13 September 2009

Sukses & Bahagia

Sukses & Bahagia! (Seri 1)

Success means having the courage, the determination and the will to be come person you believe you were meant to be.” George Sheehan

Cerita di tepi pantai Pangandaran
Tersebutlah seorang direktur muda sedang berlibur di pantai Pangandaran. Direktur muda ini, kita sebut saja Brian, merupakan salah satu contoh sukses seorang profesional muda. Selain cerdas dan merupakan lulusan perguruan tinggi terbaik di negeri ini baik S1 dan gelar MBA-nya, Brian dalam usia pertengahan 30an sudah menduduki posisi Direktur disebuah perusahan MNC yang terkenal.

Pagi itu sambil menikmati hawa sejuk yang dikirimkan laut selatan, Brian berjalan-jalan bertelanjang kaki disepanjang bibir pantai Pangandaran yang cukup indah. Semenanjung “Pangandaran ini sungguh unik” gumam Brian. Dalam lokasi yang sama (berdekatan) kita bisa menyaksikan sunshine dan sunset muncul dan tenggelam dari laut di kejauhan.

Langkah kaki Brian terhenti tatkala dikejauhan dilihatnya seorang nelayan sedang memancing ikan dilaut. Bukan proses memancingnya yang menarik perhatian, namun sungguh luarbiasa, hampir setiap menit Nelayan itu mengangkat Joran dari laut dan mendapatkan beragam ikan tersangkut diujung kailnya. Brian berdiri terdiam menikmasi “proses bisnis” yang demikian mulus dan sukses, sampai dia melihat sang Nelayan berhenti memancing dan mengemasi peralatan yang dibawanya.

Penasaran dan ingin tahu, Brian datang mendekat ke Nelayan. “Pak Nelayan, mengapa Anda berhenti memancing?”. Sang Nelayan dengan rambut disaput uban menoleh kepada Brian dengan pandangan sedikit heran. Melihat hal itu Brian tersadar ketidaksopanan yang dia lakukan. “Maaf pak, saya turis di pondok itu. Nama saya Brian dan kebetulan tadi saya sempat perhatikan bapak saat memancing dan mendapatkan hasil yang banyak. Cuma saya heran kenapa bapak berhenti memancing?”, jelas Brian sambil mengulurkan tangan untuk memberikan salam. Kali ini sang Nelayan separo baya menyambut tangan Brian dan memberikan senyum hangat tanda dia menerima kehadiran Brian.

Berdua mereka duduk di sebuah batu besar yang tergelatak ditepi pantai curam sambil memandang laut dikejauhan. “Nak Brian tadi tanya apa ya?”, kata sang nelayan sambil mengeluarkan rokok lintingnya. “Ini pak, saya heran mengapa bapak berhenti memancing padahal hasil yang didapatkan bagus sekali”, ulang Brian sambil menunjuk sebuah ember yang penuh dengan ikan. “Oooooo itu pertanyaanya......ya memang harus berhenti, lha wong ember yang saya bawa sudah penuh kok!” jawab sang nelayan sambil tertawa terkekeh memperlihatkan giginya yang kehitaman dimakan asap rokok.

“Mengapa bapak tidak membawa ember-ember yang lebih banyak untuk membawa hasil tangkapan?” desak Brian penuh keheranan. “Lho, ember lain itu untuk apa nak Brian?”, gantian sang Nelayan yang terbelalak keheranan. “Ya, tentu saja agar bapak bisa memancing ikan lebih banyak lagi pak”, jelas Brian dengan gemas akan jawaban polos sang Nelayan. “Ikan2 yang lebih banyak itu untuk apa nak Brian”, tanya Nelayan kali ini sambil meneruskan isapan pada rokoknya yang tinggal separuh. “Wah, bapak ini gimana sih, kalau bapak bisa mendapatkan lebih banyak ikan, bapak bisa menjualnya dan kemudian mengumpulkannya untuk jadi modal beli pancing lagi pak”, jelas sang lulusan Cum Laude MBA dengan berapi-api.

“Hmmm, kalau punya banyak pancing untuk apa?”, kembali sang Nelayan bertanya. “Bapak ini gimana sih, dengan banyak pancing artinya bapak bisa memancing lebih banyak lagi ikan, sehingga hasilnya bisa bapak tabung dan ketika sudah cukup bapak bisa membeli perahu”, saking gemasnya Brian menjawab seperti senapan yang memuntahkan peluru. “Kalau punya perahu, apa yang saya dapatkan?”, kembali sang Nelayan dengan naif bertanya.

Uuuuuuuh..........kali ini sebelum menjawab Brian menarik nafas panjang untuk menyabarkan hatinya yang panas saking gemasnya dengan Nelayan yang duduk santai didepannya ini. “Bapak, kalau bapak punya perahu, maka bapak akan dapat menangkap lebih banyak ikan, dengan demikian maka bapak akan memiliki cukup uang untuk makan, sekolah anak2, dan juga berlibur. Trus yang paling penting bapak cukup memiliki waktu untuk bermain dengan anak2 dan cucu bapak tanpa diganggu oleh kesibukan kerja”, detik terakhir kalimat terlontar Brian teringat bahwa liburan ini adalah liburan pertama dengan keluarga yang dia lakukan sejak 2 tahun lalu saat dirinya diangkat jadi direktur.

“Oooooo, itu to yang dimaksud nak Brian, untuk bisa makan, sekolah anak dan terutama meluangkan waktu dengan keluarga”, balas sang Nelayan sambil tersenyum. “Benar pak, itu adalah hal yang paling mahal dan paling susah kita dapatkan” jawab Brian setengah mengeluh. “Kalau itu yang dicari, makan dan sekolah anak2, sudah bapak berikan dengan hasil seember ikan ini. Kembali dari sini bapak momong cucu yang baru umur 2 tahun. Nak Brian mau bapak perkenalkan?”, ajak pak Nelayan sambil mengangkat peralatan dan hasil tangkapan. Brian hanya berdiri termangu dan diam.

Definisikanlah!
Dalam banyak Leadership, Managerial dan Motivational workshop yang dilakukan oleh penulis, pertanyaan tentang rahasia kesuksesan merupakan salah satu pertanyaan favorite banyak orang. Bahkan pertanyaan yang sama seringkali dilontarkan pada saat coaching “one on one” yang lebih pribadi.

Tidak salah dan jelas bukan dosa kalau semua orang ingin sukses. Seorang teman yang sudah lama tidak bertemu seringkali berkata “Eko, kamu sekarang jadi orang sukses ya, beda dengan saya”. Pertanyaan yang sederhana namun mengandung unsur “menyesatkan” didalamnya. Kalau mendapatkan pertanyaan tersebut biasanya saya akan bertanya balik, “menurut sampeyan sukses itu yang bagaimana sih?”. Jawaban dari pertanyaan ini akan membawa kita masuk lebih dalam ke konstruksi bangunan kesuksesan masing-masing individu. Temuan mengejutkan lainnya ternyata bangunan kesuksesan masing-masing orang berbeda, tergantung bagaimana mereka mendesign dan membangunnya.

Jadi, pertanyaan apakah Anda sukses merupakan pertanyaan yang sangat relatif. Rumah megah dan mobil mewah bisa merupakan tanda sukses bagi seseorang namun tidak ada artinya bagi orang lain. Jabatan direkur perusahaan ternama mungkin mentereng bagi orang lain, namun tidak berarti untuk seorang ibu rumah tangga yang mengukur kesuksesan dengan seberapa banyak cinta & kasih tumbuh dan berkembang di hati dan perilaku anak2nya.

Pernyataan inilah yang merupakan jawaban mengapa dialog Brian dan Nelayan diatas seperti percakapan antara dua mahluk dari planet yang berbeda. Sang Nelayan memaknai kesuksesan dia dengan cara yang sederhana, tangkapan ikan secukupnya dan waktu yang cukup untuk bermain dengan keluarga. Sementara Brian lebih fokus kepada cara untuk mendapatkan kesuksesan daripada kriteria kesuksesan itu sendiri.

Sukses & Bahagia
Arvan Pradiansyah, seorang motivator memberikan definis yang sederhana untuk membedakan dua istilah ini. Dua istilah yang sering kali rancu ditangkap dalam alam pemikiran manusia.
Sukses: Mendapatkan apa yang diinginkan
Bahagia: Menginginkan apa yang didapatkan.
Sesama lulusan perguruan tinggi sangat sah bilang dirinya sukses karena sekarang sudah menjadi Manager disebuah perusahaan. Sementara seorang yang lain bilang bahwa dirinya kurang sukses walaupun posisi dirinya lebih tinggi dari teman tadi yaitu seorang Senior Manager.

Mengapa ini terjadi, sebab 2 orang yang berbeda memberikan makna yang berbeda tentang kesuksesan, yang satu mendefinisikan kesuksesan apabila 15 tahun sesudah lulus kuliah menjadi Manager dan satu lagi mendefinisikan kesuksesan adalah menjadi Direktur pada kurun waktu yang sama. Jadi kalau Anda ingin sukses langkah pertama yang harus kita lakukan adalah difinisikanlah sukses itu seperti apa? Semakin detail definisi tersebuat semakin mudah Anda mengukurnya.

Bagaimana menurut Anda?

Eko Jatmiko Utomo
BSD City
13 September 2009

Note: tulisan ini merupakan tulisan berseri tentang sukses dan rahasianya.

1 komentar:

lisa_andayani mengatakan...

Betul banget, karena ukuran definisi sukses setiap orang itu sangat berbeda. Hal seperti ini sering sekali kita temui disekitar kita sehingga dalam memotivasi seseorang juga hasilnya tidak akan pernah sama karena kembali lagi sejauh mana ukurang kesuksesan buat dia, apakah sudah cukup dengan yang ada atau masih kurang dsb.