04 Januari 2016

Mengejar Bahagia #Hal3

Mengejar Bahagia #Hal3

Lagu dangdut mendayu-dayu di CD Player di bagian belakang. Sosok muda pemijat refleksi di depanku bersenandung mengikuti musik dikala tangannya yg kekar membuat stimulus sakit2 enak di kaki.

Ada sekitar 6 orang pemuda usia 20an tahun yang bekerja sebagai pemijat refleksi di pusat perbelanjaan ini. Yang luarbiasa adalah semuanya terlihat sangat enjoy dan berbahagia dengan pekerjaan mereka. Setahun jadi pelanggan mereka tidak pernah melihat muka muram. Selalu ceria, gembira dan bahagia. Saat iseng2 nanya, penghasilan setiap hari paling banter mereka dapat 100an ribu. Kalau full kerja 30 hari total pendapatan 3 jt/bulan.

Tahun lalu, saat pulang ke Klaten, saya mendapatkan kesempatan ngobrol dengan pakde Sar yg rumahnya di belakang rumah kami. Pakde Sar bercerita dengan kegembiraan yg besar bahwa musim ini panen dia bagus. Mukanya terlihat sangat bahagia. Iseng bertanya berapa yg didapat dari sepatok sawahnya yg dia bilang bagus itu. Hasil bersih panen 1.5 jt katanya. 1.5 juta untuk masa 3 bulan, artinya 500 rb perbulan. Menciptakan muka bahagia yg melebihi manager Jakarta yg dapat bonus tahunan 100 jt disamping gajinya yang 30 jt/bln.

Jadi jelas bahwa kebahagiaan tidak tercipta oleh uang dan harta. Menggali lebih dalam apa yg membuat pemijat refleksi dan pakde Sar berbahagia ternyata sebuah sikap yg sederhana. Tukang pijat refleksi bahagia karena bersyukur memiliki pekerjaan yg menghasilkan uang disaat banyak temannya yang menganggur. Pakde Sar bersyukur panen musim ini berhasil tidak seperti musim tanam sebelumnya yang habis diserang wereng. Mereka MENSYUKURI apa yang mereka miliki.

Disisi lain, pak manager bergaji 30 jt sebulan dan bonus 100 jt muka muram karena uang yang ada tidak cukup baginya untuk membeli mobil baru.

Dengan demikian jelas bahwa bahagia tidak tercipta karena banyaknya harta, namun sikap mensyukuri apa yang dimiliki. Nothing more nothing less.

"Kok kalian happy2 aja sih punya anak 2 yang ABK", ini pertanyaan standard banyak orang ke kami. Pertanyaan yang aneh, bagaimana kami tidak berbahagia karena kami punya 2 anak disaat orang lain sampai puluhan tahun tidak diberi satupun. Bagaimana kami tidak berbahagia karena kami diberi dua anak komplit cewek dan cowok yg cantik dan ganteng kayak ortunya (jangan komplain ya). Bagaimana kami tidak berbahagia karena setiap progress mereka selalu menciptakan riak sukacita di hati kami.

So, it is so easy to create happines, just be Grateful. Mudah berbahagia kalau mudah bersyukur.

"Mom, kok kelihatan bahenol nih".
Mama Thesa sudah hapal kalau aku bilang begitu artinya aku lagi komplain terhadap berat badannya yg naik kelas.
"Katanya selalu mensyukuri apa yg dimiliki pa?", jawabnya kalem.

Skak mat!

EU4U
BSD030116

Tidak ada komentar: