06 Oktober 2013

SUCCESSION MANAGEMENT - ASTRA INTERNATIONAL



SUCCESSOR CHARACTERISTICS, CHANGE IN THE DEGREE OF FIRM INTERNALIZATION, AND FIRM PERFORMANCE: THE MODERATING ROLE OF ENVIRONMENTAL UNCERTAINTY

SEBUAH SUKSESI: ASTRA INTERNATIONAL 2010
Berita Kompas versi online Kamis pagi, tanggal 21 Januari cukup mengagetkan dan membuat khawatir penulis yang baru saja sampai dikantor pagi itu. Headline beritanya adalah: “Michael Ruslim, Chief Executive Officer (CEO) Astra International, meninggal dunia di Singapura”. Kekagetan muncul karena selama ini tidak pernah mendengar sakit yang diderita oleh CEO ternama tersebut dan juga karena pertimbangan usianya yang relatif masih muda, dibawah 60 tahun. (http://otomotif.kompas.com/read/2010/01/21/08065043)
Perasaan khawatir timbul karena sebagai orang yag berinvestasi dibursa saham, penulis memegang portofolio saham Astra International dan beberapa anak perusahaannya seperti United Tractor, Astra Agro Lestari dan Astra Graphia. Meninggalnya seorang CEO yang cemerlang seperti Michael Ruslim dikhawatirkan akan mempengaruhi kinerja perusahaan yang ditinggalkan dan mengakibatkan kinerja buruk harga saham dari perusahaan-perusahaan tersebut. Waldman dkk., (2001) menyatakan dalam penelitiannya bahwa karakteristik seorang CEO akan sangat mempengaruhi kinerja financial dari perusahaan yang dia pimpin. Dengan demikian publik dan para pemegang saham serta pemangku kepentingan yang lain berharap dengan cemas siapa CEO Astra yang baru dan bagaimana karakteristiknya.
Kekhawatiran ini ternyata terbukti menjadi kekhawatiran banyak orang. Hal itu tercermin dengan turunnya harga saham kelompok Astra. Harga saham Astra International (ASII) turun 1,24%, harga saham anak perusahaan Astra dibidang alat berat United Tractor (UNTR) turun 1,87 %, Astra Agro Lestari (AALI) anak perusahaan dbidang agrobisnis juga turun 0,61%. (http://otomotif.kompas.com/read/2010/01/21/08065043).
Sebagai praktisi HR, mantan karyawan Astra dan juga pengamat bisnis, penulis berusaha tenang untuk tidak buru-buru menjual portofolio saham group Astra  yang dipegang dengan keyakinan bahwa Astra International merupakan perusahaan yang hebat tidak hanya dalam menghasilkan CEO yang cemerlang namun juga sistem dan organisasi yang kuat untuk dapat melakukan suksesi yang dibutuhkan sehingga kelangsungan hidup perusahaan tetap terjaga. Pada hari yang sama, 21 Januari 2010, Astra menunjuk Prijono sebagai pelaksana tugas CEO Astra. Tindakan yang cepat ini cukup menenangkan banyak pemangku kepentingan termasuk penulis sebagai pemegang saham publik. Pada RUPS luar biasa pada tanggal 1 Maret 2010, Prijono Sugiarto secara resmi diangkat sebagai orang nomer satu di Astra Internasional. Proses suksesi berjalan cepat dan mulus memenuhi harapan para pemegang saham termasuk penulis.
Sampai dengan tahun 2013 (tiga tahun kepemimpinan), Prijono menunjukkan prestasi yang tidak kalah dibandingkan dengan CEO pendahulunya. Buku laporan tahunan Astra 2012 menunjukkan bahwa pendapatan Astra tumbuh dari 98,5 Trilyun pada tahun 2009menjadi 129 T (2010), 162,5 T (2011) dan 188 T (2012). Pertumbuhan yang tinggi ini didorong oleh operasi perusahaan yang efisien sehingga laba bersih persaham juga mengalami pertumbuhan yang stabil yaitu Rp.248 (2009), Rp.355 (2010), Rp.439 (2011) dan Rp.480 (2012). Harga saham Astra terus bergerak naik tinggi sehingga diambil keputusan untuk melakukan stock split pada tahun 2012 agar harga saham Astra tetap terjangkau oleh investor retail. Dua indikator financial ini jelas menunjukkan bahwa suksesi kepemimpinan dari Michael Ruslim ke Prijono Sugiarto berhasil dengan baik.

BACKGROUND & THEORY
Riset tentang pengaruh dan peran CEO terhadap kinerja perusahaan banyak mendapatkan perhatian dari para akademisi, konsultan dan praktisi, termasuk buku Good to Great yang dikarang oleh Jim Collins (2001) mendapatkan perhatian yang sangat luas dari khalayak ramai. Buku ini menjadi salah satu buku yang banyak dikutip dan dijadian rujukan oleh penulis dan praktisi bisnis lain.
Dalam buku sebelumnya Build to Last (1994), Collin dan Porras menyatakan ada dua sifat yang paradok yang ditemukan dalam diri pemimpin perusahaan yang hebat yaitu rendah hati namun berambisi tinggi. Dalam Good to Great, Collin menyatakan bahwa pemimpin yang hebat yang mampu membawa perusahaan dari kondisi yang baik (good) menjadi luarbiasa adalah pemimpin level 5. Seorang pemimpin yang tidak melulu karismatik namun mampu membangun sistem (organisasi) dan juga mengembangkan pemimpin baru sebagai pewaris dan penerus perusahaan.
  Jurnal tentang hubungan antara pemimpin dan kinerja perusahaan juga banyak diteliti dan diterbitkan oleh para akademisi dibanyak jurnal ilmiah. Wen Ting Lin dan Yunshi Liu dalam artikel yang berjudul Succesor Characteristic, Change in the Degree of Firm Internalization, and Firm Performance: the Moderating Role of Environment Uncertainty”, secara khusus meneliti pengaruh karakter pemimpin dalam perubahan strategi organisasi khususnya strategi internasionalisasi.
Wen dan Yunshi melakukan penelitian ini di Taiwan. Sebuah negara yang masuk dalam golongan Newly Industrializing Economy (NIC). Sebagai sebuah negara industri baru maka perusahaan-perusahaan yang ada di Taiwan membutuhkan pasar global untuk menyerap barang dan jasa yang mereka hasilkan. Perubahan pemimpin organisasi dan pengaruh karakter terhadap tingkatan strategi internasionalisasi organisasi menjadi bahan pertimbangan penting kenapa riset ini dilakukan. Kondisi ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kumar dan Kundu (2007) bahwa perusahaan membutuhkan legitimasi dan sumberdaya global untuk berkembang.
Perubahan tingkat ekposure global akan mempengaruhi banyak hal dalam organisasi termasuk struktur dan juga mindset (Bartlett & Ghoshal, 1992; Hinings & Greenwood, 1988). Sementara disisi lain pergantian pemimpin juga akan memicu perubahan didalam organisasi (Carpenter, Geletkanycz, & Sanders, 2004; Virany, Tushman, & Romanelli, 1992).
Ocasio (1994), menyatakan bahwa pergantian pemimpin senior didalam organisasi, khususnya Chief Executive Officer (CEO) merupakan peristiwa yang penting dan berpotensi memicu perubahan stratejik seperti kasus yang terjadi dengan meninggalnya Michael Ruslim di Astra. Karaevli (2007) menyatakan bahwa pergantian CEO akan mempengaruhi cara perusahaan menjalanan bisnis internasionalnya.
Tujuan utama yang ingin dicapai oleh Wen dan Yunshi dalam riset ini adalah untuk dapat memahami hubungan antara karakteristik pemimpin yang baru dalam strategi bisnis internasionalnya dan pada ujungnya adalah kinerja perusahaan.
Hambrick dan Mason (1984) menyataan bahwa karakteristik pemimpin yang baru akan mempengaruhi cara pengambilan keputusan  dan strategi yang dibuat. Karakter yang dimaksud misalnya usia, masa kerja dan latar belakang pendidikan.
Asal usul dari CEO baru juga akan memberikan pengaruh yang besar tentang bagaimana strategi organisasi dibuat. Zhang dan Rajagopalan (2010) menemukan bahwa CEO yang direkrut dari internal memiliki perbedaan dengan mereka yang direkrut dari luar. Baik CEO dari internal maupun ekternal cenderung akan melakukan perubahan pada masa awal kepemimpinan mereka. Kinerja yang mereka capai cenderung sama. Namun dalam masa yang lebih panjang (lebih dari 3 tahun) CEO internal lebih konsisten kinerjanya dibandingkan dengan CEO dari luar. Temuan ini sama dengan riset yang dilakukan oleh Collin dan Porras dalam Built to Last (1994) yang menyatakan bahwa CEO yang mampu secara konsisten membangun organisasi adalah CEO dari internal.
Disisi lain, Helfat & Bailey (2005) yang juga didukung oleh Karaevli (2007) menyatakan bahwa CEO dari luar akan membawa perspektif baru terhadap strategi organisasi dan keberanian dalam melakukan perubahan yang dibutuhkan.

HYPOTHESES 
Berdasarkan studi literatur yang dilakukan maka Wen dan Yunshi membuat 5 hipotesis untuk diteliti lebih lanjut. Kelima hipotesis tersebut adalah:
        Hypothesis 1: Outside succession will have a positive relationship on change in the degree of internationalization of a post-succession firm.
  Hypothesis 2: The negative relationship between change in a firm’s degree of internationalization and its subsequent organizational performance will be weaker when a new CEO is recruited externally.
   Hypothesis 3: Environmental dynamism positively moderates the relationship between outside succession and change in the degree of internationalization of a post-succession firm
     Hypothesis 4: Environmental munificence positively moderates the relationship between outside succession and post-succession change in the degree of internationalization.
    Hypothesis 5: Environmental complexity positively moderates the relationship between outside succession and post-succession change in the degree of internationalization.

METHODOLOGY & FINDING
Dalam melakuan risetnya, Wen dan Yunshi menggunakan data 187 pergantian CEO dari Taiwan Stock Exchange (TSE). Waktu pengamatan dibatasi dari tahun fiskal 2000 – 2005. Total data yang didapatkan sejumlah 3.262 perusahaan-tahun pengamatan dengan total data mentah 390 pergantian dan data valid yang dapat digunaan adalah 187 pergantian.
Riset kuantitatif dilakukan dengan menggunakan program STATISCA 6.0 untuk melakukan pengetesan hipotesis dengan menggunakan teknik ordinary least squares (OLS) regression analysis.
            Penemuan dari hasil pengelolahan data seperti yang terlihat dibawah ini:
        Hipothesis 1: terbukti
        Hipothesis 2: tidak significant
        Hipothesis 3: terbukti
        Hipothesis 4: terbukti
        Hipothesis 5: terbukti
Dengan demikian terbukti bahwa pergantian kepemimpinan dari luar (Outside Sucession) berkorelasi positif terhadap level strategi internasionalisasi organisasi. Juga terbukti bahwa Environmental Dynamism, Environmental Munificence dan Enviromental Complexity memainkan peran sebagai konstruk yang memoderasi proses tersebut.

MANAGERIAL IMPLICATION
Dengan adanya temuan tersebut, Wen dan Yunshi menyatakan paling tidak ada tiga implikasi manajerial yang didapatkan. Ketiga hal tersebut adalah:
1.     Pengambilan keputusan stratejik terhadap level internasionaliasi tergantung kepada karakter pemimpin khususnya cognition dan values dari pemimpin tersebut. Implikasi ini sejalan dengan hasil riset Hambrict dan Mason (1984). Dengan demikian keputusan dalam pemilihan karakter pemimpin akan sangat menentukan bagaimana dan kemana organisasi akan dibawa.
2.     Hasil penelitian  yang lain adalah menunjukkan bahwa secara relatif CEO dari luar akan lebih membawa perubahan stratejik dibandingan dengan CEO dari dalam organisasi. Jika pemegang saham ingin terjadinya perubahan stratejik didalam organisasi maka penunjukkan CEO dari luar merupakan keputusan yang tepat.
3.     Pergantian kepemimpinan semestinya tidak hanya fokus pada posisi CEO namun juga pada posisi senior yang lain. Keberhasilan CEO baru dari luar akan ditentukan oleh dukungan senior manajemen yang lain dan juga pemahaman terhadap lingkungan bisnis yang baru.

CRITICAL REVIEW 
Menurut penulis, kelemahan yang tampak nyata dari riset yang dilakukan oleh Wen dan Yenshu terletak pada riset model yang mereka ingin bangun. Hubungan antara outside succession dan degree of internalization serta faktor yang memoderasinya seakan-akan dicabut dari gambar besar bahwa tujuan utama perubahan adalah kondisi perusahaan menjadi lebih baik, lebih spesifik lagi kinerja perusahaan.
Pertanyaan sederhana namun kritis akan model mereka adalah “so what?”, sesudah terbukti bahwa konstruk outside sucession berpengaruh positif terhadap level internasionalisasi terus apa?. Apakah dengan adanya outside sucession yang kemudian membuat strategi internasionalisasi lebih tinggi maka perusahaan akan berkinerja lebih tinggi?
Hal lain yang muncul menjadi pertanyaan adalah apa yang akan terjadi apabila konstruk outside sucession diganti dengan internal sucession. Apakah hubungannya menjadi sama atau menjadi berubah? Jurnal yang ditulis oleh Zhang dan Rajagolan (2010) yang juga menjadi bahwan rujukan mereka bahkan sudah melangkah lebih jauh lagi. Hasil studi Zhang dan Rajagopalan menunjukkan bahwa dalam jangka panjang (lebih dari 3 tahun) internal sucession menunjukkan performa yang lebih tinggi dibandingkan dengan outside sucession.
Hal yang sama digaris bawahi oleh peneliti lain seperti Rajagopalan dan Spreitzer (1996) serta Van De Ven dan Poole (1995) bahwa setiap perubahan yang dilakukan didalam organisasi harus diukur terhadap organizational outcome.
Hipotesis 2 yang tidak terbukti secara signifikan secara tidak langsung menunjukan kelemahan hal ini. Bahwa outside succession tidak berkaitan langsung dengan perbaikan kinerja perusahaan namun dipengaruhi oleh variabel yang lain.

DISSERTATION RESEARCH OPPORTUNITY

Peluang riset yang lebih lanjut yang ditemukan dengan adanya jurnal ini adalah bagaimana hubungan riset ini dengan konstruk kinerja perusahaan. Sebelum masuk ke riset tersebut haruslah diuji terlebih dahulu model yang sama dengan mengganti konstruk outside succesion dengan internal sucession.
Peluang riset ini seperti melakuan replikasi dengan riset yang dilakukan oleh Collins dan Porras (1994) dalam buku Build to Last yaitu membandingkan kinerja organisasi pada saat dipimpin oleh CEO dari luar dibandingkan dengan CEO dari dalam. Variabel environment seperti Dynamism, Munificence dan Complexity akan ditambahkan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas.
Dalam kasus riset di Indonesia, konteks budaya dan lokasi, sesuai dengan riset yang dilakukan oleh Hofstede (2010) khususnya dalam Power Distance Inde (PDI) dan Uncertainty Avoidence Index (UAI) akan memberikan perspektif yang menarik dan bermanfaat untuk akademis dan praktisi di Indonesia.


REFERENSI

Astra International, Laporan tahunan 2012.
Collins, J. C., (2011). Good to Great: Why Some Companies Make the Leap and Others Don’t. New York: HarperCollins Publisher.
Eisenhardt, K. M., (1989). “Making fast strategic decisions in high-velocity environments”, Academy of Management Journal, 32, 543–576.
Hambrick, D. E., & Mason, P. A. (1984). “Upper echelons: The organization as a reflection of its top managers”, Academy of Management Review, 9, 193–206.
Hofstede, G.; Hofstede, G.J.; & Mincov, M., (2010).  Cultures and Organizations: Software of the Mind. New York: McGraw-Hill.
http://nasional.kompas.com/read/2010/03/01/12164290/Prijono.Sugiarto.Terpilih.Jadi.Presdir.Astra
Rajagopalan, N., & Spreitzer, G. M., (1997). “Toward a theory of strategic change: A multi-lens perspective and integrative framework”, Academy of Management Review, 22, 48–79.
Van de Ven, A. H.; & Poole, M. S., (1995). “Explaining development and change in organizations”, The Academy of Management Review, 20, 3.
Waldman, D. A.; Ramirez, G. G.; & House, R. G., (2001). “Does leadership matter? CEO leadership attributes and profitability”, Academy of Management Journal, 44, 1.
Wen, T.L.; & Yunshi, L., (2012). “Successor characteristics, change in the degree of firm internationalization, and firm performance:  The moderating role of environmental uncertainty”, Journal of Management and Organization, 18, 1, 16-35.
Zhang, Y., & Rajagopalan, N., (2010). “Once an outsider, always an outsider? CEO origin, strategic change, and firm performance”. Strategic Management Journal, 31, 334–346.

Tidak ada komentar: