Wahyu sedikit menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi yang diduduki seolah ingin mendapatkan ruang untuk merilekskan pikirannya yang bergemuruh. Ruangan meeting itu hawanya terasa dingin dan pekat. Dingin karena AC yang menyembur persis di dinding dibelakang kursinya dan terasa pekat karena 5 orang yang duduk diruangan itu sangat serius dalam membahas strategi dan action plan yang harus segera dieksekusi karena project besar yang sedang mereka kerjakan terhambat dan terlambat dari jadwal seharusnya.
Sebagai peserta Management Trainee (MT) yang sedang mendapatkan kesempatan OJT di project utama perusahaan, Wahyu merasa beruntung namun juga harus siap-siap buntung. Penugasan di OJT 1 ini membuat dia bak Gatotkaca yang sedang digodog di kawah Candradimuka agar berotot kawat dan bertulang besi. Job assignment yang dia dapatkan dalam OJT kali ini adalah membangun System dan Knowledge Management bagi divisi baru di project tersebut. Penugasan yang tidak kalah menariknya dibandingkan dengan membuat skripsi saat kuliah namun berlipat beratnya karena ada batasan waktu yang ketat (2 bulan) dan juga tuntutan kualitas dari sistem yang dia bangun berhubung hasilnya langsung akan dipakai oleh divisi tersebut.
Pikirannya kembali lagi keruangan meeting, kali ini salah seorang peserta meeting sedang berbicara tentang strategi dan action plan yang harus segera dilakukan untuk mengejar ketertinggalan jadwal. Ada 3 strategi yang harus dipilih dan sekian banyak action plan dimasing-masing strategi. Sebagai orang yang paling yunior diruangan itu Wahyu membuka telinganya lebar-lebar untuk mendapatkan pengalaman bagaimana meeting sebagai suatu proses bisnis bisa menghasilkan suatu pengambilan keputusan yang baik dalam hal prioritas kerja.
Badannya kembali tegak ketika pak Tomi salah satu peserta meeting menyatakan pendapatnya bahwa strategi B yang harus dieksekusi dahulu dibandingkan dengan strategi A dan strategi C. Pak Tomi dengan sangat runtun menjelaskan alasan dari pendapat dia dan kemungkinan hasil yang akan didapatkan dibandingkan dengan pilihan strategi yang lain.
Mendengarkan penjelasan pak Tomi, seketika Wahyu teringat kelas Time Management yang dia ikuti 3 bulan yang lalu saat dia ikut Class Training untuk MT selama satu bulan penuh. Time Management (TM) workshop merupakan salah satu modul yang mereka pelajari. Wahyu teringat bahwa point penting dalam workshop TM adalah bagaimana harus menerapkan hukum Pareto 20/80 dan bagaimana membuat prioritas activitas yang harus dilakukan terlebih dahulu berdasarkan Importancy dan Urgency.
Wahyu tidak menduga bahwa sekarang dengan mata kepalanya sendiri dia akan terjun langsung untuk menerapkan ilmu itu dalam pekerjaan sehari-hari pada saat dia sedang menjalani OJT. Seakan-akan matanya jadi lebih terbuka dan menjadi mengerti bagaimana konsep itu diterapkan. Nanti sore dia akan minta coaching khusus kepada pak Ruli mentor dia tentang kasus penerapan hukum Pareto dalam pekerjaan.
Class Training membangun Knowledge dan On the Job Training membangun Skill dan Kompetensi
Kesuksesan didalam bekerja ditentukan oleh penguasaan kompetensi yang dibutuhkan. Bukan hanya sekedar pengetahuan (knowledge) dan juga bukan sekedar skill karena pengalaman (baca MT Series 4 – Konsep dan Design Management Trainee).
Ada suatu pengalaman yang menarik yang pernah dialami oleh penulis pada saat bekerja sebagai Engineer disalah satu perusahaan pertambangan terbesar di Indonesia. Sebagai Engineer yang memang memiliki background pengetahuan ilmu Pertambangan tentu saja penulis tahu persis mengapa pada saat saat melakukan perkuatan dinding terowongan yang baru dibuka maka Rock Bolt harus ditanamkan tegak lurus terhadap kemiringan dinding terowongan. Ilmu Mekanika Batuan yang penulis pelajari saat kuliah memberikan jawaban matematis terhadap tindakan ini.
Pada suatu kesempatan iseng-iseng penulis bertanya kepada salah satu mandor lapangan yang sedang melakukan perkuatan dinding terowongan.
“Mas, mengapa Rock Bolt nya ditanam tegak lurus ya? Kok tidak miring?” tanya penulis kepada mandor yang sedang mengawasi pekerjaan anak buahnya.
Sang mandor memandang penulis sambil sedikit bingung, mandor ini sudah lebih dari 10 tahun bekerja saat baru saja lulus STM.
“Ya memang harus 90 derajat pak! Kalau kita tanam agak miring kekuatannya berkurang dan mudah rontok” jawab mandor.
“Darimana mas Mandor tahu kalau yang tegak lurus itu paling kuat melakukan supporting?” tanya penulis lebih lanjut.
“Ya dari pengalaman saya pak, sesudah bertahun-tahun saya yakin bahwa Rock Bolt harus ditanam tegak lurus agar kuat melakukan supporting!”.
Cuplikan cerita diatas memberikan kepada kita gambaran yang jelas bahwa proses In Class Training yang dilakukan didalam kelas PENTING!. Walaupun proses didalam kelas ini hanyalah memberikan KNOWLEDGE kepada peserta MT namun proses In Class Training ini ibarat pintu yang harus ada didalam setiap rumah. Tanpa adanya pintu maka seseorang bisa berlama-lama mencari lubang untuk masuk kedalam rumah.
Disisi lain proses LEARNING BY DOING merupakan proses yang dahsyat dan luarbiasa. Seseorang yang mengalami proses ini kompetensi yang ditimbulkan benar-benar akan merasuk dalam didirinya namun proses ini membutuhkan WAKTU yang LAMA dan juga harus melewati banyak KESALAHAN sebelum akhirnya menemukan learning yang terbaik.
Pembekalan dalam konsep In Class Training akan mempersingkat durasi waktu pembangunan kompetensi seperti cuplikan cerita Wahyu diawal artikel ini. Tanpa adanya In Class Traning Wahyu akan melakukan banyak kesalahan sampai menemukan konsep Paretonya sendiri mungkin butuh waktu bertahun-tahun seperti juga sang Mandor.
Terus, seberapa penting OJT dalam pengembangan kompetensi?
Melanjutkan analogi tentang pintu dan rumah. Jikalau ada pintunya namun tidak ada rumahnya ya artinya Anda sedang berada di toko yang menjual daun pintu, bukan penjual rumah! Anda mau membeli daun pintu atau rumah?
Selamat membangun rumah kompetensi!
Jakarta, 7 Juni 2011
Eko Jatmiko Utomo
HR Practitioner, Consultant, Facilitator & Coach.
Penulis merupakan Ex-MT dari perusahaan Nasional terkemuka serta memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun dalam mengembangkan program MT dibeberapa perusahaan termasuk perusahaan Multi National Company(MNC).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar