10 April 2010

Tiiiiiiiiiiin Tiiiiiiiiin, minggir euy.......(belajar berempathy)


Sudah setahun ini separo jalan arteri menuju villa di Giri Mekar Permai (GMP) rusak. Memang njelehi (menjengkelkan) sekali, jalan yang panjangnya 1.5 km yang menghubungkan perumahan GMP dengan jalan raya Bandung-Cibiru menjadi saksi bisu acak kadut dan kacau balaunya birokrasi di Indonesia. Sepanjang 750 meter dari bawah sudah diaspal hotmix mulus, sedangkan 750 m berikutnya ngak jauh beda dengan kondisi sungai yang lagi kering! Saat dikomplain oleh masyarakat mengapa bagian atas tidak ikut dihotmix, jawabannya karena lain daerah. Bagian bawah wilayah kotamadya Bandung sedangkan bagian atas wilayah kabupaten Bandung. Akibat kerusakan itu jelas lalu lintas jadi sangat tersendat dan harus hati2 pada saat mau menyalib atau papasan dengan kendaraan lain.

Malam ini aku dan istri keluar dari GMP hendak hangout di kota. Kebetulan peran sopir berangkat jatuh ke aku dan baru nanti pulang dari kota mama anak2 gantian pegang setir. Baru saja keluar dari gerbang GMP dan masuk ke jalan arteri, didepan kami Baleno merah sudah pasang posisi. "Mobil siapa ma?" tanyaku sambil memperhatikan plat nomer Baleno yang diawali huruf B itu. "Ngak tahu pa, mungkin orang di Blok B atau blok A". "Waduh, jalannya kok slow but sure gini ma? yang nyetir ibu2 ya?" generalisasi tentang gaya menyetir ibu ibu yang klemar klemer kayak putri Yogya terekspresikan keluar. "Bukan ibu2 kok pa, coba kamu perhatikan. Potongan rambut dan bentuk badannya sih bapak bapak kok?" kami berdua mencoba memperhatikan siapa yang duduk dibelakang kemudi Baleno merah itu.

"Mungkin orang lagi belajar nyetir ma, makanya dia hati-hati banget" aku berusaha berempati saat Baleno itu dengan sangat pelan dan lembut melewati jalanan yang berlubang. "Atau mungkin shockbreakernya lagi soak" kataku lagi saat mobil itu membutuhkan 2 menit sendiri untuk melewati polisi tidur yang sebenarnya bisa langsung digilas. Istriku yang duduk disampingku hanya senyam senyum simpul.

"Waduh kapan sampainya nih, kalau kecepatan 5 km/jam!" aku mulai menggerutu saat Baleno didepan tetap anteng dan slow but sure. "Sabar pa..........siapa tahu istri yang punya mobil lagi hamil jadi harus pelan-pelan" istriku mencoba menurunkan tensi yang mulai naik. Prejengane! saat aku siap2 nyalib, dengan tanpa dosa Baleno merah bergeser ketengah memblok jalan. "Wah...........SIMnya nembak pasti ini!" kataku mulai hilang kesabaran. "Sabar pa, kan kita harus berfikir positif dan berempati terhadap orang lain. Bukankah itu yang diajarkan sama papa di workshop?". Kalau kena senjata makan tuan seperti ini yang bisa aku lalukan hanyalah senyum kecut dan mencoba untuk lebih sabar menghadapi Baleno merah di depan.

Setelah belasan menit yang menjemukan itu, jalan raya tampak didepan. Aku menarik nafas lega karena segera terbebas dari belakang siput bernama Baleno merah. Ketika kami sampai di simpangan, Baleno merah itu berhenti didepan kami menunggu sepinya kendaraan. Namun yang namanya jalan raya ya pasti ngak pernah sepi. Kita harus memotong arus. Semenit, dua menit, tiga menit...........5 menit akhirnya aku ngak tahan juga. "Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiin" jeng SiWi menyalak nyaring. Mungkin karena kaget atau memang lalin sudah sepi Baleno itu akhirnya menyebrang juga. "Dasar amatir, kalau nunggu sepi mah ya sampai tengah malam baru nyebrang!" gerutu istriku disamping. "Sabar ma, kita kan harus berempati......siapa tahu selain baru belajar nyetir, mobilnya tadi pinjaman jadi takut rusak", gurauku membalas ledekan dia sebelumnya.

Bandung 2 April 2010
Giri Mekar Permai nan sejuk
EU for U

Tidak ada komentar: