Catatan Harian Eko Utomo
"Dia (tidak) Bertanggungjawab atas Kebencianku!". #Hal17
Ruangan hening, hanya detik kecil jam dinding yang terdengar. Suara TV pun lenyap. Aku lirik ternyata dalam mode "mute", hasil kerja Thesa yang sedari tadi ikut mencuri dengar.
"Begitulah, ucapan dan tindakan yang dia lakukan selama bertahun-tahun ini sungguh sangat mengesalkan. Hatiku sakit dan marah, dia yang menyebabkan ini semua", ujarnya lirih tersendat.
Kami duduk diam. Sosok sepuh rambut putih itu layu dan kusut. Emosi negatif yang bersimaharaja di hati dan pikiran bahkan sudah menguasai fisiknya. Tubuh ringkih menolak asupan dan penyakit psikosomatis sering bermunculan.
"Maaf Mi, kalau aku boleh berpendapat semua hal ini, kesehatan yang memburuk dan hati serta pikiran yang sakit sebenarnya karena Mami sendiri bukan karena Dia", ujarku tenang.
Semua diam, termasuk dua orang yang duduk di depanku. Mungkin mereka sedang mencerna ucapanku yang terdengar aneh dan tidak masuk akal. Sosok yang kami sayangi di depan kami sakit hati dan fisik karena tanggung jawabnya sendiri, bukan karena Dia yang kami semua tahu memang kurang ajar.
"Semua sakit itu tanggung jawab Mami, karena Mami membiarkan dan mengijinkan tindakan dan ucapan Dia menyakiti perasaan Mami", lanjutku sejurus kemudian. Semua masih diam.
"Kalau Mami tidak mengijinkan Mami marah, kesal dan sakit hati, apapun yang dia lakukan tidak akan ada artinya. Padahal yang dibutuhkan oleh semua keluarga adalah Mami yang sehat dan gembira yang menjadi sumber sukacita", kataku sejurus kemudian.
***
Di semua sisi kehidupan, urusan Stimulus - Response yang berkaitan dengan timbulnya emosi negatif selalu up to date dan datang kembali dan kembali.
Manusia hidup dalam lingkungan sosial. Lingkungan sosial menyediakan manusia2 untuk saling berinteraksi dan tentu saja memberikan stimulus.
Yang sering tidak disadari adalah bahwa manusia lain hanya bertanggung jawab pada STIMULUS yang mereka BERIKAN. Jenis RESPONS yang muncul kemudian sepenuhnya tanggung jawab KITA.
Kita bertanggung jawab terhadap respons yang kita munculkan, apakah itu respons emosi negatif atau positif. Kita yang memproduksinya bukan orang lain.
Dan kita tahu bahwa emosi negatif yang berkepanjangan tidak baik untuk hati dan pikiran, bahkan akan merusak badan karena mengundang penyakit.
Jadi, kalau anda Marah, Sedih, Benci dan merasa Bersalah semua itu tanggung jawab Anda bukan tanggung jawab siapa-siapa.
***
"Sebal banget nih ketemu sama orang yang tidak asertif. Di rapat bilang iya iya, di belakang berkoar-koar tidak setuju ngomong sana-sini", gerutuku sambil duduk di kursi.
"Sudahlah pa, namanya juga manusia, jenisnya ya rupa-rupa. Apalagi ini kan pekerjaan pelayanan bukan pekerjaan kantoran", mama Thesa berujar bijaksana.
"Tetap aja nyebelin banget, bukan merupakan tindakan pemimpin yang baik", kataku kesal.
"Pa, ngapain kamu yang kesal dan sebal? Bukannya papa yg bertanggung jawab sendiri atas emosi papa? Lha Mami aja sekarang sudah bisa tersenyum riang, jangan sampai malah papa yg jadi meriang", gurau mama Thesa.
"Okey deh", sambutku mesra. Aku kecup tangannya. Seringkali Coach memang butuh dicoaching. Karena coach juga manusia.
EU4U
BSD170116
Untuk mereka yang bersukacita
Happy Sunday
Tidak ada komentar:
Posting Komentar