04 Januari 2016

Resolusi Pelita Diri #Hal2

Resolusi Pelita Diri #Hal2

"Siapa yang memiliki tujuan karir pribadi untuk 5 tahun ke depan?". Semua peserta Strategic Planning Meeting disalah satu raksasa BUMN itu terdiam tidak ada satupun yang mengangkat tangan. "Anyone? kata saya menegaskan sambil angkat tangan memberi contoh. Dan semua tetap diam membeku.

"Nah, sebenarnya kita ini lucu, urusan kita pribadi dan keluarga yg sangat penting aja kita ngak punya rencana dan tujuan, sekarang kita malah berpusing-pusing membuat dan memikirkan rencana perusahaan", kata saya melanjutkan sambil tersenyum. Para peserta meeting membalas senyum, agak kecut.

Setiap saya pindah kerja dan atau memiliki anggota tim baru, langkah pertama yang dilakukan adalah mengenali profil mereka: asal usul, keluarga, sekolah, hobi, sampai kemudian apa yang menjadi cita2 mereka.

Pada saat ditanya tentang cita2, 90% lebih biasanya bengong dan menjawab tidak tahu apa cita2 mereka. Saya paksa mereka untuk membuatnya dan sharing pada saya pada diskusi minggu depan. Yang tidak membuat saya kasih SP1. Bagaimana caranya orang yg tidak punya cita2 harus menjalankan cita2 bosnya atau yang lebih besar lagi cita2 perusahaan?.

Sebagian orang berkomentar "membuat target menyalahi takdir!". Lha apakah kita ini tahu takdir kita apa? Takdir itu sesuatu yang sudah terjadi, past tense. Membuat target bicara tentang masa depan, future tense. Kalau target yang kita buat tercapai jadilah takdir, karena berubah menjadi past tense. Dengan demikian kita menjadi pemain aktif dalam mewujudkan takdir kita. "Create your own destiny or somebody else will".

Lha terus perannya Tuhan dalam hidup kita piye? Tuhan berperan dalam hidup orang percaya (theist), kalau orang gak percaya (atheist) ya ngak ada, lha wong mereka ngak percaya kok. Bagi orang percaya membuat rencana dan membawanya kedalam doa adalah bentuk kerendahan hati karena tahu pasti banyak faktor2 yang tidak dia kuasai. Orang percaya berdoa mohon kalibrasi siapa tahu ada rencana yg lebih baik dari rencananya dan dibantu eksekusinya.

Orang percaya membawa rencana dalam doa dalam eksekusinya seharusnya menghasilkan hal2 yang baik. Kenapa? karena eksekusi dilakukan dengan rendah hati dan bersungguh sungguh serta percaya diri karena di back up "super being". Atheist mengerjakan planning mereka by their own.

Orang percaya mampu menerima kesebuah "ketidakberhasilan" sebagai pembelajaran dan bersyukur dapat pelajaran baru dan enjoy the experiences. Kalau ada orang beriman yang ngamuk2 karena tujuan tidak tercapai? yo mbuh ra weruh, aliran kepercayaan kan ada jutaan. Tulisan ini ditulis oleh penganut aliran kepercayaan perspektif Eko Utomo.

Resolusi bisa disebut sebagai janji. Sebuah pernyataan janji kesungguhan untuk memperjuangkan rencana dan target yang sudah ditetapkan.

"Pa.......", bentar ya, istri tersayang lagi manggil.
"Rencana renovasi rumah tahun ini jadi ngak ya?".
"Waduuuh hmmmm bentar ma, aku kalkulasikan dulu budgetnya, bisa masuk resolusi 2016 ngak ya".
"Makanya pa, kalau sekolah itu jangan pakai bumbu lama! Ngabis ngabisin duit aja!".

EU4U
BSD020116

Tidak ada komentar: