17 Januari 2008

Menghadapi Perubahan (Kasus Bupati Sragen Untung Wiyono)

Untung Wiyono & Perubahan

“ Siapa bilang PNS tidak bisa bekerja?. Kalau pilotnya mau kerja keras, pasti ekornya ngikut. Yang dibutuhkan sebenarnya figur pemimpin yang konsisten dan mau memberi contoh“ Untung Wiyono 2005

Berubah?? Yang benar saja!
Hal apa yang paling dibenci atau dihindari oleh orang?
B e r u b a h!
Satu kata yang mempunyai seribu satu konsekuensi. Semua orang merasakan bagaimana tidak enaknya menjadi remaja dengan suara yang lebih bariton pada remaja laki-laki dan datang tamu tiap bulan buat remaja perempuan.
Untuk kita yang makin tua perubahan yang kita benci adalah rambut yang makin tipis tapi perut makin buncit.

“We can’t leave it but we have to live with it” mantra ini melekat pada kata perubahan. Apa sih yang tidak berubah didunia ini? Bukankan yang abadi perubahan itu sendiri? Ah….itukan kata orang bisik kecil diujung pikiran.

Bagaimana kalau sudah karatan??
Perusahaan ini tidak butuh perubahan, dengan kondisi sekarang aja kita sudah untung, tiap bulan dapat gaji! Jadi buat apa kita berubah. Memang berubah itu mudah?

Pertanyaan2 yang retorik seperti diatas pasti banyak dilontarkan oleh orang sekeliling kita atau bahkan oleh kita sendiri. Seringkali kita berpikir bahwa perubahan yang tidak selalu kearah perbaikan adalah pekerjaan yang sia-sia.

Ok, let’s see around, berikan saya contoh institusi yang paling susah berubah? Kita ambil saja yang kelihatan paling sulit yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sudah dari jaman kuda gigit besi PNS terkenal sebagai sarang KKN, tidak produktif dan kelihatannya mustahil berubah menjadi lebih baik.

Sragen & Perubahan
Kalau kita jalan-jalan ke timur pulau jawa, tepatnya di sebuah kota kecil dibarat daya kota Solo, kita akan menemukan kota Sragen. Kota ini sekarang sedang menjadi bahan pembicaraan dimana-mana.

Di Sragen, orang bisa membuat KTP hanya dalam waktu maksimal 5 menit dengan biaya 5 ribu. Di kota Sragen pula kita bisa menemukan proses pembuatan 52 macam perizinan investasi hanya dalam tempo waktu kurang dari 12 hari dengan biaya yang jelas. Untuk pembanding, dikota lain untuk mengurus ijin yang sama paling tidak butuh waktu 3 bulan dengan biaya yang tidak jelas.

Apa yang menyebabkan Sragen yang sebelumnya setali tiga uang dengan kota yang lain bisa menjadi berubah begitu bagus? Perubahan, Orang, perubahan, orang dan perubahan, orang!
Dimulai oleh bupatinya yang sangat pro perubahan. Seperti kutipan di atas, Untung Wiyono sebagai bupati sangat pro perubahan (tentu saja dalam konteks yang positif tentunya). Untuk memicu perubahan yang lain, Untung menjadi role model bagi anak buahnya.

Hasilnya? Tahun 2005 investasi besar meningkat dari 110 milyar di 2004 menjadi 295 milyar di tahun 2005, meningkat 213%. Hasil lain? Untung terpilih kembali menjadi bupati dengan kemenangan 87% tanpa menggunakan money politic. Angka kemenangan 87% merupakan angka yang fastastis bahkan jauh lebih besar kalau dibandingkan dengan angka2 pemilu pada waktu jaman orba yang bergelimang paksaan dan intimidasi.

Apa yang bisa kita (orang swasta) pelajari dari contoh diatas? Atau istilah kerennya lesson learnt. Kalau PNS aja bisa, masak kita yang memang dari sononya dituntut untuk profesional tidak bisa berubah menjadi lebih baik.

Sengsara membawa nikmat!
Berubah itu sakit euy! Betul, mungkin kita sedang masuk fase disorientasi* dimana banyak hal-hal menyakitkan harus kita rasakan sebelum kita menikmati hasilnya di fase intregrasi.

Kalau kita tetap memaksakan melakukan hal yang sama dengan cara yang sama sementara kita tahu bahwa EBITDA kita selalu paspasan mengapa kita tidak mau mencoba melakukan dengan cara lain?

Dengan perhitungan yang tepat, studi banding & penerapan yang baik, cara yang lain terbukti bisa memberikan EBITDA yang lebih tinggi pula. Bukankah EBITDA yang tinggi syarat penting untuk mendapatkan bonus yang ok di akhir tahun? Hayoo siapa yang tidak mau dapat bonus??
Siapa yang harus mulai.

Pagi ini, sebelum berangkat kerja, penulis melihat di salah satu acara infotainmen, berita mengenai Ratu Felisha dan kasus pemukulan yang dia lakukan kepada pacar penyanyi jass Andhien. Feli (panggilan akrabnya) berkata kepada wartawan bahwa dia mengambil pelajaran dari kasus ini bahwa kedepannya dia akan menghindari pergaulan dengan orang yang tidak benar dan akan mencari lingkungan yang baik.

Nice talk, girl! Apa memang benar bahwa tindakan kriminal yang dia lakukan adalah akibat lingkungan dan orang lain? Tidakkah lebih bijaksana kalau kita melihat diri kita sendiri sebelum mencari kambing hitam diluar sana?

So, kalau mau berubah menjadi lebih baik mengapa kita harus menunggu atasan, teman dan perusahaan berubah, bukankan kita juga bagian dari perusahaan. Bukankan akan lebih mudah K I T A sendiri yang mulai melakukan perubahan itu sendiri dengan cara kerja lebih baik dan profesional. Atau mau menunggu Godot datang?**

Selamat Berubah & Menikmati Perubahan!

Eko Utomo
CCR Medio Desember 2006

* Fase2 Perubahan (Stages of Change)
1. Initiating
2. Disorientation
3. Reorientation
4. Integration

** Karya sastra yang menceritakan bagaimana seseorang menunggu sesuatu yang akhirnya tidak pernah datang.

Tidak ada komentar: