PERSON vs PERILAKU
Hawa terasa lebih sejuk sesudah Jokowi melakukan pertemuan dengan Prabowo di Kertanegara. IHSG menguat seketika, Senayan mendingin, perang status antar pendukung juga mereda.
Bisnis dan ekonomi adalah gerbong, politik yang jadi lokomotif (beda pendapat dengan yang dibilang Fahri Hamzah yang menyatakan tidak ada hubungan dua hal ini). Politik kondusif maka ekonomi juga akan kondusif. Salah satu faktor penting dalam mengambil keputusan bisnis adalah kondisi politik. Bisnis membutuhkan kepastian. Kepastian regulasi yg baik tentunya.
"Prabowo haters silahkan kecewa, PS adalah negarawan sejati". Kalimat diatas bersliweran di fb dan kolom komentar.
Leadership mengajarkan "berempatilah pada ORANG dan kritiklah PERILAKU". Perilaku Prabowo mau menerima Jokowi merupakan tindakan yang hebat karena meredakan ketegangan politik. Diharapkan tindakan2 kenegarawanan yang sama akan banyak dilakukan di masa depan.
Secara pribadi saya (selalu mencoba) tidak pernah membenci person (termasuk Prabowo), tapi mengkritik berbagai macam tindakannya yang menurut saya banyak menuruti nafsu berkuasa. Saat ini saya acung jempol dengan proses pertemuan bersejarah kemarin.
"Sebagai Jokowi fans, bagaimana kalau nanti Jokowi memerintah dan membuat kesalahan atau kebijakan buruk?". Jawabannya gampang: kritik habis2an. Mendukung Jokowi bukan berarti menjadi pemuja PERSON tapi PERILAKU.
PERSON dan PERILAKU menjadi satu saat sebuah pribadi pemimpin secara konsisten melakukan tindakan yang baik dan mulia (dan atau sebaliknya). Pada saat itulah batas person dan perilaku menjadi satu.
Happy Saturday,
181014
EU from Bandung yang lagi haredang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar