03 Juni 2011

MT Series 6 – Hard vs Soft Competency Development

Pada sebuah presentasi akhir
Ruang meeting Underground(UG) Engineering itu hening, 10 orang duduk tenang memperhatikan seorang anak muda yang sedang melakukan presentasi didepan. Terlihat juga dua orang bule yang asyik mencatat point presentasi.

Sang presenter terlihat penuh percaya diri. Diusianya yang terlihat masih muda dipertengahan 20an, tidak canggung membawakan materi yang cukup advance tentang sistem penambangan Block Caving didepan para boss Underground yang usianya rata-rata hampir duakali lipat dari usianya. Presentasi dengan menggunakan pengantar bahasa Inggris itu berjalan dengan baik, bahkan dibeberapa kesempatan sang presenter mampu menambahkan guyonan dan joke didalam presentasinya yang membuat suasana ruang meeting menjadi cair.
 Waktu 45 menit presentasi berjalan dengan cepat dan kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab selama 45 menit kedepan. Salah satu bule yang ikut dalam presentasi menanyakan kelebihan dan kekurangan sistem Block Caving dibandingkan dengan sistem penambangan underground yang lain dapat dijawab dengan baik oleh presenter. Tujuh pertanyaan semuanya terjawab dengan sempurna oleh presenter sebelum acara presentasi Final Assignment salah satu peserta UG Management Trainee ditutup.

 
“Mas, selamat! Jeffry presentasinya bagus, bahkan kalau saya rasa-rasa kok malah lebih bagus cara presentasinya dibandingkan kita kita yang sudah bangkotan dan dia juga cukup menguasai bidang teknis pekerjaannya. Ternyata kalau dikembangkan dengan serius mereka belajar banyak dan berguna bagi kita sebagai user!”, salah seorang Manager di UG Mine sambil tersenyum menyalami koordinator program MT dan memberikan pujian atas kualitas peserta MT untuk UG Mine.
 Sang koordinator Management Trainee program tersenyum simpul. Terbayang dimatanya kelas presentasi setiap sabtu yang dilalui selama setahun terakhir ini dan juga kelas Bahasa Inggris 2x dalam seminggu ditambah dengan kelas-kelas workshop yang berkaitan dengan Management dan Leadership yang dia berikan kepada 20 orang peserta MT anak didik dia. Sekarang semua terbayar lunas!

Hard vs Soft Competency Development
Program MT dengan pendekatan Push Approach memiliki dimensi pengembangan kompetensi yang berbeda dibandingkan dengan program MT Pull Approach (lihat kembali artikel MT Seris 5). Pada MT Push Approach maka kompetensi yang dikembangkan lebih bersifat umum dibandingkan dengan MT Pull Approach. Hal ini bisa dimengerti karena dalam MT Push Approach, Division User baru bisa dipastikan dimasa akhir program dibandingkan dengan MT Pull Approach yang sudah diketahui Division Usernya diawal program dijalankan.
Dua Approach yang berbeda tadi juga akan membuat program pengembangan MT strateginya menjadi berbeda pula. Pada program MT Push Approach, maka pengembangan Soft Competencies akan mendapatkan porsi yang lebih besar dibandingkan dengan Hard Competencies. Sebaliknya program MT Pull Approach, pengembangan Hard Competencies akan mendapatkan porsi yang cukup selain Soft Competencies.
Apa pentingnya memberikan porsi soft skill yang cukup banyak porsinya bagi peserta program MT?
Pertanyaan ini sebenarnya sudah terjawab di artikel sebelumnya (lihat MT Series 1), lulusan program MT diharapkan masuk kedalam Talent Management perusahaan dan kemudian mendaki tangga korporasi lebih cepat dibandingkan dengan karyawan yang lain. Semakin tinggi tangga korporasi diraih semakin tinggi pula peranan Soft Competencies dan semakin berkurang peranan Hard Competensies.

Dalam kasus Jeffry sebagai peserta program Management Trainee untuk Underground Engineering. Maka program pengembangannya dibagi menjadi dua bagian besar:
1. Hard Competencies Development: meliputi area: UG Engineering, Heading Development, UG Ventilation System, PrePreduction, Caving Management, Production Management dll.
2. Soft Competencies: Communication (termasuk Presentation Skill), Leadership (Personal Empowerment & Motivation), Management POAC (Plan Organizing Actuating Controlling), Problem Solving & Decision Making (PSDM), Project Management dll.

Jeffry mendapatkan materi-materi Soft Skill pada saat sesi In Class training dan sesi workshop sesudahnya. Kemampuan Jeffry semakin berkembang pesat karena pada saat Job Assignment, materi-materi yang didapatkan didalam kelas mendapatkan aktualisasi didalam kondisi pekerjaan yang “sesungguhnya”. Dengan bantuan MT Coordinator ditambah dengan Mentor dan Coach lapangan maka Hard dan Soft Competencies terkristaliasi dalam dirinya.

Kunci Sukses Pemilihan Materi Soft Skill.
Bagaimana caranya memilih materi Soft Skill yang tepat?
Memberikan semua materi Soft Competencies kepada peserta MT jelas hal yang muskil. Ibaratnya memberikan makan nasi kepada bayi yang baru berumur 1 bulan!.

Tidak ada rumus yang pasti dalam pemilihan Soft Competencies untuk peserta program MT. Pilihlah materi Soft Competencies yang benar-benar dibutuhkan diawal karir dari peserta program MT. Pemilihan ini juga perlu dikaitkan dengan kondisi dan situasi dari perusahaan penyelenggara program. Menurut pengalaman penulis materi yang PASTI harus dikuasai oleh peserta program MT salah satunya adalah materi PRESENTASI dan KOMUNIKASI! dan kemudian silahkan ditambah dengan materi-materi yang lain.

Selamat memilah!

Jakarta, 3 Juni 2011
Eko Jatmiko Utomo
HR Practitioner, Consultant, Facilitator & Coach.

Penulis merupakan Ex-MT dari perusahaan Nasional terkemuka serta memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun dalam mengembangkan program MT dibeberapa perusahaan termasuk perusahaan Multi National Company(MNC).

Tidak ada komentar: