Plang jalan Pajajaran terlihat dan terbaca jelas di seberang lampu lalu lintas. Lampu merah menghentikan honda Astrea Prima yang menemaniku dengan setia selama 4 tahun menuntut ilmu di bumi parahiyangan, pengganti Vespa putih yang kumusiumkan sejak lulus SMA tahun 91 lalu. Siang hari ini, lalu lintas yang turun dari jalan Cihampelas mengarah ke stasiun kereta lenggang. Orang mungkin malas keluar rumah disiang hari bolong walau udara Bandung jelas lebih dingin terutama kalau dibandingkan dengan kota Klaten kota asalku.
Bergegas aku tarik gas saat lampu lalu lintas berubah warna menjadi hijau. Tak berapa lama aku sudah sampai di depan GOR Pajajaran dan aku segera sign kanan masuk ke gedung kuno dan kusam didepan GOR. Aku parkir Astrea Prima dibawah pohon dan melangkah cepat masuk melewati gerbang kecil yang terbuka. Dibagian depan gedung berdiri kokoh papan nama yang bertuliskan: Panti Sosial Bina Netra WIYATA GUNA.
Sejak 2 bulan yang lalu hampir setiap minggu siang aku datang ke tempat ini. Persekutuan pemuda GKI MY sabtu malam itu memberikan pengumuman bahwa dibutuhkan pelayanan membaca untuk mahasiswa tunanetra yang tinggal di Wiyata Guna. Atas ajakan teman aku tergerak untuk ikut serta pelayanan ini mumpung kuliah disemester 2 tahun 1995 ini tinggal beberapa sks saja dan banyak waktu luang yang aku punya disela-sela kesibukan mencari tempat untuk Tugas Akhir (skripsi).
Siang ini aku berangkat sendiri, bergegas aku masuk ke dalam komplek dan sejurus kemudian aku sudah masuk disalah satu gedung asrama berwarna kusam itu.
"Simon, selamat siang"
Seorang pemuda berkulit hitam dan berambut keriting yang sedang duduk di pinggir ranjang itu sedikit mengerutkan dahinya. Kepalanya sedikit diangkat dengan telinga kanan mengarah ke pintu masuk.
"Eko, selamat siang juga...silahkan masuk!" dan bibir yang gelap dan tebal itu membentuk senyuman yang lebar. Tangannya terulur kedepan.
"Pa, kabar Mon?" aku tangkap tangan yang terulur sambil memandang bola mata Simon yang menatap kearahku......bola mata yang jarang berkedip dan tanpa sinar itu.
"Baik, selalu baik. Kebetulan banget Ko, besok aku mau ujian. Aku butuh bantuanmu untuk untuk belajar materi ujian", wajah Simon yang asli NTT bersinar-sinar. Tangannya meraba-raba keatas meja sederhana di sebelah tempat tidur. Sesaat kemudian Simon mengangsurkan diktat kuliah dengan judul "Tata Bahasa Indonesia".
"Buku Tata Bahasa Indonesia ya Mon? bab berapa?" tanyaku sambil mengambil posisi duduk disebelah tempat tidur. "Aku rekam sekalian ya", aku ambil tape recorder kecil di ujung meja.
"Mulai aja dari bab 1 Ko, kemarin sempat dibacakan sama orang lain tapi kelupaan direkam. Jadi sekalian mengulang sekalian merekam". Senyum Simon tidak pernah pergi dari wajahnya, terlihat bahwa pembacaan buku yang aku lakukan sungguh berarti baginya untuk persiapan ujian di kampus IKIP Bandung dimana Simon mengambil kuliah jurusan Bahasa Indonesia. Dan 2 jam berikutnya kami berdua tenggelam dengan kegiatan belajar, aku membaca, Simon mendengarkan dan tape recorder merekam suaraku.
"Terimakasih untuk kedatangannya" tangan Simon mengenggam tanganku erat-erat. Senyum lebar dan tulus itu memenuhi mukanya. "Membantuku banyak dalam persiapan ujian minggu depan", ujarnya sambil mengantarku keluar dari asrama.
"Sama-sama Simon, semoga sukses di ujian nanti" kataku lirih sambil menatap bola matanya yang memandang kemukaku, bola mata itu kosong tak bersinar. Bola mata orang buta.
"Hati-hati dijalan Ko, jangan ngebut ya" teriaknya sambil tetap tersenyum saat aku mulai mengarahkan Astrea Prima meninggalkan halaman Panti. Sekali lagi aku lihat Simon yang melambaikan tangan, senyum yang tidak lepas dari wajahnya dan tiba-tiba aku merasa bahwa Simon memandangku dengan tajam. Aku dapat merasakan bahwa Simon melihatku.........melihatk
Bandung, 12 Juni 2010
Note untuk Simon.
dari Eko Utomo
2 komentar:
Saya berminat untuk menjadi reader di wiyata guna. bagaimana caranya ya?^^,
terimakasih sebelumnya untuk jawabannya,,
Langsung datang ke sana mbak/mas. Bisa bertemu dan diskusi dengan pengurus disana.
Posting Komentar