04 Juni 2011

Menyoal Tuduhan "Tidak Mampu" (Sekali lagi tentang Asumsi)


Ruang meeting di salah satu kafe di Hanggar Pancoran itu sesak. 31 laki-laki yang dulunya pernah belajar bersama-sama di Institut Terkenal Banget (ITB) Bandung itu membuat AC yang bertengger diatas dinding harus mengeluarkan segala daya untuk melawan panas asap rokok yang tiada henti mengepul, bau penguk mereka yang datang langsung dari kantor kantor dan juga mereka yang dari luar pulau, mendarat dbandara dan langsung datang ke lokasi (tentu saja tanpa mandi) semuanya untuk menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT. S lilin.
Jarak waktu belasan tahun tidak bertemu ternyata tidak menghalangi mereka untuk kumpul-kumpul kembali menyatukan keping-keping memori saat diosol-osol dan dikerjain "swasta" sewaktu ospek hampir 20 tahun lalu, maupun berbagi kenangan cerita lucu saat mengambil mata kuliah baja atau peledakan sampai hatrick tiga tahun berturut-turut. Lebih dari separo anggota berkumpul mbuh karena memang sehati dan mau sinergi atau karena alasan lain, yang jelas mereka semua nyata-nyata berkumpul dan hadir.

"Kawan-kawan, seperti yang sudah pernah kita diskusikan dalam meeting pre RUPS bahwa PT. S Lilin membutuhkan x ratus juta sebagai modal awal, nah pada saat ini kita akan memutuskan opsi-opsi pembagian saham dan juga setoran yang harus diberikan oleh masing-masing alumni", salah seorang calon komisaris yang berpengalaman mendirikan dan menjalankan perusahaan secara aktif mengambil peran sebagai fasilitator.
"Nah, mungkin dari sekian puluh teman seangkatan kita, tidak semuanya seberuntung yang lain sehingga jumlah setoran modal sebanyak 10 juta itu akan memberatkan mereka. Sementara disisi lain, kita ingin semua kawan seangkatan menjadi share holder. Sekarang kita pikirkan bagaimana caranya untuk membantu mereka!".

Ruangan hening sejenak, masalah ini yang selalu menjadi ganjalan. Bagaimana caranya menolong mereka yang mau bergabung namun saat ini tidak mampu untuk menyetor modal awal sebesar 10 jt.
"Boss, bagaimana kalau mereka yang mau tapi tidak mampu menyetor modal itu kita berikan saham kosong dulu dan baru membayar dari deviden yang nanti akan kita terima?", lae batak manager salah satu perusahaan terbesar di Indonesia angkat mulut bicara, lae ini masuk kelompok konsentrat (lulus cepat) saat kuliah dulu.
Ruangan kembali sunyi, mungkin sedang sibuk berfikir keras untuk mencarikan jalan dan bantuan atau menimbang-nimbang rasa ketidakadilan yang mungkin muncul kalau ada yang mendapatkan saham kosong.
"Boss, bagaimana kalau kita berikan kesempatan bagi yang mau tapi tidak mampu untuk mencicil modal selama setahun?", kali ini urang Sunda (anggota Tailing - lulus belakangan) yang memberikan usulan.
Mister fasilitator yang berdiri didepan garuk garuk kepalanya yang tidak gatal. Masalah ini kembali mengganjal pembentukan PT. S Lilin. semangat kebersamaan terganjal oleh kemampuan ekonomi yang telah tumbuh heterogen sesudah 15 tahun mengejar karir masing-masing. Ruang meeting kembali sunyi dan semua tenggelam dalam pikiran masing-masing.

"Bro, apakah sudah pernah dicek langsung bahwa ada teman kita yang keberatan dengan nominal setoran modal", cowok berbaju biru, ganteng dan berkacamata tiba-tiba memecahkan kesunyian.
"Jangan sampai kita sibuk berasumsi ada orang yang keberatan tapi realitanya lain!" cowok berbaju biru menambahkan kembali.
"Thanks bro, memang hal itu sebenarnya masih dugaan sih. Kalau begitu mumpung yang hadir banyak kita coba cek langsung untuk menghilangkan asumsi dan memudahkan kita mengambil langkah berikutnya. Oke, teman2 kalau misalnya kita harus setor 5 juta dalam sebulan ini siapa yang setuju", fasilitator mengambil momentum untuk test the water.
Semua tangan terangkat tinggi keatas!
"Wah........keren nih. Untuk angka 5 juta semua setuju".
"Kalau setoran modal 10 juta dalam jangka waktu 3 bulan siapa yang setuju", picu sudah ditarik dan semua tegang menunggu hasil. Dalam satu detik semua tangan kembali terulur keatas dan ruang meeting menjadi heboh.
"Woooooooooooi dasar, jadi selama berbulan-bulan ini ternyata kita dimakan asumsi!" calon Dirut PT. S lilin asal Jatim berterik kesal setengah lega sambil tertawa kencang.

"Bro, dengar-dengar loe sekarang punya bini dua ya?", dibagian belakang seseorang melemparkan tuduhan serius kepada salah satu teman yang memang digosipkan punya istri dua. Yang ditanya hanya terseyum simpul.
"Kamu nuduh yang enggak-enggak bos sama dia", yang lain nimbrung membela temannya.
"Beliau ini orangnya alim, kelihatannya sih playboy, itu mah hanya dimulut, kenyataanya tidak seperti itu, ngak mungkinlah dia beristri dua. Istri beliau cuma ada satu........... di Jakarta, satu di Balikpapan dan satu di Medan", dan semua orang yang mendengarkan tertawa terpingkal-pingkal atas pernyataan yang entah berasumsi entah realita.

BSD City,
22 January 2011
Eko Utomo untuk TA91

Tidak ada komentar: