Minggu sore kami sekeluarga meluncur ke pusat kota Jakarta. Sebagai orang "ndeso" Klaten yang terbiasa lenggang kangkung kemana-mana lancar, perjalanan ini memiliki potensi jadi menyebalkan karena takut kena macet. Ternyata lalin memihak kami, dari BSD hanya membutuhkan 1.5 jam sampai ditengah kota, lebih cepat 30 menit dari prediksi awal.
Sore ini kami menghadiri sebuah acara "adat" penghiburan. Ayahanda dari kakak ipar seminggu yang lalu meninggal di Medan dan minggu ini diselenggarakanlah acara penghiburan buat keluarga yang ditinggalkan dari para besan. Nah, ceritanya kami diundang untuk turut serta memberikan penghiburan kepada kakak ipar, skalian bertemu dengan keluarga istri yang sudah beberapa lama tidak bertemu. Tesa dan Jason sudah kangen untuk menyapa Opung Borunya.
"Ssssst pa, kamu nanti disuruh ngomong", disebelah kiri istriku berbisik.
"Ngomong? ngomong apaan?" ini bukan pertanyaan sok bego tapi memang ngak tahu karena sejak 30 menit acara dimulai yang aku bisa lakukan adalah "membaca suasana" karena acara dilangsungkan dalam bahasa Batak! hanya istilah Nami (kami) yang aku mengerti, selainnya babar blas, lha wong istriku sendiri yang batak juga ngak ngerti apalagi aku yang jawa totok.
"Tar papa disuruh bicara untuk memberikan penghiburan?" mama Tesa menambahkan penjelasan.
"Apa? mendadak gini" wajahku sedikit berkerut, walau punya jam terbang ribuan sebagai fasilitator namun saat disuruh bicara mendadak diacara yang sama sekali tidak aku mengerti ujung dan pangkalnya keder juga.
"Iya, intinya ngomong aja untuk memberikan penghiburan kepada keluarga yang ditinggalkan!" istriku kembali ngompori dengan semangat karena dia sendiri tidak mau untuk unjuk vokal.
"Ok, aku panggil mamanya abang apa? Inang atau Namboru?" ini juga pertanyaan yang sederhana tapi penting.
"Papa tanya ke abang aja, aku juga ngak ngerti", yang orang batak aja ngak ngerti apalagi aku yang Jawa.
Dan luarbiasanya, aku kebagian bicara yang pertama! jam terbang ribuan bicara didepan umum cukup membantu. Namun yang lebih luarbiasa lagi adalah ternyata hampir SEMUA orang didalam ruangan baik wanita dan laki-laki diminta untuk menyampaikan ucapan penghiburan. Lebih super luarbiasa adalah hampir semua orang terlihat terbiasa dan cukup terlatih berbicara didepan umum!
"Aha", satu jawaban dan teki teki kenapa banyak orang batak yang jago dan sukses sebagai pengacara terjawab. Adat dan lingkungan "Memaksa" mereka untuk bisa mengekpresikan perasaan dan pikiran mereka di depan umum! Semua orang "diwajibkan" untuk belajar berbicara, suatu skill yang menurut riset merupakan phobia #1 di dunia.
"Ma, akhirnya terjawab juga pertanyaanku kenapa orang Batak lihai jadi pengacara", aku sharing hasil penemuanku kepada istri diperjalanan pulang.
"Apa itu pa", mama Tesa bertanya minta penjelasan.
"Ya, acara tadi. Acara-acara seperti itu istilah kerennya dalam dunia HR adalah "Behavior Approach Development Method" untuk mengembangkan kemampuan bicara didepan umum. Dan itu terbukti bahwa banyak pengacara yang orang Batak dan juga sifat orang Batak yang terus terang dan bisa mengekspresikan perasaan dan kemauannya secara assertive/tegas".
"Lha kalau bicara dan teriak keras di pintu Metromini apakah juga Behaviors Approach Development?", istriku bertanya setengah becanda.
"He he he he, itu bisa masuk dipendekatan yang sama juga. Paling tidak membantu latihan vokal untuk paduan suara", jawabku ngasal.
"Pa, orang batak menurut kamu suka bicara terus terang kan?" sesudah senyap sejenak mama Tesa berujar.
"Yup, emang kenapa?" pertanyaan gaya Batman begini perlu aku waspadai!
"Nah, aku kan orang Batak, so aku mau terus terang!" si dia melanjutkan
"Tentang?" orang Jawa ini menjadi tidak sabar dan penasaran.
"Terus terang, limit kartu kreditku kurang nih! naikin dong!"
BSD City of Penghiburan
Eko Utomo untuk anda sang Penghibur
19 Juli 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar