04 Januari 2016

Ngedenpun Pencitraan #Hal1

Ngedenpun Pencitraan #Hal1

"Oaaalah J, kamu ngeden di WC pun kok ganteng ya!". Seruan macam kayak gini mostlikely hanya bisa keluar dari mulut seorang ibu yg sedang nungguin anaknya memenuhi panggilan alam. Bukan dari orang lain. Mungkin efek luber sang mama karena terlalu mencinta papanya J.:)

Semua hal yang sifatnya kualitatif (ganteng, cantik, baik, jahat, hebat, memble dlsb) sesungguh adalah citra atau gambaran dalam pikiran orang. Sering juga disebut sebagai persepsi. Karena konstruksi ruang pikiran manusia itu unik, maka persepsi terhadap sebuah hal yg sama (realitas) menghasilkan persepsi berbeda satu dengan yg lain.

Bagi sebagian orang, photo Jokowi pakai baju putih berkain sarung duduk disebuah dermaga di Raja Ampat Papua dipersepsikan sebagai sebuah kesederhanaan seorang Presiden. Sudah bajunya putih murah yg banyak dijajakan dipasar, pakai sarung yang juga murah menjadi wakil persepsi kendesoan dan kesederhanaan.

Bagi sebagian yg lain, melihat photo yang sama sebagai sebuah upaya Jokowi agar tampak sederhana di mata rakyatnya. Pihak pertama meyakini persepsinya sebagai sebuah kenyataan tulus dan pihak kedua meyakini tindakan Jokowi merupakan sistematik personal branding.

Kasus serupa terjadi pada Ahok yg menawarkan setengah memaksa kepada sopir metromini untuk bergabung ke Transjakarta dengan gaji 2-3X UMP. Pihak pro Ahok memuji tindakan ini sebagai tindakan pemimpin yg cerdas dan tanggap. Pihak yang kontra menyatakan tindakan Ahok sebagai sebuah upaya pencitraan yg curi start menyongsong Pilkada DKI 2017 nanti.

Mana yg salah mana yg benar? semua benar. Karena memang tidak ada realita, yang ada adalah citra. Termasuk mereka2 yang katanya anti pencitraan dan personal branding.

Diam, duduk tidak bergerakpun merupakan aktivitas (dengan sendirinya) pencitraan, tepatnya aktivitas pasif. Persis seperti yang terjadi antara Jason dan mamanya diatas. Dalam kasus ini cinta yang mengubah realitas. "Love is blind". Orang yg sedang jatuh cinta (atau benci), konstruksi bangunan persepsi sudah terbangun dini.

"Perception more powerful than reality!" demikian kata orang pintar. Manusia merespons sebuah realita berdasarkan persepsi yang dia tangkap, bukan pada realitanya.

Bagi saya pribadi yang dilakukan oleh Jokowi adalah sebuah aktivitas pencitraan secara aktif. Saya prediksikan Jokowi akan melakukan  pencitraan selama 5 tahun kedepan secara aktif. Kalau calon lawannya menunggu dekat2 hari H baru melakukan pencitraan ya jelas akan kalah, walau didukung dana 500 M sekalipun, apalagi kalau pencitraanya pakai nunggang kuda seharga 3 M atau mobil yg tidak kalah mahalnya. Kenapa? ya persepsi yg muncul adalah hedonisme pamer kekayaan bagi banyak orang yg masih ngitung makan berapa kali sehari.

Urusan pencitraan kayak beginian tidak hanya berlaku diruang politik, namun juga berlaku diruang kantor dan perusahaan. Kalau anda mau naik gaji dan karir bagus ya musti rajin2 melakukan pencitraan di kantor.

Tapi ingat, sebuah citra dan persepsi kemudian akan membangun EKSPEKTASI. Semakin positif citra yang anda bangun semakin tinggi pula ekspekstasi yg muncul. Kalau yg terjadi "over promise under delivery?". Ya siap2 aja citra anda masuk ke kubangan. Sule yang didandani sehebat apapun tidak akan menjadi Reza Rahardian.

Saya berharap lebih banyak lagi para pemimpin yg melakukan pencitraan berkelanjutan, tidak hanya dekat waktu pilkada. Semakin banyak semakin baik buat rakyat.

Btw, croping photo dibawah menimbulkan persepsi positif ngak terhadap saya?:)

Selamat melakukan pencitraan.
EU4U
BSD1116

Tidak ada komentar: