30 Maret 2010

Melepas KEMARIN, Mencumbu KINI dan Merindu ESOK


O Allahku, jenguklah diriku,
Ujilah hati dan pikiranku.
Aku telah berdosa dan cemar,
Sucikan dan jadikanku benar.

Ya Tuhanku, hidupku t’rimalah,
Kasih yang murni, o curahkanlah.
Taklukkanlah dendam dan nafsuku,
Tinggallah ‘Kau tetap di hatiku.

(Nyanyian Kidung Baru - NKB 13)


Klinik bersalin Persit Klaten akhir Maret 1973
Ibu muda itu memandang bayinya yang merah. Kata orang tua, kalau bayinya warna merah besarnya nanti kulitnya hitam. Biar saja merah, yang penting aku melahirkan anak laki2! soraknya dalam hati. Aku akan tunjukkan ke bapak ibu mertua bahwa menantunya yang paling muda, menantu ke-9 ini mampu memberikan cucu yang sehat ke mereka, cucu yang kesekian kali buat mereka saking banyaknya. "Pak, kok ada toh besar di tangan to? tanyanya ke sang suami yang duduk di kursi sambil mengelus tangan kiri bayi. "Ngak papa, itu artinya akan jadi anak pinter dan hebat kalau sudah besar" mimpi & doa bapak sang bayi.

Tanjung Karang Lampung 1976
Rumah kayu ditengah kebon kopi itu sunyi, hanya desiran angin diantara daun kopi yang melagukan lirih dan sakit penghuni ke tetangga nun jauh ratusan langkah di Timur yang terlanjur lelap di bekap mimpi. Lampu minyak di tiang rumah berkedip pelan memainkan bayang gelap 4 manusia didalam bilik yang redup dan dingin. Anak laki dengan toh hitam besar ditangan kiri memandang heran mengapa ibunya menangisi bapaknya yang berbaring diatas dipan. Adik bayinya tidur nyenyak diujung amben lain diruangan yang sama, lelap tak terbangunkan sesudah mengisap puas susu ibu. "Aduuuh buk......kakiku sakit, mungkin patah" erang laki2 muda diatas dipan. Wajahnya lebam berdarah, darah yang sama menetes dari kakinya yang patah. Laki2 muda itu tidak mampu mengelak dan melawan pukulan dan tendangan bertubi2 yang merusak tubuhnya yang kecil. "Bapak............biar habis uang dan barang kita ngak papa, yang penting kita selamat. Rampoknya sudah pergi semua!". Dan anak laki dengan toh hitam ditangan kiri itu hanya bisa memandang tidak mengerti saat tangan sang ibu mendekapnya erat. Moment itu jadi mimpi buruk yang ingin dia buang di tengah kebon kopi yang gelap.

Songgorunggi Sukoharjo Jateng 1980
Jalan raya Solo - Wonogiri itu sepi, mobil terakhir lewat 10 menit yang lalu. Musim kering membuat semua terasa panas dan terik. Dan siang itu waktu seperti berhenti dan malas untuk berdetak kembali. Diujung jalan, anak laki dengan toh hitam ditangan kiri berjalan sendiri. Menyusuri jalan kembali dari sekolahnya. Sepatu karet butut, tas kain yang sudah berlubang di ujung dan baju sekolah yang sudah perlu diganti menempel ditubuhnya yang kecil. Sorot matanya cerah, secerah terik mentari yang membakar kulitnya yang memang sudah hitam. Sesudah menimba dan minum air sumur dipinggir jalan ia kembali melangkahkan kaki kecilnya. "Teeeeeeeeet" bunyi kendaraan antar kota membuatnya menepi dan berhenti. Diamatinya sosok minibus itu lewat di depannya. "Sssssssssssst bruuuk" sesuatu jatuh dilemparkan dari minibus hampir mengenai kepalanya. Dengan bergegas anak laki kecil itu mengambil barang yang dilempar. Senyum manis tersungging dari bibirnya. "Lumayan.........kripik tempe, ibu pasti suka, " dan kaki kecilnya melanjutkan menapak jalan yang telah sepi kembali. Setiap hari dia berharap dan bermimpi bahwa ada bungkusan yang terlempar dari kendaraan yang lewat saat dia pulang sekolah.

Blora Jateng 1983
Ruangan tengah dirumah kayu itu ramai, ramai karena bunyi TV hitam putih di tengah ruangan dan juga ramai oleh ketawa dan cekikikan anak2 yang memandang sesosok tubuh yang terikat ditiang ditengah ruang. Anak laki dengan toh hitam ditangan itu sedang menjalani hukuman. Siang tadi, bapak tahu bahwa ia mandi dan bermain batang pisang di sungai yang sedang banjir! dan itu untuk yang sekian kalinya. Merah kuping dan biru paha yang kena jewer dan cetot tidak mampu menghentikan kesukaanya mandi disungai, terlebih yang sedang banjir. Bapak berfikir mengikatnya di tiang rumah dan disaksikan oleh banyak orang akan membuatnya jera. Dan anak laki dengan toh hitam ditangan bermimpi untuk bisa memilki aji panglimunan agar tidak tampak oleh mereka yang sedang menertawainya.

Blora 1988
"Aku mau sekolah di Klaten! kalau tetap SMA disini ngak ada saingan". Anak laki dengan toh hitam ditangan kiri itu berbicara keras dan tegas. Diseberang meja duduk bapak ibunya mendengarkan dia berbicara. Diatas meja tergeletak NEM dengan nilai total 50 serta tulisan penghargaan sebagai juara umum SMPN I Blora. "Bapak dan Ibu kan dengar tadi aku pidato di perpisahan sekolah, bahwa anak negeri ini harus menggantung mimpi setinggi langit! biar aku tinggal dengan embah disana dan kalau liburan baru pulang ke Blora!" dan pembicaraan berakhir.

Klaten 1991
Emper kelas 3A11 itu ramai oleh mereka yang sedang beristirahat. Anak laki dengan toh hitam ditangan kiri berada diantara teman2 sekelasnya. Mereka sedang saling menginterogasi tentang apa dan kemana mereka mau pergi melanjutkan sekolah. "Aku ngak ikut PMDK, aku mau UMPTN ke ITB! kalau mau sekolah jangan tanggung-tanggung" katanya tegas. "Kita harus berani menggantung mimpi setinggi mungkin!". Dan teman2 anak laki dengan toh di tangani kiri hanya diam dan bengong akan percaya diri anak laki itu. Semester 5 kemarin dia terlempar dari 10 besar dikelas dan tetap ngotot mau berangkat ke ITB sementara yang 5 besar tidak berani mengambil resiko utk menggantung mimpi.

Bandung 1991
"Selamat datang putra putri terbaik bangsa!" spanduk itu bergerak naik turun ditiup angin diatas gerbang kampus. Anak laki dengan toh hitam berdiri tegak dibawahnya. "Gila........memang megalomonia kompleks kampus ini" desisnya dalam hati sambil tersenyum dan melangkahkan kami memasuki gerbang. Sejuk angin kota yang dijuluki Paris Van Java menembus jaket yang melapisi badannya. Dari arah sebrang 2 orang mahasiswa mojang priangan nu geulis naik angkot warna biru meninggalkan anak laki dengan toh hitam yang makin dalam ditelan rimbun pohon dan hilang diselasar gedung kuliah kuno. Mimpinya tentang kota yang indah, sekolah yang tangguh dan gadis2 yang segar mewujud.

Papua 2006
"Kriiiiiing" bunyi memaksanya untuk menepi. Punggung gunung JayaWijaya tidak bisa dan tidak diperbolehkan untuk diajak bermain-main. Landcruiser nomer lambung 220 segera menepi dan laki2 dengan toh hitam di tangan kiri itu mengangkat teleponnya, "Mas..........perusahaanku
mencari karyawan HR yang jago turun kelapangan dan mampu membantu pengembangan leadership. Sampeyan bersedia join dan pulang ke Jawa to?". Suara ribuan kilo dari sebrang pulau itu seperti angin surga baginya. Terbayang wajah cantik mungil anak sulungnya dan sederet mimpi yang hanya bisa digapai dengan meninggalkan untaian manikam JayaWijaya. Hawa dingin ketinggian 3000 dpl tidak mampu mengalahkan hangatnya hasrat hati untuk segera pulang. "Selamat tinggal Papua, terimakasih untuk 5 tahun bersamamu, aku harus mengejar mimpiku yang lain".

Serpong 2010
Laki2 dengan toh ditangan kiri menengok ke tempat tidur. Suara nafas anak laki hitam kecil diatas tempat tidur menghentikan aktivitasnya. Senyum manis dimuka anak laki kecil itu luarbiasa, senyum manis yang hanya dimilki oleh mereka yang dikaruniai kulit hitam!. Suara Dewa dari speaker active tidak mampu mengganggu anak laki kecil hitam itu, tidurnya berlanjut dengan senyum yang tetap menempel dibibir. Pasti dia sedang membangun mimpi. Dan laki2 dengan toh hitam kembali asyik menulis, menulis mimpi yang lain tentang masa depan...........saat dia mulai rebah dan membawa mimpinya ke alam mimpi terngiang lagu diminggu pagi: O Allahku, jenguklah diriku, Ujilah hati dan pikiranku. Aku telah berdosa dan cemar, Sucikan dan jadikanku benar.

BSD City
Refleksi 37 tahun
EU for U

Tidak ada komentar: