PENTINGNYA
PROGRAM PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN DALAM MENCIPTAKAN KEUNGGULAN BERSAING BAGI
PERUSAHAAN DI INDONESIA
1. PENDAHULUAN
Topik tentang kepemimpinan
(Leadership) menjadi topik yang banyak dibahas baik didunia riset maupun dunia
bisnis selama beberapa dekade kebelakang. Munculnya fenomena kepemimpinan Jack
Welch sebagai Chief Executive Officer (CEO) di General Electric(GE) pada awal
tahun 1980an sampai dengan pensiunnya pada awal tahun 2000an membuat topic ini
makin banyak dibahas oleh berbagai kalangan (Walling, 2007).
Sebagai manager tertinggi di GE,
cara Jack Welch memimpin berbeda dengan cara manager yang lain dalam memimpin
dan mengendalikan organisasinya. Jack Welch tidak sekedar menjalankan GE dengan
cara lama menggunakan PDCA seperti yang diajarkan oleh Edward Demming, Jack
Welch menggunakan pendekatan kepemimpinan yang berbeda. Jack Welch menyatakan
bahwa sebagai pemimpin tugas utama yang harus dilakukan adalah menemukan orang
yang tepat, mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki dan menyebarkan ide dengan
cepat (Walling, 2007).
Ketiga hal tersebut tentu saja
merupakan pendekatan yang berbeda dengan apa yang dilakukan oleh para manager
selama ini. Prestasi yang ditorehkan oleh Jack Welch selama lebih dari 20 tahun
kepemimpinannya di GE makin menguatkan gelombang baru pembahasan dan penerapan
konsep kepemimpinan diorganisasi bisnis maupun diorganisasi non bisnis. Cikal
bakal konsep kepemimpinan yang ditulis oleh Chester Barnad pada tahun 1938
bahwa tugas pemimpin adalah mengelola perusahaan dan mendapatkan komitmen dari
karyawan (Walling, 2007) mendapatkan titik tolaknya (tipping point) pada diri
Jack Welch lebih dari 50 tahun sesudahnya.
Dalam dunia akademisi, salah satu
titik tolak pembahasan tentang konsep kepemimpinan mulai ramai dibicarakan pada
saat pengajar bisnis di Harvard Business School Abraham Zaleznik pada tahun
1977 menulis artikel yang berjudul “Manager and Leaders: Are They Different?”
(Kotter, 1990). Sejak saat itulah pada akademis seakan berlomba-lomba untuk
melakukan riset dan menulis tentang topik kepemimpinan.
Konsep kepemimpinan menjadi menarik
karena merubah sudut pandang bagaimana pemimpin perusahaan mengelola dan
memimpin. Seorang manager berkepentingan agar dalam menghadapi masalah, jumlah pilihan
untuk pengambilan keputusan diperkecil, sedangkan seorang pemimpin berlaku
seolah-olah bersebrangan karena malah menambah pilihan yang sudah ada. Seorang
manager berfikir dan bertindak karena kebutuhan, sedangkan pemimpin karena
hasrat dan keinginan untuk tumbuh dan berkembang. Manager menciptakan
keteraturan dengan kontrol yang dimiliki sedangkan pemimpin menoleransi adanya
kekacauan (Chaos) dan struktur yang tidak teratur (Zaleznik, 1992).
Keberadaan pemimpin yang handal menjadi penentu pertumbuhan dan kelangsungan hidup sebuah perusahaan. Pakar kepemimpinan John Maxwell dalam banyak bukunya menyatakan bahwa jatuh bangunnya sebuah organisasi (termasuk organisasi bisnis) tergantung dari pemimpinnya. Pemimpin yang memiliki kompeten dan flesibel dan mampu menyesuaikan diri dalam kondisi yang berbeda sehingga dapat bertindak sebagai pemimpin yang transformational maupun transaksional terbukti memberikan efek yang positif terhadap kinerja perusahaan (Waldman, et. al, 2001).
Semakin besar bisnis berkembang, semakin keras
kompetisi yang berjalan, semakin cepat perubahan maka kebutuhan pemimpin
menjadi semakin banyak. Menyadari bahwa manager berbeda dengan pemimpin dan
bahwa kepemimpinan yang kuat dan handal penting bagi sebuah organisasi
memunculkan pertanyaan yang lain. Apakah seorang pemimpin itu dilahirkan atau
bisa dilatih. Sebagian besar peneliti setuju bahwa atribut dan kompetensi yang
dibutuhkan oleh seorang pemimpin merupakan area yang bisa dikembangkan (Kelloway,
et.al., 2000), (Prince, 2008) dan (Amagoh, 2009). Dengan demikian sebuah
Leadership Development Program (LDP) menjadi sebuah inisiatif yang harus dilakukan
oleh perusahaan yang percaya dan butuh untuk mendapatkan pemimpin bagi
organisasinya.
2.
SEBERAPA PENTING PROGRAM
PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN?
Sebagai seorang praktisi Human Resources (HR) dan
juga seorang konsultan HR. Penulis mendapati suatu fenomena yang menarik dalam
konteks Indonesia tentang kebutuhan pemimpin organisasi. Tingkat pertumbuhan
ekonomi yang cukup stabil dalam satu dekade kebelakang dengan angka pertumbuhan
rata-rata 6% pertahun, maka organisasi bisnis juga bertumbuh secara cepat. Perusahaan
berkembang dengan memperluas cabang, mendirikan anak perusahaan baru, melakukan
diversifikasi, melakukan ekspansi keluar daerah bahkan keluar negri. Pada titik
inilah banyak perusahaan tersebut baru menyadari bahwa mereka kekurangan
pemimpin yang bisa mengeksekui rencana bisnis tersebut. Lingkungan organisasi
berubah dengan cepat namun tidak diantisipasi dengan baik oleh organisasi bisa
menyebabkan organisasi menjadi tidak relevan (Hatch, 2006).
Dalam sebuah kesempatan penulis berdiskusi dengan sebuah
perusahaan besar yang memiliki rencana bisnis untuk bertumbuh sebesar 10x lipat
dalam jangka waktu 5 tahun kedepan. Industri yang ditekuni adalah Engineering,
Procurement dan Construction (EPC). Direktur dan manager HR menyadari bahwa
kunci keberhasilan untuk mencapai visi pertumbuhan tersebut adalah seberapa
baik dan cepat mereka bisa menyediakan dan mengadakan pemimpim (dalam kasus
mereka Project Manager) yang handal dengan jumlah 4x dari yang dimiliki saat
ini. Yang terjadi kemudian mereka meminta dibuatkan program LDP dengan durasi
waktu 2 tahun untuk bisa menghasilkan Project Manager dengan kuantitas dan
kualitas yang diinginkan, sebuah kemauan dan target yang tentu saja tidak mudah
dilakukan.
Merujuk pada salah satu artikel yang ada di media
online Detik tanggal 20 Nopember 2012 yang berjudul “Mendagri: 474 Pejabat Daerah
Terlibat Kasus Hukum”, menunjukkan bahwa krisis kepemimpinan tidak hanya
terjadi pada dunia bisnis namun juga sudah merambah pada pemerintahan juga.
Kondisi ini memperkuat kebutuhan akan adanya LDP yang benar dan
komprehensif (Amagoh, 2009), agar bisnis
dapat tetap tumbuh dan berkembang.
3.
PROGRAM PENGEMBANGAN
KEPEMIMPINAN YANG IDEAL
Didalam konteks Indonesia, LDP mulai mendapatkan
perhatian pada tahuan 1990an. Pada saat itu PT. Astra Internasional (AI),
mengeluarkan program pengembangan kepemimpinan yang mereka namakan Supervisory
Development Program (SDP). Bahkan sedemikian seriusnya dengan program
pengembangan kepemimpinan maka AI yang seringkali dibilang sebagai GE dari Indonesia
juga membangun sebuah pusat pengembangan kepemimpinan yang dinamakan Astra
Management Development Institut (AMDI) yang menyerupai pusat pengembangan
eksekutif yang dimiliki oleh GE di Crotonville Amerika.
Tidak mau kalah dengan Astra maka perusahaan-perusahaan
di Indonesia yang lain juga mendirikan pusat pengembangan kepemimpinan seperti
Bank Danamon dengan Danamon Learning Center di Ciawi, Unilever Indonesia dengan
Unilever Learning Center di Cisarua, Citibank Indonesia mengadopsi induknya
dengan mengeluarkan inisiatif pengembangan kepemimpinan dengan program
Management Trainee (MT) dan lain sebagainya.
Adanya inisiatif LDP dibanyak perusahaan ini
memunculkan pertanyaan yang penting. Apakah program LDP memberikan pengaruh
yang cukup signifikan terhadap kebutuhan pemimpin dan seberapa besar efeknya
dalam kinerja perusahaan?. Pertanyaan ini menjadi bidang riset yang juga banyak
diteliti oleh akademisi.
LDP khususnya yang menitikberatkan pada aspek
pengembangan kompetensi bisnis (Business Acumen) terbukti memberikan dampak
yang positif terhadap kinerja (Prince, 2008). Kinerja individu terutama kinerja
para pemimpin akan menentukan kinerja perusahaan (Naquin and Holton III, 2006).
Banyaknya program LDP yang diselenggarakan dengan
serius atau karena sekedar mengikuti trend yang ada juga memunculkan banyak
kritik karena tidak efektifnya program LDP yang dikerjakan. Penelitian dari Ian
Cunningham (2010) menunjukkan bahwa LDP hanya menunjukkan dampak yang kecil bagi dunia bisnis dikarenakan eksekusi
program LDP yang buruk.
Kegagalan program LDP yang diselenggarakan oleh
banyak perusahaan bisa diantisipasi dengan berbagai macam cara. Ready dan
Conger menyatakan ada 3 hal penting yang harus dilakukan apabila menginginkan
program LDP berjalan efektif (Ready & Conger, 2003) yaitu:
1. Individu
peserta program LDP harus merasa memiliki program yang diberikan oleh perusahan
(Buy in)
2. Adanya
keterkaitan yang jelas antara program LDP dan strategi organisasi
3. Lebih
banyak menempatkan sumberdaya pada proses pengembangan kepemimpinan daripada
pada produk (leader) itu sendiri.
Proses
pengembangan kepemimpinan yang sudah berjalan selama beberapa dekade ini
mengalami evolusi sesuai dengan kebutuhan jaman. Kebutuhan pada masa lalu
berbeda dengan masa sekarang dan masa depan. Sebagai contoh pada masa lalu
peserta LDP diperlakukan sebagai pendengar belaka sedangkan pada masa sekarang
(transisi) peserta diperlakukan sebagai seorang murid dan dimasa yang akan
datang peserta akan diperlakukan sebagai pembelajar (Fulmer, 1997).
Tabel 1 seperti yang dikembangkan
dibawah ini menunjukkan terjadinya evolusi yang terjadi pada LDP pada berbagai
macam dimensi baik itu perlakuan terhadap peserta, desain program, tujuan dan
lain sebagainya dalam konteks masa lalu, masa kini dan masa depan.
Tabel
1. Evolusi Paradigma Pengembangan Kepemimpinan
4.
DESIGN & EKSEKUSI
PROGRAM SEBAGAI KUNCI KEBERHASILAN
Agar proses eksekusi LDP berjalan dengan baik maka
dibutuhakan serangkain langka aksi yang
benar dan terukur. Menurut Ian Falk (2003), ada 4 langkah penting yang harus
dilakukan untuk memastikan bahwa progam LDP yang akan dijalankan bisa efektif.
Langkah2 tersebut adalah:
1.
Trigger
2.
Initiating
3.
Developmental
4.
Sustainability
Langkah-langkah
tersebut harus dilakukan satu persatu agar tidak menimbulkan masalah dikemudian
hari. Penulis sebagai praktisi pernah mengalami langsung bahwa langkah Initiating dan Developmental yang kurang baik akan mengakibatkan Sustainability bermasalah. Masalah yang
timbul dikemudian hari adalah secara perlahan-lahan efek yang ingin didapatkan
dari program LDP menjadi makin kecil dan tidak dapat bertahan lama.
Mengembangkan program LDP merupakan sebuah kepususan
stratejik yang harus dilakukan dengan benar dan efektif. Program yang
dijalankan akan mempengaruhi dan merubah banyak polapikir, sistem kerja dan
bahkan merubah budaya organisasi. Untuk melakukan perubahan tersebut maka
dibutuhkan langkah-langkan manajemen perubahan (Change Management) yang tepat.
Merujuk pada John Kotter (1995), terdapat delapan langkah untuk melakukan
transformasi organisasi (lihat Gambar 1).
Walaupun sebenarnya Kotter menggunakan 8 langkah
tansformasi ini untuk melakukan transformasi dalam lingkup organisasi, penulis
merasa bahwa langkah juga tepat untuk dipakai untuk membantu agar inisiatif dan
intervensi pengembangan kepemimpinan dengan program LDP juga dapat berjalan
dengan baik.
Dalam langkah yang pertama yaitu Establishing Sense of Urgency, memiliki
pengertian yang sama dengan apa yang disajikan oleh Ian Falk yaitu Trigger. Pemilik perusahaan dan Top
Management Team (TMT) harus memiliki pengertian dan perasaan yang kuat bahwa
LDP memang dibutuhkan oleh organisasi dan akan membantu perusahaan maupun
divisi yang mereka pimpin agar mampu mengeksekusi strategi yang telah mereka
buat. Tanpa adanya Sense of Urgency
ini maka LDP akan menjadi sia-sia persis seperti yang ditemukan oleh Ian
Cunningham (2010).
Langkah yang kedua merupakan langkah penting yang
harus dilakukan namun seringkali tidak terjadi dibanyak perusahaan di Indonesia
sesuai pengalaman penulis. Keberadaan para agen perubahan (Change Agent) yang
tidak hanya buy in namun juga mau
dengan sungguh2 mendorong agar program berjalan didalam kehidupan pekerjaan
sehari-hari serta memainkan peranan untuk ikut mendorong rekan kerja melakukan
hal yang sama. Dalam kasus Indonesia, banyak program LDP yang “dimiliki” hanya
oleh tim HR. Para peserta yang sebagian besar adalah fungsi2 lain seperti
operasi, marketing dan sales, logistik dll. hanyalah menjadi obyek bagi program
sehingga tidak bisa menjadi kepanjangan tangan dari penyelenggara program LDP
dilapangan.
Gambar
1. Delapan Langkah Transformasi Organisasi
Langkah-langkah berikutnya seperti
Creating Vision, Communicating the Vision, Empowering Others, Short term Wins,
Consolidating dan Institutionalizing tentu saja juga penting untuk dilakukan
agar program LDP yang dibangun benar-benar bisa berjalan dan dapat mencapai
tujuan yang sudah ditetapkan semula, yaitu mencetak para pemimpin baru bagi
organisasi.
Written by:
Eko Jatmiko Utomo
Mahasiswa S3 Strategic Management UI
Class of 2012
REFERENSI
Amagoh, F., (2009).
“Leadership Development and Leadership Effectiveness”, Management Decision, 6, 989-999.
Barling, J.; Webber, T.;
& Kalloway, K., (1966). “Effects of Transformational Leadership Training on
Attitudinal and Financial: A Field Experiment”, Journal of Applied Psychology, 6, 827-832.
Boaden, R.J., (2006).
“Leadership Development: Does it Make a Difference?”, Leadership and Development Journal, 27, 25.
Broome, G.H.; & Hughes,
R.L., (2004). “Leadership Development: Past, Present and Future”, Human Resource Planning, 1, 24.
Conger, J.A.; & Ready,
D.A., (2003). “Why Leadership Development Fails?”, Center for Effective Organization.
|
Cunningham, I., (2010).
“Leadership Development in Crisis: Leadership Development Hasn’t Made Much
Difference to Organization”, Development
and Learning in Organization, 5, 5-7.
Effron, M.; Greenslade, S.; & Salob,
M., (2005). “Growing Great Leaders, Does it Really
Matter?”, Human Resources Planning.
Elmuti, D.; Minnis, W.;
& Abebe, M., (2005). “Does Education Have a Role in Developing Leadership
Skills?”, Management Decision, 8,
1018.
Falk, I., (2003). “Designing
Effective Leadership Interventions: a Case Study of Vocational and Education
Training”, Leadership and Development
Journal, 4, 193.
Fulmer, R.M., (1997). “The Evolving Paradigm of Leadership Development”,
Organizational Dynamic.
Hatch, M.J.; & Cunliffe, A.L.
(2006). Organization Theory: Modern, Symbolic, and Postmodern Perspectives.
Oxford: Oxford University Press.
Kelloway, E.K; Barling,
J.; Helleur, J., (2000). “Enhancing Transformational Leadership: the Roles
Training and Feedback”, Leadership and
Development Journal, 3, 145-149.
Kotter, J., (1990). “What
Leaders Really Do?”, Harvard Business
Review.
Kotter, J., (1995). “Leading
Change”, Harvard Business Review.
Kreitner, R.; & Kenicki A., (2007). Organizational Behavior. McGraw Hill.
Mgbere, O., (2009).
“Exploring the Relationship Between Organizational Culture, Leadership Styles
and Corporate Performance: an Overview”, Journal
for Strategic Management Education, 5, 187-202.
Morgan, G.M., (1996).
“Creating Local Leadership Development Program”, Economic Development Review, 1, 36.
Mullen, H.J., (1965).
“Differential Leadership Modes and Productivity in Large Organization”, Academy of Management.
Naquin, S.; & Holton
III, E., (2006). “Leadership and Managerial Competency Model: A Simplify
Process and Resulting Models”, Advances
in Development Human Resources,2, 144.
Pernick, R., (2001).
“Creating a Leadership Development Program: Nine Essential Tasks”, Public Personnel Management, 4, 49.
Prince, E.T.
(2008). “Business Acumen: a Critical
Concern of Modern Leadership Development”, Human
Resource Management International Digest, 6, 6-9.
Waldman, D.A.; Ramirez, G.G.; Robert, R.F.; & Puranam, P.,
(2001). “Does Leadership Matter? CEO Leadership Attributes and Profitability
Under Condition of Perceived Environmental Uncertainty”, Academy of Management Journal,
1, 134-143.
Walling, E.R., (2007). 50
Management Ideas You Really Need to Know. Quercus Publishing.
Zaleznik, A., (1992).
“Managers and Leaders: Are They Different?”, Harvard Business Review.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar