“Leaders aren’t born, they are made. And they are made just like anything else, through hardwork. And that’s the price we’ll have to pay to achieve that goal, or any goal”
Vince Lombardi
MY LEADERSHIP: A DOOR FOR LEADERSHIP DEVELOPMENT
Need of Leader(s)
Tahun 2013 sungguh tahun yang
menarik. Fenomena Jokowi (dan juga Ahok) menunjukkan bagaimana bangsa ini rindu
dan sangat membutuhkan pemimpin-pemimpin yang memiliki kualitas yang hebat.
Jokowi dalam kesederhanaannya mampu meraih simpati masyarakat karena gaya
kepemimpinan yang merakyat diiringi dengan kemampuan untuk “driving for
result”. Ahok sebagai wakil gubernur juga mampu berperan aktif dalam membangun
organisasi (Pemerintahan Provinsi DKI) menjadi birokasi yang bersih dan
berdayaguna. Bagai anda yang suka membaca dan mengikuti perkembangan mereka
lewat internet, coba sekali-kali masuk kekolom komentar dari artikel yang
membahas apa yang mereka lakukan. Terbaca sekali bahwa bangsa ini sungguh
dahaga dengan sosok-sosok pemimpin yang benar-benar mampu memimpin.
Seminggu ini kita dibombardir
dengan berita tertangkap tangannya ketua Mahkamah Konstitusi oleh KPK pada saat
sedang melakukan deal-deal yang dicurigai sebagai proses untuk mempengaruhi
pengambilan keputusan dalam sengketa Pilkada yang sedang ditangani. Integritas
Mahkamah Konstitusi runtuh. Dunia hukum Indonesia ikut runtuh bersamanya, yang
ditangkap bukan hanya sekedar aparat hukum namun PEMIMPIN sebuah lembaga hukum
yang tertinggi!. Berkembang dan ambruknya sebuah bangsa tergantung Presidennya,
maju dan mundurnya sebuah perusahaan tergantung CEOnya, sejahtera dan
bahagianya sebuah keluarga juga tergantung pada kepemimpinan kepala rumah
tangganya.
Nature Vs Nurture?
Kalau kita kemudian setuju bahwa
kompetensi kepemimpinan merupakan sebuah kebutuhan yang penting dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat dan bernegara maka timbul pertanyaan berikutnya:
bagaimana caranya mengembangkan kepemimpinan?.
Ada dua macam kepercayaan tentang
kepemimpinan pada saat ini. Satu pihak percaya bahwa pemimpin dilahirkan (Nature).
Mereka percaya bahwa memang dari “sononya” seorang anak manusia ditakdirkan
untuk menjadi pemimpin karena faktor genetik yang diwariskan dari orang tuanya.
Kepercayaan yang kedua berpegang
bahwa kepemimpinan itu bisa ditumbuhkan dan dikembangkan (Nurture). Pendidikan,
role model, exposure dan berbagai
macam pendekatan bisa dipergunakan untuk membuat seseorang memiliki kompetensi
dalam memimpin.
Saya adalah penganut dari
aliran yang kedua, pemimpin itu bisa
ditumbuhkan dan dikembangkan. Sebagai contoh, salah satu sifat penting yang
harus dimiliki oleh pemimpin adalah terbuka. Sifat ini jelas merupakan sifat
yang dapat ditumbuhkan dalam diri seorang anak kecil. Membiasakan mereka
mengungkapkan pendapat, berani berargumen, mau mengakui kesalahan, jelas
merupakan suatu kebiasaan yang bisa ditumbuhkan dan dilakukan oleh setiap orang
tua didunia termasuk kita untuk anak-anak dirumah.
Memarahi anak yang suka bertanya
(gejala umum diusia muda), memberikan jawaban
yang tidak memuaskan dan tidak memberikan kesempatan dan wadah untuk
berdiskusi jelas akan menghambat pertumbuhan sifat dan kompetensi ini.
Sifat-sifat pemimpin yang lain seperti listening
skill, empathy, communication, execution, visionary, problem solving dlsb.
berada dalam katagori yang sama, bisa diajarkan dan ditumbuhkan.
Sebagai penyusun dan pengajar
kurikulum leadership development, saya
sampai pada sebuah kesimpulan, bahwa sebenarnya program pengembangan
kepemimpinan merupakan sebuah program yang terlambat puluhan tahun dan sifatnya
kuratif. Isi dari program pengembangan kepemimpinan semuanya bisa ditumbuhkan
pada saat kita masih muda bahkan anak-anak.
MY Leadership Development Program
Better late than never, sebuah ungkapan yang jelas sangat relevan
dan penting. Dalam konteks kesadaran bahwa kompetensi kepemimpinan sangat kita
perlukan namun kita tidak (atau belum) memilikinya maka satu-satunya cara ya
harus mengejar ketertinggalan. Belajar kepemimpinan bisa dari mana-mana, baca
buku, mengamati orang, melakukan refleksi diri dan juga mengikuti kelas-kelas
kepemimpinan.
GKI Maulana Yusuf secara
luarbiasa terpanggil untuk ikut memberikan pelayanan pembangunan kepemimpinan.
Sejak beberapa tahun yang lalu, GKI MY menyelenggarakan program Leadership
Development Program (LDP). MY LDP menjadi sebuah oase dari sebuah program
penting yang biasanya sarat dengan kepentingan komersial namun mampu diwujudkan
dalam sebuah program pelayanan yang diberikan kepada para jemaat, simpatisan
dan mereka yang berminat mengembangkan kompetensi kepemimpinan yang mereka
miliki.
Seorang nelayan yang bernama
Petrus mau dan bersedia untuk diperlengkapi dan mengembangkan diri. Nelayan
tersebut kemudian menjadi sebuah pemimpin yang hebat dari jemaat mula-mula yang
kemudian mampu merubah sejarah dunia. Yang dibutuhkan sederhana, kemauan dan
kesediaan untuk ditempa agar bisa memberi lebih banyak.
Bagaimana dengan anda?
Eko Jatmiko Utomo
Konsultan & Praktisi HR dan Leadership
Development
Candidate Doctor (S3) UI jurusan Strategic
Management
Mantan Aktivis GKI MY
Tidak ada komentar:
Posting Komentar