Story Behind the Scene.
Ruangan sidang doctoral itu sepi dan menegangkan. Semua wajah serius dan tegang. Hmmm semua serius sih iya, cuma kalau yang tegang sebenarnya cuma satu, yg lagi berdiri dan disidang (baca dibombardir pertanyaan). Raut mukanya tegang merefleksikan pikirannya yg kebat kebit.
"Pak Eko!" ketua sidang merangkap dosen penguji berseru.
"Siap bu" jawab mahasiswa dengan tenang (ditenang-tenangkan sebenarnya).
"Draft kuesioner anda ini masih kacau, face validity anda rendah sekali", dosen lulusan Inggris yg sudah jadi dosen di 4 negara memandang tajam.
"Anda ingat ngak apa itu face validity?", si ibu bertanya lebih dalam karena lihat muka yg diuji "blank".
"Maaf bu, saya lupa. Hanya ingat istilahnya dulu saat ibu mengajar 3 tahun lalu", jawab mahasiswa tenang, polos dan naif.
Sontak ruangan sidang ramai dengan tertawa dosen penguji dan dosen pembimbing.
"Wah..... ibu ketua sidang bagaimana sih sebagai dosen pengajar? Mahasiswanya sampai lupa? Dapat A lagi dulu nilainya, benar kan pak Eko?", selak Prof. Martani penguji paling senior yg mantan Dirjen itu sambil bergurau.
"Betul Prof., dapat A. Salah saya yg pendek ingatan", aku sang mahasiswa polos.
Dan seisi ruangan hangat oleh senyuman.
"Pak Eko terlalu banyak pikiran Prof.", kata dosen ketua sidang membela mahasiswanya sekaligus membela nilai yg diberikan.
11 Juli
Tidak ada komentar:
Posting Komentar