10 April 2013

MENARA BABEL MASA KINI


Generosity is giving more than you can, and pride is taking less than you need” 
Kahlil Gibran

Pengusaha Indonesia berniat membangun gedung pencakar langit setinggi 638 meter. Sebuah Icon baru yang akan mensejajarkan Jakarta dengan kota2 lain seperti Gedung 101 di Taipei, Petronas di Kuala Lumpur, Burj Al Arab Dubai, Sears Tower Chicago, gedung IFC di Hongkong, ”putus semua”, dan mereka mesti ”menengadah” untuk melihat gedung di Jakarta ini. Turis asing otomatis akan lebih kerap ke Jakarta, di antaranya untuk melihat gedung ini (Kompas, 28 Mei 2012)

Babel Masa Lalu
Membicarakan tentang Babel adalah membicarakan sebuah kata yang akrab bagi kita yang suka membaca Alkitab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Kitab Kejadian 10 dan 11   menceritakan bagaimana keluarga Nuh yang selamat dari banjir global berkembang melalui Sem, Ham dan Yafet. Kota-kota didirikan dan salah satunya adalah Babel. Bagi anda yang berkernyit bagaimana banyak kota bisa dibangun dengan sedemikian cepat sesudah (hampir) seluruh manusia binasa dalam banjir Nuh, saya akan membantu anda dengan beberapa perspektif.

Tentunya kita harus menyesuaikan definisi dan konteks cara berfikir dengan konteks pada masa itu. Jangan membayangkan yang namanya kota adalah sebuah daerah dengan kondisi seperti Bandung atau Jakarta pada saat ini. Definisi kota pada jaman sesudah banjir Nuh tentu saja jauh lebih sederhana, mungkin seperti desa pada saat ini bisa disebut kota pada saat itu.

Bagaimana dengan penduduknya? Apakah Tuhan menciptakan banyak manusia lain?. Kitab Kejadian jelas menyatakan bahwa populasi penduduk bumi pada saat itu adalah hasil dari keturunan Nuh lewat Sem dan Yafet. Sem sebagai contohnya, memiliki anak Arpakhasad saat berusia 100 tahun dan memiliki lebih banyak lagi anak2 yang lain karena dia masih hidup 500 tahun sesudahnya.

Secara genetik manusia pada saat itu relatif masih sempurna karena proses mutasi belum banyak terjadi sehingga perempuan mampu untuk melahirkan banyak anak. Sejarawan Josephus yang hidup pada awal abad Masehi mencatat dalam tradisi Yahudi, Adam dan Hawa memiliki anak 33 laki-laki dan 23 perempuan (www.christiananswers.net). Dengan logika yang mirip maka keturunan Nuh dalam kurun waktu yang singkat mampu mendirikan banyak kota. Setiap orang mulai memiliki anak pada usia 30 tahun dan berlanjut sampai ratusan tahun kemudian demikian juga anak dan cucu mereka secara simultan.

Dosa yang masuk kedunia lewat Adam tidak hilang karena banjir Nuh. Kesombongan diri dan kehendak untuk tetap berkumpul (melawan perintah Tuhan untuk berpencar dan memenuhi bumi) membuat mereka  mendirikan menara yang puncaknya menggapai langit (Kejadian 11:4). Dan Tuhan mencegah hal tersebut terjadi dengan mengacaubalaukan bahasa mereka sehingga kemudian mereka berpencar keseluruh bumi.

Babel dalam Perjanjian Lama juga sering disebut karena kerajaan Babel pada masa raja Nebukadnezar menaklukkan Yerusalem dan melakukan pembuangan para penghuninya (2 Raja-raja, 1 Tawarikh, Ezra, Nehemia, Ester, Mazmur, Yesaya, Yeremia, Daniel, Mikha, Hagai, Zakharia). Perjanjian Baru juga menyebutkan kejadian pembuangan ke Babel ini (Matius, Kisah Para Rasul dan Wahyu).

Dalam sejarah sekuler, Raja Nebukadnezar mencatatkan namanya sebagai raja yang membangun taman yang sangat terkenal, taman gantung Babylonia. Sebuah kerajaan besar yang wilayahnya membentang di Mesopotamia kuno (Timur Tengah).  

Babel Masa Depan
Kejayaan Babel (Babylon) masa lalu tinggal sebagai sejarah, lokasinya saat ini (disekitar Irak) bahkan masih porak-poranda akibat perang. Namun kisah tentang Babel jelas belum akan berhenti dicatat dalam buku sejarah.

Kitab Wahyu memberikan kita gambaran tentang masa depan termasuk peran Babel didalamnya. Dituliskan bahwa akan datang pada waktunya dibangun kota Babel yang lain, yang besar dan megah. Sebuah kota yang  mampu membius banyak bangsa dan memabukkan mereka (Wahyu 14).

Kitab Wahyu menuliskan bahwa sejarah kembali akan berulang. Tuhan penguasa alam semesta akan kembali merobohkan dan menghancurkan Babel, tidak hanya mengacaukan bahasa. Dalam satu jam murka Allah akan melenyapkan Babel dengan segala kemegahannya (Wahyu 14, 16, 17 dan 18).

Babel Masa Kini
Babel ada dimasa lalu dan dimasa depan, “so what gitu lho?, kita hidup dimasa kini, dan belum tahu kapan Babel masa depan itu akan datang”, mungkin itu yang diucapkan oleh anda menggunakan idiom saat ini.

Apakah Babel masa kini tidak (belum) eksis? Kalau kita kembali melihat Babel masa lalu dan juga Babel masa depan, pasti ada benang merah yang dapat ditarik untuk menjadi alat bantu kita mencari keberadaan Babel masa kini. Keberadaan bangunan pencakar langit seperti kutipan dibagian awal dari artikel ini mungkin bisa jadi pentunjuk, namun bukan benang merah yang jelas dan mudah dimengerti.

Mari kita cari benang merah tersebut dengan pendekatan berbeda, bukan pada bangunan fisik namun pada hal yang lebih penting, nilai pembelajaran yang terkandung. Babel masa lalu ada karena kesombongan manusia dan ketidaktaatan menjalankan perintah Allah. Babel masa depan berisikan segala macam kebobrokan dan kekejian, suatu hal yang jelas juga melanggar apa yang diamanatkan Allah.

Coba kita merefleksikan diri. Pagi hari, saat bangun pagi apa yang kita lakukan? bikin status di social media? Nonton gosip di TV? Sepanjang hari apa yang kita lakukan? bekerja, shopping, jalan-jalan? Akitivitas malam hari apa yang kita lakukan? sibuk dengan social media? Wisata kuliner?.  Semua aktivitas tersebut berfokus untuk kita sendiri, kepentingan pribadi dan semua yang berbau aku dan aku.

Dalam Matius 22 ayat 37 – 39, Yesus dengan sederhana namun sangat jelas menyebutkan bahwa sebenarnya cukup hanya dua hal (fokus) yang perlu kita lakukan supaya kita tidak menjadi penghuni dan warga Babel yaitu: mengasihi Allah dan mengasihi manusia. Dua buah fokus yang berada diluar fokus yang kita lakukan selama ini: aku.
Nah, pilihannya sekarang menjadi sederhana. Fokus pada aku dan menjadi warga Babel atau mengasihi Allah dan manusia dan menjadi warga Yerusalem Baru?

What will you do today?



Eko Jatmiko Utomo
Konsultan & Praktisi HR dan Leadership Development
Mahasiswa S3 UI jurusan Strategic Management
Mantan Aktivis GKI MY
 

Tidak ada komentar: