“Leadership is the art of getting someone else to do something you want done because he wants to do it."
Dwight D. Eisenhower
Ruangan itu sepi, bahkan seperti tiada tarikan nafas. Limabelas orang duduk diam mengecilkan badan, sebuah ekpresi ketakutan dan mungkin juga kekesalan.
“I am a leadership expert. I will tell you the different between
leaders and managers. However, if you don’t follow what I tell you I will
terminate you! The big boss and the owner of this organization give me that
authorities!”
Dari mulut bos baru kembali keluar ancaman bukan yang pertama. Baru
sebulan yang lalu dia datang dan bergabung dengan mereka. Bos baru dari negeri
tetangga liliput Singapura sempat membawa angin segar. Umurnya yang tinggi
dibarengi dengan “jualannya” tentang segudang pengalaman bekerja di sejumlah
perusahaan terkemuka menarik perhatian. Sebuah kesempatan baru untuk belajar
ilmu dari mahaguru ahli leadership, demikian pikiran awal mereka. Namun yang
kemudian didapatkan adalah teror dan ketakutan akan ancaman yang hampir tiada
putusnya.
Buku tentang leadership
(kepemimpinan) bejibun. Mampirlah ke jaringan toko buku Gramedia terdekat di
kota anda, saya jamin anda akan kebingungan untuk memilih satu dari sekian
puluh bahkan ratusan buku yang berbicara tentang leadership.
Yang menjadi tantangan sekarang
bukanlah apa dan bagaimana leadership itu, namun operasionalisasi dalam
kehidupan sehari-hari. Banyak orang yang berteriak mengklaim dirinya adalah
pemimpin namun tingkahlakunya bertolak-belakang dengan apa yang diucapkan.
Tengok apa yang terjadi dengan partai
penguasa yang masih hangat dalam ingatan berkampanye besar-besaran “KATAKAN
TIDAK DENGAN KORUPSI”. Saat ini satu persatu petingginya masuk bui.
John Kotter (2001) dalam
artikelnya yang dimuat di Harvard Business Review (HBR) menyatakan bahwa
seorang pemimpin memberikan inspirasi dan motivasi. Memerintah, mengontrol dan memberikan ancaman
adalah instrumen yang dipakai oleh manager, bukan pemimpin.
Cerita tentang bos baru diawal tulisan
ini dengan jelas menggambarkan benturan perilaku tersebut, mulutnya menyatakan
dirinya pemimpin namun cara menggerakkan tim jelas merupakan gaya manager.
Pemimpin akan mencari komitmen dari sebuah hubungan atasan bawahan yang
menginspirasi. Sementara manager hanya mendapatkan compliance(kepatuhan) yang mudah luntur pada saat keberadaannya
tidak terlihat secara fisik.
Bagaimana dengan anda? Seorang pemimpin
yang memotivasi atau manajer yang memerintah?
Eko Jatmiko Utomo
Konsultan & Praktisi HR dan Leadership
Development
Saat ini sedang mengambil Doctoral Degree di S3 UI
jurusan Strategic Management
Pengurus Perhapi, lulusan jurusan Teknik
Pertambangan ITB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar