30 Maret 2010

Permisi.....boleh numpang ke Belakang?


"Maaf mas, boleh numpang ke belakang?" tamu mas Sapta memohon dengan penghayatan. Bagaimana tidak menghayati lho wong mukanya sedikit ditekuk, bibirnya menipis dan mukanya agak sedikit merah padam menahan sesuatu. "Ke belakang mana to mas? kalau kebelakang rumah yang ada ada taman istri saya, tapi kalau yang dimaksud mau ke toilet, pintu biru disamping ruang tamu ini bisa sampeyan pakai" saran mas Sapta sambil melontarkan senyum nakal.

Adegan diatas pasti sering terjadi di dalam fragmen kehidupan rumah tangga banyak orang. Toilet ditempatkan dibagian paling belakang karena dianggap suatu aktivitas yang "menjijikkan" dan harus dilakukan jauh2 dari aktivitas2 lain yang "suci". Back to the past ke kota Aryo Penangsang di Blora tahun 80an, saya masih ingat jumbleng (toilet versi Blora) banyak diletakkan jauuuuuuh di kebun belakang!. Itupun masih ditutupi dengan tanaman tebu disekelilingnya. Dengan demikian istilah ke belakang memang tepat dan cocok konteksnya.

Di milenium baru yang harga tanah selangit tingginya, konsep kebelakang jadi absurb! bagaimana tidak absurb kalau kita beli rumah tipe 21/60 mau diletakkan dimanapun yang namanya toilet pasti ya kelihatan. Kecuali Anda beli tipe 21 4 biji! Rumah2 gedong yang RSS (Rumah Sehat Semlohai) yang ada di cluster cluster perumahan mewah memperlakukan toilet sebagai bagian yang integral (kalkulusnya mana ya?) dengan banyaknya kamar tidur. Toilet dibuat senyaman mungkin. Diletakkan bersanding dengan bathtub & shower yang luas bahkan dikarpetin segala, luas totalnya ngak kalah dengan rumah tipe 21. Sehingga bagi mereka yang mau mandi plus "kebelakang" bisa mat matan sampai jam jaman, mungkin meniru gaya toilet di hotel bintang 5 yang sering mereka singgahi.

"Majalah majalah........buku pa buku!" mama Tesa jondal jondil kayak kuda kepang kepanasan kalau mau ke belakang. Setiap mau ke belakang sibuk banget nyari bahan bacaan untuk menemani aktivitas dia. Ketularan dari suaminya yang sejak puluhan tahun yang lalu selalu menenteng buku, komik, majalah dlsb saat kebelakang. Mama Tesa yang bukan pembaca buku banget ini ternyata bisa diyakinkan bahwa spending sekian menit dibelakang sambil baca sesuatu itu banyak manfaatnya.

Papa Tesa sendiri sangat menikmati ritual kebelakang, ritual yang sangat nikmat yang harus dinikmati bahkan kalau perlu dikuadratkan dengan cara disambil baca buku terbaru. Lumayan itung2 bisa dapat beberapa halaman agar target 1 buku/minggu tercapai.

Kamar tidur dini hari jam 1. "Kenapa pa? kok bolak balik ke toilet terus?" tanya istriku sambil menyipitkan matanya karena silau oleh lampu. "Ngak enak perut nih ma, sudah 4 kali dari sejak tidur tadi...." jawabku sekenanya sambil segera menutup pintu toilet. "Diare ya pa? tadi makan apa" kejar istriku saat aku sudah keluar dari toilet. "Ini sudah dari siang tadi di kantor, kayaknya gara2 pagi tadi makan sambel buatan si mbak deh" jawabku sambil mencoba tidur dan mengejar mimpi yang berkali kali terpotong.

Kamar tidur dini hari jam 2. Perut nan mules ini tidak mau kompromi dan lebih teratur dari jadwal KRL. Setiap jam sekali datang, dengan malas-malasan aku segera beranjak dari tempat tidur menuju ke belakang. "Pa......jangan lupa bawa bukunya ya.., papa mesti terimakasih sama si mbak karena berhasil membuat papa jadi lebih rajin belajar!".

Subuh di BSD City
27 Maret 2010
EU for U

Tidak ada komentar: