18 Januari 2016

"Just Do It", the magic of action #Hal7

Catatan Harian Eko Utomo
"Just Do It", the magic of action #Hal7

Sembilan tahun lalu istri saya meragukan kesanggupan saya. Sebuah kondisi yang jarang terjadi selama masa perkawinan kami. Selama ini dia melihat suaminya adalah sosok pejantan tangguh. Berani menghadapi kesulitan dan menemukan solusi, bahkan cenderung nekat.

Konteks financial yang membuat dia ragu.
"Yakin pa, mau ambil Master di Prasmul?", tanyanya ragu.
"Yakinlah masa ngak yakin, kan cita2 selalu sekolah di jurusan terbaik?", jawabku sambil mengernyitkan dahi.

"Dengan kondisi keuangan saat ini?", tanyanya lagi.
"Emang kenapa?", kejarku penasaran.
"Papa baru aja turun gaji karena pindah kerja. Belum lagi cicilan rumah dan cicilan mobil, belum lagi kebutuhan terapi Thesa dan Jason", sambungnya dengan nada berat.

"Harus yakin ma, bukankah ini pendorong utama aku resign dari Freeport", jawabku mencoba memberi keyakinan.

"Iya sih, cuma....... ya sudah terserah papa", kalimatnya tidak tuntas.

"Ya, harus kita jalani ma. Sepanjang yakin pasti ada jalan keluar", aku coba menambahkan semangat di akhir percakapan.

***

Tiga tahun ini saya banyak berperan sebagai konsultan dan business coach. Peran konsultan dilakukan pada saat saya membantu client untuk membuat business model mereka, menyusun business plan, membuat business strategy, mengolah sales strategy, memperkuat operational process, mengevaluasi HR strategy dan mereview financial goal. Semua yang terkait dengan STRATEGY dan PLAN. Hal2 yang AKAN dilakukan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan.

Peran coach saya lakukan pada saat saya mendampingi direksi dan manager dalam mengeksekusi strategy dan plan yang sudah ditetapkan dalam rapat2 intensif yang dilakukan.

Membuat dan merancang strategy dan plan jelas bukan hal yang mudah. Kenapa ngak mudah? ya karena banyak sekali bisnis dilevel menengah atas yang kocar-kacir dan tidak bisa bertumbuh karena tidak memiliki strategi dan perencanaan yang baik.

Alasan yang sama, yang membuat sekolah2 Master of Business di dunia dan juga di Indonesia laku keras. Orang merasa perlu belajar khusus bagaimana caranya untuk merancang strategy dan menyusun rencana bisnis.

Yang menjadi paradox dari pengamatan di lapangan adalah ternyata bukan strategy dan planning yang paling dibutuhkan oleh perusahaan, tetapi EXECUTION. Punya puluhan anak panah tidak menjamin mendapatkan rusa buruan kalau anak panahnya tidak dilepaskan. Lebih baik hanya memiliki satu anak panah namun meluncur dari busur.

***
Thesa sangat menyukai renang. Setiap kami jalan2 saya biasanya memilih hotel yang memiliki kolam renang agar Thesa bisa menikmati kesukaannya, berenang. Yang menjadi kendala adalah Thesa tidak bisa berenang!

Jadi, alih2 berenang, sebenarnya yang dia lakukan adalah "berjalan" dalam air!. Bukan hal yang mudah juga bagi kami untuk mengajarkan Thesa berenang. Hanya satu gaya renang yang Thesa kuasai hasil ajaran kami, yaitu gaya batu. Masuk kolam renang dan "plung", kesusahan untuk kembali mengapung.

Sejak tahun lalu Thesa kursus berenang di Bintaro. Sebagai anak ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) yang masih harus banyak berlatih motorik halus dan motorik kasar, maka pelajaran berenang merupakan sebuah perjuangan. Mirip dengan perjuangan Thesa dan Jason selama 3 tahun saat belajar naik sepeda.

Pada bulan keenam, Thesa ujian kenaikan tingkat. Saya hadir disana. Yang terjadi adalah luarbiasa, Thesa mengalami perkembangan pesat dalam kemampuan renang dia. Dia cukup baik dalam berenang gaya katak dan mulai menguasai gaya bebas.

Thesa tetap TIDAK naik tingkat. Namun kami gembira perkembangan Thesa TERHADAP kondisi semula, bukan karena ukuran kenaikan dalam kemahiran berenang di tempat kursus. Thesa butuh MELAKUKAN LATIHAN, jumlah waktu dan kekerapan adalah masalah disiplin dan kemauan.

Setahun berikutnya Thesa sangat percaya diri untul berenang di kolam renang dewasa. Itu sudah lebih dari cukup buat kami. Banyak orang sampai mati tetap tidak bisa berenang.

Bisnis mengalami masalah yang sama, strategy yang hebat namun bermasalah dalam eksekusi. Hasilnya ya NOL besar. Action plan yang sudah disusun rapi beserta Gantt Chart dan kelengkapan yang lain berhenti pada rencana.

Saya mengambil kesimpulan (berhipotesa tepatnya) bahwa kemampuan melakukan eksekusi lebih penting dibandingkan dengan kemampuan membuat strategi. Seharusnya lebih diperlukan sekolah Master of Execution dibandingkan sekolah Master of Strategy. Tetapi jelas Execution tidak bisa disekolahkan tapi harus dilakukan.

Kemauan Thesa dan dukungan kami untuk memberi kesempatan Thesa nyemplung di kolam dan berlatih terus menerus jauh lebih penting dibandingkan dengan menyusun rencana dan mengajarkan teori bagaimana berenang pada Thesa di darat.

Anda punya rencana hebat?
Just do it!

***

"Pa, kapan selesai Doktornya?", mama Thesa melontarkan pertanyaan, cukup sering akhir2 ini.
"Iya, bentar lagi, sabar dong, kan gak mudah mendapatkan data untuk disertasi", jawabku ngeles.

"Lho, katanya papa suka mengklaim diri sebagai orang yang disiplin berencana dan disiplin mengeksekusi!", skak ster.

"Tambah satu semesterlah", jawabku setengah memohon.

"Kemarin bilang mau on time 6 semester, sekarang sudah 7, trus mau nambah 1 semester lagi. Trus janji jalan2 ke Australia gua kapan terjadi? budgetnya habis buat bayar kuliah mulu!", skat mat!.

EU4U
070116

Tidak ada komentar: