datang”, mungkin itu yang diucapkan oleh anda menggunakan
idiom saat ini.
Apakah Babel masa kini tidak
(belum) eksis? Kalau kita kembali melihat Babel masa lalu dan juga Babel masa
depan, pasti ada benang merah yang dapat ditarik untuk menjadi alat bantu kita
mencari keberadaan Babel masa kini. Keberadaan bangunan pencakar langit seperti
kutipan dibagian awal dari artikel ini mungkin bisa jadi pentunjuk, namun bukan
benang merah yang jelas dan mudah dimengerti.
Mari kita cari benang merah
tersebut dengan pendekatan berbeda, bukan pada bangunan fisik namun pada hal
yang lebih penting, nilai pembelajaran yang terkandung. Babel masa lalu ada
karena kesombongan manusia dan ketidaktaatan menjalankan perintah Allah. Babel
masa depan berisikan segala macam kebobrokan dan kekejian, suatu hal yang jelas
juga melanggar apa yang diamanatkan Allah.
Coba kita merefleksikan diri. Pagi
hari, saat bangun pagi apa yang kita lakukan? bikin status di social media?
Nonton gosip di TV? Sepanjang hari apa yang kita lakukan? bekerja, shopping,
jalan-jalan? Akitivitas malam hari apa yang kita lakukan? sibuk dengan social
media? Wisata kuliner?. Semua aktivitas
tersebut berfokus untuk kita sendiri, kepentingan pribadi dan semua yang berbau
aku dan aku.
Dalam Matius 22 ayat 37 – 39,
Yesus dengan sederhana namun sangat jelas menyebutkan bahwa sebenarnya cukup
hanya dua hal (fokus) yang perlu kita lakukan supaya kita tidak menjadi
penghuni dan warga Babel yaitu: mengasihi
Allah dan mengasihi manusia. Dua buah fokus yang berada diluar fokus yang
kita lakukan selama ini: aku.
Nah, pilihannya sekarang menjadi sederhana. Fokus
pada aku dan menjadi warga Babel atau mengasihi Allah dan manusia dan menjadi
warga Yerusalem Baru?
What will you do today?
Eko Jatmiko Utomo
Konsultan & Praktisi HR dan Leadership
Development
Mahasiswa S3 UI jurusan Strategic Management
Mantan Aktivis GKI MY
Tidak ada komentar:
Posting Komentar